Sendang Kamulyan, Kauripan dan Pangusadan terletak di Grumbul Wanasepi, Desa Binangun. Ketiga sendang tersebut terletak di komplek makam Nyai Mranggi atau dapat dipanggil juga dengan sebutan Roro Siti Ngaisah. Dahulu di masa hidupnya, di Wanasepi tersebut Nyai Mranggi bersahabat baik dengan Paku Pudjaningrat (adik Prabu Sutawijaya) yang berasal dari penembahan Senopati di Mataram.

Paku Pudjaningrat ditugaskan oleh Prabu Sutawijaya untuk mendampingi Nyai Mranggi sebab beliau merasa disepuhkan atau dituakan di daerah Wanasepi tersebut. Nyai Mranggi juga dipilih oleh Kanjeng Sunan Kalijaga dan Syekh Nur Ahmad karena nantinya Nyai Mranggi ini akan dicari oleh banyak orang untuk meminta berkahnya.

“Paku Pudjaningrat, aku perintahkan kau untuk pergi dan dampingi Nyai Mranggi di Wanasepi. Jaga beliau dengan baik,” kata Prabu Sutawijaya.

“Baik,” jawab Paku Pudjaningrat.

Paku Pudjaningat berpamitan kepada Prabu Sutawijaya dan langsung pergi ke tempat Nyai Mranggi. Sesampainya di sana, Paku Pudjaningrat langung menemui Nyai Mranggi untuk meminta izin kepada beliau untuk menjalankan tugas dari Prabu Sutawijaya.

Pada suatu hari masyarakat di Wanasepi ini sangat kekurangan air, sebab daerah tersebut sangat tandus atau kering. Melihat keadaan masyarakat setempat, Nyai Mranggi pergi menemui Kanjeng Sunan Kalijaga dan Syekh Nur Ahmad untuk meminta bantuan supaya menemui cara atau solusi untuk menangani masalah di Wanasepi tersebut.

“Kanjeng Sunan Kalijaga, Syekh Nur Ahmad tolong bantu masyarakat Wanasepi, mereka sangat membutuhkan air,” kata Nyai Mranggi.

“Baik Nyai akan kami usahakan,” jawab Kanjeng Sunan Kalijaga.

Tak hanya itu Nyai Mranggi juga meminta cara kepada Kanjeng Sunan Kalijaga dan Syekh Nur Ahmad agar anak cucunya nanti bisa hidup sejahtera, makmur dan apabila ada kesulitan bisa menemui dirinya.

Beberapa hari kemudian, Kanjeng Sunan Kalijaga dan Sabalana pergi ke daerah Wanasepi untuk melihat keadaan dan juga mencari cara untuk menyelesaikan masalah di daerah tersebut.

Sesampainya di sana, Kanjeng Sunan Kalijaga melihat dan mengambil daun Benda yang memiliki tiga cacah yaitu yang pertama berwarna merah, yang kedua berwarna kuning dan yang ketiga berwarna hijau yang menandakan akan ada tiga Sendang atau mata air yang akan muncul di daerah tersebut.

Setelah Kanjeng Sunan Kalijaga bermunajat atau berdoa dengan sepenuh hati kepada Allah SWT, beliau menancapkan tongkatnya di daerah Wanasepi dengan dibantu oleh Sabalana. Setelah ditancapkannya tongkat tersebut, keluarlah air yang dimana air tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat nantinya.

“Kanjeng Sunan, air sudah keluar,” kata Sabalana dengan tersenyum.

“Alhamdulillah, semoga air ini dapat bermanfaat,” kata Kanjeng Sunan Kalijaga dengan penuh harapan.

Mata air tersebut muncul di tiga titik yang berbeda-beda walaupun masih di satu daerah Wanasepi. Dengan tiga titik tersebut maka terbentuklah Sendang-sendang. Yang pertama dinamakan Sendang Kamulyan, yang kedua Sendang Kauripan dan yang ketiga Sendang Pangusadan.

Masyarakat setempat sangat senang karena mereka tidak kekurangan air lagi. Akan tetapi, muncullah kepercayaan-kepercayaan masyarakat setempat mengenai ketiga Sendang tersebut.

Dahulu Sendang Kamulyan ini memiliki luas yang besar dan dicari oleh orang-orang bagi yang ingin menjadi seorang pejabat. Sebagai contoh menjadi kepala desa, lurah, bupati dan sebagainya. Dengan kepercayaannya itu mereka harus mengambil air Sendang Kamulyan yang dimana air tersebut untuk diminum, mandi ataupun sebagainya.

Selanjutnya, Sendang Kauripan. Dahulu Sendang Kauripan ini dicari orang-orang yang ingin menjadi wiraswasta sebagai contoh menjadi seorang pedagang dan sebagainya. Tak hanya itu, Sendang ini juga dicari oleh petani supaya sukses dan dilancarkan rezekinya. Dengan kepercayaannya tersebut mereka harus mengambil air Sendang Kauripan untuk diminum, mandi ataupun sebagainya.

Dan yang terakhir adalah Sendang Pangusadan. Dahulu Sendang Pangusadan ini dicari oleh banyak orang untuk sebagai pengobatan. Karena kepercayaannya tersebut, mereka harus mengambil air Sendang Pangusadan tersebut untuk diminum, mandi ataupun sebagainya.

Akan tetapi, Sendang tersebut kini sudah tertimbun oleh tanah sehingga airnya tertutup. Oleh karena itu, Sendang di daerah Wanasepi, Binangun, Banyumas kini tersisa dua saja yakni Sendang Kamulyan dan Sendang Kauripan.

Cerita rakyat tersebut berasal dari Grumbul Wanasepi, Desa Binangun, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

 

Diceritakan kembali oleh Nanda Andrea Saputri, lahir di Purwokerto, 28 Oktober 2001. Mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Ia saat ini tinggal di Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *