KEPADA IBU

Perempuan yang menakar doa tiap subuh
Air matanya menolak nyeri di kejauhan

Ibu dengan aroma rindu di dapur
Semangkuk cinta membekas di meja makan

Dan bila pagi mengetuk pintu
Ibu segera kirim matahari
Dengan sepotong harapan dari dadanya
Di kemas dalam waktu yang memanjang
Menuju hatiku yang hampa

Suara ibu menemui semesta lain
Mencairkan hari-hari yang keras

Karena Ibu tahu anaknya banyak kebimbangan
Perlu banyak cinta dalam menamatkan nasib
Apalagi di dunia yang serba abu-abu

DI SEBUAH PINTU KELUAR SEBUAH SUNYI

Di pintu keluar sebuah sunyi
Kenangan lebam jatuh ke tanganku

Gambar stasiun dan perjalanan pulang naik kereta
Mengusir orang-orang yang menyimpan pagi dalam saku

Aku baru tahu, matahari terbit dalam saku
Ku bawa kemana-mana
Tak ada yang menggantikannya
Berbulan-bulan lamanya

Cahayanya yang keemasan tak pernah mati
Berkali-kali aku ingin mematikannya
Tapi hanya pudar dan menyala lagi

Seiring bunyi kereta yang nyaring di kepalaku
Mengayun pohon-pohon mimpi
Di belakang stasiun

Di pintu keluar sebuah sunyi
Tidak ada hal lain kecuali diri dan harapan
Terjebak dalam rutinitas masa lalu

DI SEBUAH HALTE

Sepotong waktu dan kecemasan
Dirapikan berkali-kali
Dalam derap langkah
Mantra berputar dalam kebisingan
Bunyi kendaraan menyesaki dada

Sedang di layar
Jadwal bertengkar
Menatap kepergian mematung di halte
Mungkin satu detik, dua detik lagi
Waktu menggadaikan nasib sendiri

MERAYAKAN MIMPI

Kita sedang merayakan mimpi
Yang kemarin berlalu-lalang di teras rumah
Angin doa menerbangkannya ke kejauhan
Bertebaran di kota yang dihasilkan bayangan

Kian terang segala yang buram
Kemarin kita bermimpi
Ikan-ikan berenang di lautan
Mengalir ke sungai dada kita

Sekarang kita merayakan mimpi
Kepedihan yang orange
Bunyi rindu jatuh di jalanan
Kadang dengan hujan
Membanjiri nasib yang nyeri

Yogyakarta, 15 Maret 2023

KEPERGIAN

Seseorang meletakkan kenangan dalam sakunya
Sebelum hari perpisahan
Resah di simpan
Bibir di simpul senyuman

Seorang Ibu memberinya secangkir air
Air harapan yang di teguk sore itu
Harapan itu telah dewasa
Di kepergiannya yang kesekian

Ia berangkat
Dengan matahari rebah di dadanya
Menabung keyakinan dari masa lalu
Agar angin tak menyapu nasibnya
Barangkali dengan luka

Yogyakarta 30 Desember 2022

Izzatul Hikmah Mahasiswa semester dua UIN Yogyakarta.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *