Bahasan Lanjut :

D R A M A

Drama berasal dari Yunani Kuno: draomai – kosa kata ini berarti “aksi”,”perbuatan”.

Balthazar Verhagen: drama adalah kesenian mengolah-tampilkan sifat dan sikap manusia dengan gerak. Ferdinand Brunetierre: drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action. Moulton: drama is life presented in action atau  hidup yang ditampilkan dengan gerak. Brander Mathews: konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.

Dari lima pengertian singkat dasar drama tersebut penting sedikit ditambah supaya pemahamannya memadai, di antaranya dengan mengetengahkan pengertian dramaturgi. Dramaturgi adalah seni mengarang sandiwara dan upaya mementaskannya di panggung.

[iklan]

Pengertian dramaturgi terutama menyoroti mengenai seni menyusun komposisi dramatik dalam penulisan maupun pemanggungan. Dalam hal ini menjadikannya sebagai sistim dengan menyusun empat urutan tehnik dramatik, yakni: penulisan naskah, penafsiran, penataan panggung dan pertunjukan.

Selain itu juga ada  yang menyusun formula dramaturgi dengan  4 langkah, ialah:

  • Langkah 1     : Imajinasi atau daya khayalan, disini untuk pengarang mengkhayalkan menghadirkan inspirasi,  ide/gagasan awal
  • Langkah 2     : pengarang menyusun ide/gagasan dan menuliskannya menjadi naskah cerita/kisah
  • Langkah 3     : pemain, aktor dan atau aktris memainkan naskah cerita/kisah di panggung
  • Langkah 4     : penonton menyaksikan cerita/kisah yang dimainkan di panggung

Dengan demikian pengertian dramaturgi diawali dengan imajinasi, ditulis oleh pengarang menjadi naskah drama – yang dalam hal ini dapat dinyatakan sebagai karya sastra.

Di dalam naskah ditulis cerita/kisah mengenai berbagai hal dan masalah yang dibangun dengan adegan-adegan maupun dialog/percakapan tokoh-tokoh perannya.

Untuk melengkapi pengertian tersebut peran Aristoteles menjadi penting. Filosof asal Yunani, ini dalam bukunya Poetics – ditulis sekitar 335 SM – dengan mengambil contoh antara lain  dari naskah drama Oidipus Rex karya Sophocles, memberi ulasan mengenai dramaturgi.

Selain mengatakan bahwa drama merupakan bagian dari puisi – karena karya2 Sophocles ditulis dalam bentuk puisi panjang – Aristoteles juga menganalisa cerita dan plot maupun tentang relasi atau hubungan antara karakter, akting serta dialog / kata-kalimat yang diucapkan tokoh-tokoh peran. Juga diuraikannya pula pertimbangan tentang pentingnya pengolahan jalan cerita dan akting yang dapat menggugah reaksi penonton

Poetics dipandang merupakan maha karya Aristoteles yang tercatat dalam khasanah kesenian dan berpengaruh sampaipun dianut sebagai ”Aristotelian drama” atau seni drama ala Aristoteles.

Sedemikian banyak ahli yang mengemukakan pengertian mengenai drama dan dramaturgi. Karena itu ada yang coba menyimpulkannya, antara lain: drama adalah bentuk cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan akting di panggung. Drama dirancang untuk ditonton oleh penonton. Maka drama bergantung pada komunikasi antara pemain dan penonton.

Pementasan Teater Nusantara di Wapres Bulungan

Jika drama yang dipentaskan tidak komunikatif, maksud pengarang untuk membangun respon emosional tidak akan sampai (Dietrich).

Pengertian mengenai drama umumnya berlaku di pentas atau panggung seni pertunjukan.

Namun sejalan dengan dinamika perubahan kehidupan manusia termasuk dengan makin meningkatnya kecanggihan tekonologi komunikasi informasi maka pengertian drama juga berlaku pada setiap tontonan yang ditampilkan di berbagai media. Nilai-nilai dari seni drama ala Aristoteles misalnya, banyak digunakan dalam produksi film dan televisi. (UBS)

(Dicuplik dari buku “Bedah Akting” karya Uki Bayu Sedjati – belum diterbitkan).

(Tunggu lanjutannya).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *