Puisi seperti makhluk gaib, dia selalu hadir dengan caranya. Terkadang, dia berada pada hati yang sedih, gembira, marah atau pun kehilangan. Puisi, selalu menjadi wakil rasa yang sangat setia. Itulah yang terbaca pada puisi-puisi yang terpilih minggu ini. Selamat membaca. (Redaksi)

[iklan]

Puisi-Puisi Raeditya Andung Susanto

Aku

Aku adalah anak seorang petani yang dibesarkan
air mata dan keringat bapakku sendiri
air mata padi yang sebelum menguning diserang hama
keringat tanah yang mengering tepat sebelum hujan reda

setelah subuh, ketika orang-orang masih mesra dengan
kantuknya yang manja, aku harus sudah bergegas berangkat
kerja kala matahari baru saja selesai cuci muka
sebagai buruh yang pantang mengeluh
sebagai nyala yang pantang runtuh

kemudian menenangkan sore dan menangkap senja untuk dibawa
pulang ke kontrakan yang jendelamya semakin renta dimakan usia
lalu menanak nasi dan menelpon bapak ibu di kampung sebagai teman
makan nanti
sesaat sebelum menidurkan malam, di langit Jakara aku mengudarakan
doa-doa kepada mereka berdua agar selalu sehat dan bahagia serta belajar
menjadi penipu kecil mahir yang tiap ditanya kabar, selalu kujawab dengan
baik-baik saja.

Jakarta, 2019

Sajak Tukang Bangunan

Sebelum bekerja, ia mengumandangkan doa dengan
cangkul di tangan kemudian mengolah kehidupannya.
Bersama pasir, semen dan batu bata ada cita-cita anaknya
yang ia bawa dari desa, hadiah untuk istri tercinta hingga
tiket umrah untuk kedua orang tua yang semakin senja.

Dan pada malam-malam yang ranum cahaya rembulan
Jakarta, ia mengabiskan waktu tidurnya untuk menitipkan
mimpi-mimpi kepada Tuhan yang teduh dalam sorai
bintang jatuh.

Jakarta, 2019

Lengang

Tidak ada lengang selain
di kotaku dan kotamu yang
berjarak rindu

Cikarang, 2019

Rumah

Di mana pun cinta berada
kau tetap menjadi rumahku

sebagai satu-satunya tempat
untuk menenangkan waktu
sebagai satu-satunya alamat
yang dituju oleh rindu

Bekasi, 2019

Raeditya Andung Susanto, penulis muda kelahiran Bumiayu Brebes Tergabung dalam komunitas Bumiayu Creative City Forum (BCCF). Penulis senyum lembah ijen, penulis puisi anak Balai Bahasa Jawa Tengah dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *