SINTREN
Turun turun sintren
sintrene widadari
temu kembang yun ayunan
temu kembang yun ayunan
……
Sintren, adalah tarian mistis khas Cirebon yang dalam pertunjukannya tak hanya dimainkan oleh manusia tapi juga melibatkan roh halus. Seni tari tradisional Sintren ini konon kabarnya adalah kesenian tradisi masyarakat Jawa, khususunya di wilayah pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Mulai dari pesisir Indramayu, Cirebon, Majalengka sampai ke pesisir Pekalongan.
Tarian Sintren yang sakral dan bernuansa mistis ini tak bisa dimainkan oleh sembarang orang. Sintren harus dimainkan oleh seorang gadis yang masih suci (perawan). Dalam menari Sintren di dampingin oleh penari lain yang berperan sebagai dayang. Beberapa hari sebelum pertunjukan mereka harus berpuasa.
Perlengkapan yang diperlukan dalam pertunjukan Sintren adalah seperangkat gamelan, sebuah kurungan ayam yang cukup besar, seperangkat pakaian tradisi, sesaji, tali, perlengkapan rias dan kemenyan atau wewangian lainnya.
[iklan]
Rangkaian pertunjukan tarian Sintren
Pertunjukan Sintren diawali dengan ritual Dupan. Doa bersama agar terhindar dari marabahaya. Setelah do’a selesai, seorang pawang segera menyiapkan beberapa oran gadis sebagai penari. Satu orang penari Sintren dan empat pendampingnya (dayang). Pawang dalam pertunjukan Sintren ini biasanya lebih dari satu orang.
Sebagai permulaan, calon penari sintren yang berpakaian biasa diikat tangannya . Mantra pun dibacakan dengan meletakkan kedua tangan calon penari Sintren di atas asap kemenyan yang dibakar. Penari yang sudah terikat tangannya itu lalu dimasukkan ke dalam sangkar ayam bersama dengan busana dan perlengkapan rias.
Dengan diiringi tetabuhan gending, pawang lalu memutar mengelilingi kurungan ayam sembari membaca mantera, mengundang roh Dewi Lanjar agar segera datang bertandang. Jika pemanggilan roh Dewi Lanjar berhasil, kurungan ayam terlihat bergetar.
Suara gending mengalun, kadang mendayu. Asap dupa melenggang lenggok menebarkan aroma mistis di sekitar arena seperti membujuk kehadiran roh Dewi Lanjar. Ketika kemudian kurungan ayam yang tertutup kain itu Nampak bergetar, para penonton mulai berdebar-debar membayangkan apa yang kira-kira akan terjadi.
Begitu kurungan dibuka, keajaiban terjadi. Ikatan tali yang melilit tangan sang gadis sudah terlepas, dan dia sudah berdandan cantik, pakaiannya sudah ganti. Dengan gerakan yang lemah gemulai bagaikan bidadari, Sintren pun menari, diringi para dayang-dayangnya. Musik yang ditabuh para nayaga tak hanya gending saja melainkan juga ditambah alat musik lain yang terbuat dari tembikar dan kipas bambu sehingga dapat menimbulkan irama musik yang khas.
Ketika Sintren mulai menari bersama dayang-dayangnya, maka itu adalah pertanda kalau acara berikutnya bisa dimulai, yaitu Balangan atau Saweran. Penonton menyambit penari Sintren dengan uang. Anehnya, si penari Sintren begitu terkena balangan atau saweran dari penonton, dia akan jatuh lemas bahkan bisa jadi ia pingsan. Pawang segera menolongnya dengan membacakan mantra. Sintren bangun kembali, menari kembali. Kena balangan lagi, jatuh pingsan lagi, lemas lagi, ditolong lagi oleh pawing. Begitu terus berulang-ulang. Sampai akhirnya penari Sintren beserta para dayang-dayangnya melaakukan gerak tari penutup, yaitu Temohon. Para gadis penari mendatangi penonton meminta sumbangan. Penonton memberikan uang sumbangan sebagai ucapan terimakasih.
Sejarah Sintren
Konon kabarnya, kesenian Sintren berasal dari kisah cinta Raden Sulandono dan Nyi Sulasih yang tidak direstui oleh Ki Bahurekso, Bupati Kendal, ayah dari Sulandono. Sedangkan Sulasih adalah seorang putri dari rakyat biasa di desa Kalisalak.
Karena percintaannya tak direstui oleh ayahnya, Sulandono akhirnya pergi bertapa dan Sulasih menjadi seorang penari. Meskipun demikian pertemuan keduanya masih bisa berlangsung dengan bantuan dari sang ibu yang berjuluk Dewi Lanjar dengan cara memasukkan roh bidadari ke dalam tubuh Sulasih,vdan pada saat itu pula sukma Dewi Lanjar memanggil Sulandono. Maka terjadilah pertemuan Sulasih dan Sulandono di alam ghaib. Sejak saat itulah setiap ada pertunjukan sintren, sang penari selalu dimasuki roh bidadari oleh pawangnya. Dengan syarat hal tersebut bisa dilakukan dilakukan apabila sang penari masih gadis yang perawan suci. (AY)