Tari Bambu Gila

Indonesia, negeri kita tercinta ini, adalah salah satu wilayah yang menjadi surga bagi jenis tanaman bambu. Diperkirakan ada lebih dari 100 jenis tanaman bambu, yang hampir separuhnya adalah spesies endemik Indonesia. Hanya ada di Indonesia. Hebat, kan? Ada Bambu Totol ada Bambu Petung, Bambu Tali, dan ada satu jenis bambu yang tak duanya di dunia ini. Namanya Bambu Gila. Sebatang bambu yang panjang sekitar 3 sampai 4 meter dengan diameter 10-20 Cm dan jumlah ruasnya ganjil. Kalau bambu sudah menggila dibutuhkan 5 sampai 7 orang untuk menjinakkannya.

Bukan bambu sembarang bambu. Inilah dia si Bambu Gila, seni tarian tradisonal bernuansa mistis dari Ambon, Maluku yang hingga kini masih terjaga kelestariannya. Dikenal juga sebagai Buluh Gila atau Bara Suwen.

[iklan]

Pertunjukan tari tradisional Bambu Gila ini menampilkan sekumpulan pemuda yang sedang berusaha menahan gerakan liar dari sebatang bambu. Tradisi tari Bambu Gila ini sudah ada sejak Agama Islam dan Kristen belum masuk ke wilayah Maluku. Pada waktu itu masyarakat Maluku masih mengenal anismisme.  Kehidupan mereka masih akrab dengan ritual-ritual leluhur mereka yang berkaitan dengan roh gaib.

Dahulu, tarian bambu gila ini merupakan sebuah ritual yang dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu, seperti perang melawan musuh, memindahkan barang-barang berat, atau pekerjaan berat lainnya. Seiring perkembangan zaman, ritual tersebut perlahan memudar. Kini, tarian tradisional ini dikenal sebagai Atraksi Seni sebagai upaya untuk melestarikan budaya warisan leluhur.

Kesenian Tari Bambu Gila ini biasanya dimainkan oleh 7 orang sebagai pemain dan 1 orang bertindak sebagai pawing (dukun). 7 orang pemain, nantinya akan bertugas menahan laju atau pergerakan batang bambu yang akan bergerak setelah pawang membacakan mantra untuk memasukkan roh ke dalam bambu.  Sedangkan tugas seorang pawang adalah membacakan mantra, memasukkan roh, dan menjinakkan bambu.

Pertunjukkan tari Bambu Gila ini dimulai dengan pembakaran dupa atau kemenyan dan pembacaan mantra oleh Pawang. Para pemain siap-siap sembari memeluk/memegang batang bambu. Oleh pawang, asap dupa dihembuskan pada batang bambu untuk memanggil/mengundang kedatangan roh gaib. Lama kelamaan batang bambu dirasakan semakin berat oleh penari/pemegang bambu, dan bergerak sendiri. Ketika kemudian Pawang meneriakan kata kata: “Gila, gila, gilaaa…,” atraksi segera dimulai.

Atraksi Tari Bambu Gila ini biasanya diiringi tetabuhan musik perkusi. Semakin cepat irama musik pengiring, semakin cepat pula pergerakan batang bambu. Para pemain harus berjuang sekuat tenaga untuk menahan pergerakan batang bambu yang dikendalikan melalui asap kemenyan oleh pawang.

Kostum yang dikenakan oleh para pemain, biasanya menggunakan pakaian adat berupa celana dan ikat kepala berwarna merah, tanpa baju atau kaos. Seluruh pemain haruslah pemuda yang kuat, tangguh, dan berotot.

Gerakan bambu yang semakin menggila dan semakin kuat membuat para pemain semakin kewalahan. Beberapa di antaranya bahkan sampai terjatuh dan terseret bambu yang menggila. Ketika salah satu pemain terjatuh dan pingsan, hal ini menandakan bahwa tarian harus segera diakhiri. Pawang akan segera membalikkan tempurung yang digunakan untuk membakar dupa/kemenyan.

Walaupun ritual telah dihentikan dan permainan telah berakhir, belum tentu kekuatan mistis di dalam batang bambu hilang sepenuhnya. Kekuatan mistis tersebut akan hilang sepenuhnya ketika Pawang membacakan mantra sambil membakar kertas. (AY)

Referensi:
https://www.adira.co.id/
https://id.wikipedia.org/
https://www.indonesiakaya.com/

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *