Puisi seperti halnya juga manusia, dia memiliki napas kehidupan. Sebab, puisi lahir dari kegelisahan batin, pikiran dan kecerdasan intelektual. Namun, dalam penyampainnya memang berbeda. Puisi sering menyembunyikan makna dengan kehadiran simbol-simbol yang sengaja diciptakan oleh penyairnya. Itulah yang membuat puisi terasa begitu hidup dalam setiap pembacanya. (Redaksi)

Puisi-Puisi Adybonga Nuryadi

Sepasang Mata

Seumpama kita sepasang mata
Dekat berdekatan
Tapi tak saling berpandangan
Dan sekalinya luka
Kita menangis bersama-sama
Adakah kita setubuh
Sekali jatuh.

Hati meremuk, sungguh

Manakala waktu sudah masuk bagian rindu
Aku sibuk menenggelamkan diri ke dalam buku
Membiarkan kata mengaca rasa

dan membaca kita yang bercinta seperti sepasang mata.

Bsd 2018

Menonton Masa lalu

Di dalam linangan hujan. Orang-orang berkerumun menonton masa lalu pada layar putih yang terkembang, sejurus pandang
Seperti proyektor film tua yang memutar gambar-gambar clise dan memata-matainya dengan lekat cahaya.

Antara mereka, aku bersidekap dengan gigil, menahan hardik hujan
Bertambah pula kengiluan pada tulang sum-sumku, sesaat sekelebat kenangan berkecipak dalam genangan.

Duh hati terlampau mendarahkan engkau
Sampai mati aku dilamun galau.

Bsd 2018

Adybonga Nuryadi, adalah pekerja seni kelahiran Balaraja, Tangerang.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *