Puisi tercipta bisa saja dari melihat sebuah peristiwa, kemudian ditangkap oleh indera dan kepekaan hati. Ya, seorang penyair sejati akan selalu mengolah inderanya pada persitiwa-peristiwa di sekitar. Sebab, pada akhirnya puisi akan menjadi jalan bagi penulis puisi bercerita tentang kehidupan atau pengalamannya dengan bahasa yang unik dan estetik. Seperti hal nya pada puisi-puisi pendek di bawah ini, si penulis puisi membidik satu peristiwa yaitu ‘hujan’ sebagai media penyampai kegelisahan batinnya. Selamat Membaca. (redaksi)

Hujan #1

Pada hujan kala itu,
aku sengaja mengetuk rumahmu
meminum dulu segelas senyummu,
lalu mengajakmu mencerna puisiku

Kukira kau mulai canggung
sebab ketika hujan makin lebat
degup dadamu makin linglung
huruf-huruf bibirmu keluar bingung

Sebelum kau benar-benar canggung
aku pilih pamit undur diri
kelak, aku ‘kan ketuk batinmu kembali.

Hujan #2

sebab dalam sekujur tubuhmu itu,
akulah hujan yang kau tunggu-tunggu,
maka biarkan aku menggigilkanmu
dan pada bibir manismu yang membisu itu,
izinkan aku menyulut batinmu.

Hujan #3

Kasih, jika kau ingin menulis
tulislah aku
kemudian, letakkan saja tulisan itu
di kaca jendela belakang rumahku
akan kubaca ketika hujan
supaya pesan-pesanmu itu
menyatu ke dalam basah batinku.

Hujan #4

Ketika hujan, mungkin aku tak pandai selimutan
kubiarkan saja tubuh dan kakiku merinding
sembari menunggu gigil yang asyik,
biarkan rayuanku tetap mengusik

dan ketika tak lagi nyaman berbaring
marilah kita main hujan-hujanan
sebelum kita terbakar api.

Hujan #5

Bagimu, hujan mungkin sendu
air yang runtuh adalah air mata
kita yang dijebol kerinduan
Tapi, bagiku hujan bukanlah itu
melainkan pengejawantahan wajahmu
yang menyatu dalam genangan senyumku.

Hujan #6

Kasih, jangan menangis di kaki hujan
aku tak bisa melihat kecantikanmu
sebab dalam kesetiaanmu yang kudus itu,
aku ingin memandangmu dalam-dalam.

November 2021

Eri Setiawan, lahir di Banjarnegara pada 23 Januari 1993. Sekarang bermukim di Desa Ledug, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas dan mengajar di SMP Negeri 2 Pengadegan, Purbalingga. Gabung di komunitas menulis (Komunitas Penyair Institut) Purwokerto.  Novel pertamanya yang ditulis berjudul Bujuk Dicinta Kenangan Pun Tiba. Selain itu, ada beberapa tulisan seperti puisi dan cerpen yang dibukukan bersama penulis-penulis lain. Ada pula beberapa karya sastra yang termuat di media koran maupun media digital. Instagram @erisetiawant_

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *