
Membaca Puisi-puisi Rd Nanoe Anka, kita dibawa ke suasana yang sejuk dalam menghayati manusia, alam dan lingkungan, dan dalam mengagungkan kebesaran Allah. Tak hanya melukiskan masalah moral dan sosial yang dihayati dari hidup dan kehidupan, namun dalam batas-batas kearifan dari seorang yang rendah hati, kita dibawa ke suasana hati yang sejuk. Mari kita nikmati puisi-puisinya berikut ini. (Redaksi)
[iklan]
RUANG RUANG CINTA (1)
SATU
Sesaat dalam jelaga ku reguk kopi malam
Di café itu semua redam dalam kenangan
Hanya sosok sosok yang pernah ku kenal
lewat tanpa kata kata dan mata yang lelah
beku terkulum dalam senyuman di mulutnya
Singgah sejenak dalam rekaman tak kunjung usai
inilah hidup tiada akhir dan kalimat tiada titik
Hanyalah perjalanan panjang terhampar di depan
tak perlu tahu kapan bisa masuk ke ruang-ruang cinta-Mu
DUA
Di lubuk terdalam pada ceruk sanubari
ada rindu bertalu membawa dahaga
lengkapi sejarah di setiap langkah
berurut terurai benang merah ruang-ruang cinta
Di kakimu ya Rabb pasrah itu kuserahkan
hanya doa terbilang laksa ku hadirkan di hadapan-Mu
manakala pencarian tak putus-putus merayapi hidup
TIGA
Rindu yang tertata dalam lembaran nafas
memburu waktu hingga matahari terbenam
Namun belum tampak peluk tererat menyentuh batin
Di mana lagi kucari keikhlasan itu?
Sementara peluh terus mengalir dan langkah belum lengkap
kemana lagi ku kejar baying-bayang itu
Ya Rabb tuntun aku tuk jumpai ruang-ruang cinta-Mu
November 2014.
RUANG RUANG CINTA (2)
Ada gundah dalam hati, cinta membahana,
cemburu dan seteru, gairah tak berujung.
Ada semangat bangkit siap berlari,
harapan menggapai, nilai dalam hidup
yang tak habis angka-angkany.a
Ada Allah yang Agung, kepastian tak tergoyahkan
tanpa ada yang bisa menolak-Nya.
Jiwa dalam raga mencipta ruang-ruang cinta, ada
dimana-mana, Milik-Nya semata.
Jakarta, 2014
RUANG RUANG CINTA (3)
I
Menoleh jejak masa lalu, saat hujan berderap di bumi
Basah sekujur tubuh, berdua kita berjalan sepayung
Lalu mendendangkan cinta dalam hati
Pada seloka kita ikrarkan hidup bersama menempuh tantangan
Sedang masa depan yang kita harap belum terjangkau
Namun kau tinggalkan aku tuk menghadap-NYA lebih cepat
Begitulah episode yang pertama di perjalanan hidupku
II
Memandang masa depan menerawang keakanan
Jejak kita adalah obsesi cahaya memancar di cakrawala
Berdua melangkah menuju altar ikrarkan jalinan kasih
Saat hujan membasuh kuyup di tubuh, sepayung jua kita
berjalan
Kau iya kan janji pelaminan dank u sunting kau di gemerlap
cuaca
Maka kita jadilah meski untuk yang kedua
Di hatimu bijak nan ikhlas terpahat indah
Ikatan saying dan cinta erat tertambat pada kisi kisi sanubari
Begitulah episode yang kedua di kehidupanku.
**
Di ujung senja, 2015
RUANG RUANG CINTA (4)
Di kaki siang langkah mulai perlahan
Panas matahari mengucurkan keringat
Dalam perjalanan hari yang merindukan senja
Hasrat bertemu semakin kuat
Namun matahari masih membalut dengan terik
Di saat angin mulai menebar bau basah
Di ujung senja kulihat barisan awan telah berjajar
Mereka membuat barikade menyambut sang malam
Dan warna senja pun mulai kelabu
Dan air pun mulai menetes perlahan
Dan waktu pun mulai tak perduli
di malam basah ini
ku siapkan ruang cinta yang masih penuh tanda tanya
Bersama ranjang yang masih rapih tertata
2016
RUANG RUANG CINTA (5)
:Lisnawati
Senja dalam keramaian dan kemacetan
Meruaskan gelombang jiwa dan resonansi kegelisahan
Warna kelabu pada awan merebak hingga ke sudut cakrawala
Merata menebal dalam pancaroba cuaca
Semoga tak berdampak pada hati
Tak menajam pada rasa
Hingga tak sampai membuat guratan
Setipis apapun itu
Namun pedihnya hingga ke ujung kepala
Lembayung menopang angkasa
Merambat naik ke atasmemberi warna kelam
Namun angin memindahkan mendung ke sisi utara
Dan langit sedikit terkuak
terlihat taburan bintang berkerlip
Menebar pesona ke segala arah
Dan malam menitipkan salam lewat nyanyian air hujan
Ku tangkap merdunya ku tangkap maknanya
Ruang ruang cinta perlahan terbuka pintunya
Dalam kesabaran dan keteguhan
Menemukan hati yang kokoh
Dalam keikhlasan dan kepasrahan
Menemukan cinta hakiki
yang tak pernah goyah
**
2016
Rd. Nanoe Anka, lahir di Yogyakarta Feb 1959. Adalah pekerja seni, aktivis seni sastra, teater dan fotografer. Pensiunan PNS ini juga aktif di Komunitas Seni Bulungan dan Sanggar Seni Rupa GARAJAS, Jakarta Selatan. Pernah menjadi Pelatih dan Sutradara seni Teater di beberapa SMA di Jakarta. Mulai belajar menulis sejak di bangku SMP hingga tahun 1993, kemudian fakum sejenak dan beralih ke Fotografi. Pernah menjadi Juri pada lomba-lomba baca puisi tingkat Wilayah sampai tingkat Provinsi DKI (1987-sekarang) dan Tingkat Nasional (1996, 2001, 2004 dan 2007). Juara Lomba Baca Puisi Tingkat Nasional (1978 dan 1980) dan tingkat Provinsi DKI Jakarta (1981-1982). Juara Baca Prosa (1983.