Teater Tradisional UBRUG

Teater Rakyat adalah semacam seni pertunjukkan yang menampilkan kemampuan akting para pelakonnya  yang umumnya serba bisa dan penuh dengan lawakan atau lucu-lucuan. Kesenian rakyat ini banyak berkembang di berbagai daerah di seluruh Nusantara, seperti misalnya Lenong di Betawi, Longser di Jawa Barat, Ketoprak di Jawa Tengah, dan Ludruk di Jawa Timur.

Di daerah Banten juga ada teater rakyat yang dikenal dengan nama Ubrug. Teater tradisional yang dalam penyajiannya, menggabungkan beberapa jenis kesenian seperti: musik, tari, nyinden, seni bela diri, dan sandiwara yang dikemas dalam bentuk komedi.

[iklan]

Kata Ubrug berasal dari Bahasa Sunda, saubrug-ubrug, yang artinya campur baur. Maksudnya, dalam pelaksanan pertunjukannya, kesenian Ubrug ini kegiatannya memang campur baur. Pemain atau pelakon, sinden, dan nayaga (penabuh gamelan), berkumpul menyatu dalam satu tempat atau arena. Tentang nama Ubrug ini ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Ubrug diambil dari kata sagebrug yang artinya kira-kira: apa yang ada dicampur jadi satu, maksudnya adalah antara nayaga dan pemain bercampur dalam  arena atau panggung pertunjukan.

Menurut Kamus Kecil Sunda Indonesia, kata Ubrug berarti bangunan sementara tempat bekerja atau menyimpan bahan-bahan. Jika kemudian kata Ubrug digunakan sebagai nama jenis kesenian, mungkin saja karena pada masa lalu, di awal pemunculannya, para pemain Ubrug suka berpindah-pindah tempat dan membuat bangunan sementara ketika mereka mengadakan pertunjukan. Orang-orang kemudian menyebut mereka sebagai pemain Ubrug, pemain yang tinggal di tempat sementara (darurat).

Pendapat lain mengatakan bahwa nama Ubrug diambil dari kata ngagebrug atau sagebrug. Dalam pertunjukan Ubrug, semua pemain, baik laki-laki maupun perempuan, tua muda, beserta para penonton sama-sama menempati satu arena tempat pertunjukan atau sagebrug (bahasa Sunda).

Ada juga yang mengatakan kalau nama Ubrug itu berasal atau diambil dari bunyi kendang yang dominan dalam mengiringi pertunjukan dan terdengar keras: Brug… Brug… Bruk…. Karena  bunyinya berulang-ulang,  maka ditambahkan huruf ‘U’ menjadi ‘ubrug… ubrug… ubrug’. Maka jadilah seni pertunjukan itu dinamai Ubrug.

Kesenian Ubrug sering diistilahkan dengan Topeng, akan tetapi kesenian Ubrug tidak sama dengan kesenian Topeng. Walaupun ada juga yang berpendapat kalau kesenian Ubrug sama saja dengan Topeng. Hanya saja, istilah Ubrug digunakan di wilayah-wilayah yang menggunakan bahasa Jawa Banten, sedangkan istilah Topeng digunakan di wilayah-wilayah budaya Sunda.  Oleh karena ada yang menyebutnya sebagai Topeng Ubrug.

Dalam pentas pertunjukan Ubrug, biasanya para pelakon (pemain) berperan ganda. Selain memainkan peran, mereka juga bisa bermain musik, menari dan menyanyi. Seperti tokoh Inem, misalnya. Di awal pertunjukan ia menari ronggeng yang diikuti oleh tokoh Bujang yang juga ikut menari bersama. Setelah itu keduanya memainkan peran sebagai tokoh Bujang dan Inem, memainkan adegan lawakan.

Perangkat gamelan (waditra) yang dipergunakan dalam pertunjukan Ubrug adalah: kendang besar, kendang kecil, gong kecil, gong angkeb (angkeb atau betutut), bonang, rebab, kecrek, dan ketuk. Gong Angkeb adalah gong yang posisinya tidak digantung tapi diletakan di bawah/lantai. Perangkat gamelan tersebut dibawa dengan cara dipikul menggunakan alat yang disebut Kanco. Yang mikulnya disebut Tukang Kanco.

Pertunjukan Ubrug cukup sederhana dan bisa dilakukan di mana saja. Seniman Ubrug bisa pentas tanpa panggung dan tanpa dekorasi. Mereka bisa pentas di tanah lapang dengan arena pertunjukan berbentuk setengah lingkaran atau tapal kuda, dan penonton mengelilingi tempat pertunjukan. Kedekatan antara pemain dan penonton tersebut memungkinkan pertunjukan menjadi semakain menarik.

Cerita atau Lakon yang biasa dimainkan dalam pertunjukan Ubrug ada 2 bentuk lakon, Cerita Babad atau cerita lain yang berdasarkan pada cerita-cerita kerajaan (cerita Panji). Dalam memainkan cerita-cerita kerajaan (cerita babad) biasanya diperlukan sejumlah syarat  yang harus dipenuhi oleh pihak yang mengundang. Bila syarat tidak dipenuhi, akan bisa menyebabkan terjadi bencana atau sesuatu yang tidak tidak diharapakan (celaka) pada keluarga pengundang atau group Ubrug yang memainkan lakon babad tersebut.

Bentuk lakon Ubrug kedua adalah Cerita Roman. Dalam bentuk cerita roman ini, tema keluarga beserta dinamikanya sering menjadi ajang untuk adu kreatifitas dalam membangun cerita bagi para pemain (pelakon) Ubrug yang sudah terbiasa menentukan/memainkan ceritanya langsung di atas pentas pertunjukan.

Kostum yang dikenakan oleh pemain tergantung dari peran yang dibawakan seadanya. Jika seorang pemain berperan sebagai seorang ayah maka pakaian yang dikenakan adalah pakaian layaknya seorang ayah. Khusus untuk pakaian dan make up wajah yang dikenakan oleh bodor adalah pakaian dan tata rias wajah yang mengandung kelucuan. Tata rias dan tata busana pemain bodor dibuat sedemikian rupa agar penonton tertawa dan senang untuk menonton Ubrug.

Rangkaian pertunjukan seni Ubrug, baik dalam membawakan cerita babad ataupun cerita roman, hanya beda sedikit. Bila memainkan cerita babad, pertunjukan akan diawali dengan prosesi sesajen yang dilakukan di antara Gong Angkeb dan Kempul. Setelah itu, pertunjukan dimulai dengan plot/urutan seperti berikut ini:

  1. Tatalu (Tetabuhan)
    Tatalu atau tetabuhan sekitar 10-15 menit. Ditabuhnya gamelan di awal pertunjukan berfungsi untuk menarik, mengundang, dan mengabarkan bahwa pertunjukan sudah dimulai. Pada  sesi adegan ini kendang dipukul terlebih dahulu, lalu disusul permainan rebab, kenong, dan alat musik lainnya.

Alat musik dibunyikan dengan kencang dalam irama permainan yang cepat dalam beberapa saat, lalu disusul irama permainan lambat, susul-menyusul, dan sampai di ketukan tertentu selesai.

  1. Nandeung/Nandong
    Setelah Tatalu selesai, sesi adegan selanjutnya adalah nandeung/nandong. Seorang perempuan bernyanyi lirih di balik tirai sambil menutupi mukanya dengan kipas atau sapu tangan. Posisinya sebatas menutupi hidung sampai dagu/leher.
  2. Ronggeng
    Setelah perempuan melakukan prosesi nandeung, ia melanjutkan diri untuk meronggeng. Keluar dari balik tirai dan menari sendirian di arena pertunjukan, disusul kemudian oleh seorang laki-laki yang nantinya akan memerankan tokoh Bujang/pelawak. Adegan meronggeng ini sengaja dihadirkan untuk menambah pendapatan dari hasil saweran.
  3. Bodor atau Ngabodor
    Bodor, ngabodor, atau melawak biasa dimainkan oleh tokoh Bujang dan Inem yang tak lain adalah lelaki dan perempuan yang baru saja selesai melakukan adegan meronggeng. Sesi adegan ngabodor ini selalu menjadi bagian dari adegan yang dinanti-nantikan oleh penonton, karena merasa terhibur bahkan bisa sampai terpingkal-pingkal dibuatnya.

Pada adegan lawakan ini, permainan Bujang dan Inem sangat ditentukan oleh ketangkasan pemain kendang, karena respon gerakan dan simulasi bunyi gendang yang dilakukan oleh bujang dan Inem berpusat pada celetukan dan permainan kendang.

Setelah ngabodor yang dilakukan oleh Bujang-Inem selesai, selanjutnya muncul tokoh Jawara Tolol yang  tak kalah kocak. Sama-sama melawak, tetapi antara Bujang-Inem dan Jawara Tolol menghadirkan sesuatu yang berbeda dalam adegannya,  seolah-olah menyajikan pertentangan antara gelap dan terang, antara benar dan salah dalam kehidupan.

  1. Ngalalakon
    Setelah sesi adegan dua model lawakan itu usai disajikan, adegan berikutnya adalah ngalalakon (sandiwara) atau memainkan cerita/lakon. Satu per satu pemain (tokoh dalam cerita) muncul ke arena pertunjukan/panggung untuk membawakan cerita. Cerita bisa spontan apa saja, bisa juga cerita yang sudah dipersiapkan, babad atau roman

Sebagai seni pertunjukan rakyat yang menyanyikan hiburan, Ubrug juga bisa menjadi media dakwah dan media informasi bagi masyarakat.  Namun sungguh sayang, seiring dengan waktu, seni Ubruk grup ini mulai memudar, bahkan nyaris tenggelam, atau bahkan mungin sudah benar-benar tenggelam. Wallahu’alam bi sawab. (AY)

Sumber:
https://portalteater.com
https://ilmuseni.com

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *