Tanah air kita tercinta, Indonesia memiliki berbagai suku yang tersebar dari Sabang sampai Marauke dan masing-masingn suku mempunyai kebudayaan unik. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbanyak di dunia. Perpaduan dari kedua hal  itulah yang kemudian memunculkan banyak tradisi unik di Tanah Air ketika menyambut datangnya bulan puasa Ramadhan yang mewajibkan setiap muslim berpuasa penuh selama satu bulam. Salah satu tradisi tersebut adalah Nyadran yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah.

Nyadran pada hakekatnya adalah adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga (nyekar), dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur.

Kegiatan Nyadran ini konon kabarnya berasal dari tradisi Hindu-Budha yang sudah ada sejak abad ke 15. Dan pada saat itu para Walisongo menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya, agar agama Islam dapat dengan mudah diterima oleh para penduduk di pedesaan. Di awal dakwahnya, para Wali berusaha untuk meluruskan kepercayaan yang ada pada masyarakat Jawa pada saat itu tentang pemujaan roh yang dalam agam Islam dinilai musrik. Agar tidak berbenturan dengan tradisi yang sudah mendarah daging di masyarakat pedesaan itu, maka para wali tidak menghapuskan adat tersebut, melainkan menyelasraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat Al-Quran, tahlil, dan doa. Sehingga akhirnya Nyadran dipahami sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dan dengan Tuhan.

Nyadran biasanya dilaksanakan di hari kesepuluh pada bulan Rajab, atau saat datangnya bulan Sya’ban.Dalam ziarah kubur, biasanya para peziarah membawa bunga sebagai lambang adanya hubungan yang akrab antara peziarah dengan arwah yang diziarahi.  Makam-makam  yang diziarahi antara lain makam leluhur (kakek, nenek, buyut), orang tua serta saudara-saudara yang sudah meninggal dunia. Seusai tabur bunga dan berdoa, masyarakat menggelar kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan atau tempat tertentu di area makam yang telah digelari tikar dan daun pisang. Setiaap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayuran (gudangan) dengan lauknya  ikan asin, perkedel,  tempe dan tahu bacem, dan lain sebagainya.

Kegiatan Nyadran atau ada juga yang menyebutnya Ruwahan, pada umumnya adalah terdiri dari:

  1. Melakukan kenduri atau selamatan dengan pembacaan ayat Al-Qur’an, Zikir, Tahlil dan Doa. Lalu ditutup dengan acara makan bersama.
  2. membersihkan makam leluhur, keluarga dan karib kerabat.
  3. Ziarah kubur dengan tabur bunga dan kirim do’a kepada roh yang telah meninggal dunia di masing-masing kuburnya.(AY)

Dikumpulkan dari berbagai sumber (redaksi)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *