Ruwatan Rambut Gimbal

Di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, setiap tanggal 1 Suro kalender Jawa, ada upacara unik dan menarik  yang saat ini sudah menjadi obyek wisata budaya, yaitu Ruwatan Rambut Gimbal. Tradisi  unik yang pada tahun 2016 oleh Kementrian Pendidikan  dan Kebudayaan telah dietapkan sebagai warisan Budaya Takbenda Indonesia.

Seiring jalannya waktu, tradisi yang unik ini digelar sebagai pertunjukan budaya. Ruwatan Rambut Gimbal yang dilakukan secara massal menjadi bagian penting dari Dieng Culture Festival yang digelar setiap tahun.

[iklan]

Daerah pegunungan di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah ini memang banyak menyimpan artefak peradaban kuno berupa puluhan situs-situs candi kecil, peninggalan Mataram Kuno, bahkan mungkin era yang lebih tua. Kehidupan masyarakatnya yang agraris masih diselimuti mitos-mitos dan legenda mengenai para penguasa di dunia lain dalam kehidupan mereka. Termasuk fenomena bocah-bocah berambut gimbal yang sering disebut bocah gembel. Mungkin  karena tebal rambutnya menggumpal seperti bulu kambing gembel.  Model rambut gimbal ini umumnya bisa kita lihat pada seniman-seniman musik reage.

Kemunculan bocah rambut gimbal ini merupakan fenomena unik dan aneh di masyarakat dataran tinggi Dieng.  Gimbalnya rambut mereka itu bukan sejak lahir, tetapi muncul mendadak saat mereka di usia bocah, sekitar 1-8 tahun. Pada setiap bocah, lelaki atau perempuan, tanda-tanda akan berubahnya rambut mereka menjadi gimbal itu diawali dengan demam tinggi berhari-hari, lalu disusul rambutnya berubah menjadi gimbal atau dreadlock. Sejak itulah, si bocah yang bersangkutan menjadi bocah gembel yang diistimewakan.

Rambut gimbal ini dianggap sebagai anugrah, bukan aib bukan kutukan. Bahkan orang tua dari bocah berambut gimbal ini menganggap kalau si bocah adalah bukan murni anak mereka sendiri, tapi titipan para dewa. Karena itu apapun keinginan si bocah gimbal harus selalu dituruti. Dan sudah menjadi mitos turun temurun bahwa bocah-bocah rambut gimbal ini adalah titipan dari Nyai Dewi Roro Ronce, abdi dari Nyai Roro Kidul kepada Kyai Kolodete, penguasa dataran tinggi Dieng yang menurut legenda adalah pendiri Wonosobo. Kiai Kolodete konon bersemayam di Telaga Balekambang.

Masyarakat dataran tinggi Dieng juga percaya bahwa rambut gimbal hanya boleh dipotong bila anak yang bersangkutan sudah minta untuk dipotong rambutnya, dan harus dilakukan melalui ritual ruwatan yang dipimpin tetua adat setempat. Uniknya, ruwatan ini hanya dapat dilakukan setelah orang tua memenuhi permintaan apa pun yang diajukan oleh sang anak. Konon jika pemotongan rambut gimbal tidak dilakukan melalui ritual sakral, rambut gimbal akan kembali tumbuh dan si anak cenderung sakit-sakitan. Ritual dilakukan dengan maksud agar rambut si bocah tak lagi gimbal dan tumbuh secara normal. Selain itu tujuan ruwatan adalah untuk membersihkan atau membebaskan anak-anak berambut gimbal dari sukerta (nasib sial, kesedihan, atau malapetaka).

Sekarang ini, pemotongan rambut gimbal dikemas melalui Dieng Culture Festival yang digelar setiap tahun.  Rangkaian acara ritual pemotongan rambut gimbal tersebu adalah seperti berikut:

  1. Anak-anak berambut gimbal (bersama orang tuanya) berkumpul di depan rumah sesepuh sesepuh desa, lalu diarak menuju  kawasan candi Dieng (pelataran Candi Arjuna), tempat acara Ruwatan akan dilaksanakan. Anak-anak rambut gimbal itu mengenakan busana warna putih dan ikat kepala putih.
  2. Sesampainya di pelataran Candi Arjuna, anak-anak rambut gimbal itu dijamasi/dikeramasi dengan air khusus yang diambil dari Sendang Sedayu, atau mereka langsung dibawa ke Sendang Sedayu uang letaknya masih berada di kawasan candi Dieng untuk menjalani jamasan (keramas).
  3. Setelah selesai Jamasan, acara berikutnya adalah ruwatan, pemotongan rambut gimbal yang dipimpin oleh Sesepuh desa atau Tetua Adat. Atas seijin Sesepuh Desa/Tetua Adat, siapa saja yang dianggap sebagai Tamu Kehormatan dalam acara tersebut, seperti Bupati, misalnya, boleh ikut memotong rambut si anak-anak gimbal. Dalam proses pemotongan rambut ini tidak semua rambut bocah gimbal dipotong, tetapi cukup gimbalnya saja.
  4. Usai dipotong, rambut anak-anak gimbal itu dikumpulkan dan dilarung ke Telaga Warna yang mengalir hingga ke Pantai Selatan. Pelarungan rambut gimbal ini dianggap sebagai cara untuk mengembalikan rambut titipan Kyai Kolodete dan Nyai Dewi Roro Ronce kepada pemiliknya Ratu Kidul.

Usai diruwat, rambut bocah gembel diyakini akan tumbuh normal sampai dewasa kelak. Sebelum prosesi pemotongan rambut, bocah-bocah rambut gimbal itu diberikan kesempatan untuk meminta sesuatu yang menjadi kesukaan mereka. Permintaan itu kadang memang mudah untuk dipenuhi, kadang aneh dan nyeleneh, tapi apapun permintaan mereka, murah atau mahal, orang tua mereka harus siap untuk mewujudkan permintaan anak-anak mereka, tanpa kompromi. (AY)

Sumber:
https://id.wikipedia.org/
https://www.liputan6.com/regional/

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *