Ritual Siraman Pengantin

Dalam kehidupan masyarakat suku Jawa dan Sunda yang masih memegang tradisi leluhur, sebuah pernikahan adalah merupakan peristiwa yang sakral dan suci. Karena itu harus dilaksanakan sesuai dengan tuntunan dari leluhur. Sehari menjelang hari pernikahan, kedua calon pengantin harus menjalani ritual Siraman di rumah masing-masing. Kedua mempelai terlebih dulu akan dibersihkan dan disucikan dengan upacara Siraman yang dilaksanakan pada siang atau sore hari. Banyak yang masih mempercayai bahwa setelah selesai  melaksanakan ritual siraman segala noda di masa lalu akan bersih terhapus. Kedua calon pengantin akan kembali bersih lahir dan batin dalam menyongsong hari baru dalam kehidupan rumah tangga, layaknya selembar kertas putih tanpa noda.

Walaupun masyarakat Jawa dan dan Sunda sama-sama menjalani ritual Siraman, namun ada beberapa perbedaan pada saat melaksanakannya. Berikut adalah tatacara Siraman yang ada di masing-masing adat kedua suku tersebut.

[iklan]

SIRAMAN ADAT SUNDA
Dalam adat Sunda, upacara Siraman yang disebut Ngebakan ini biasanya berlangsung di siang hari di kediaman Calon Pengantin Wanita (CPW), dilaksanakan pada 1-3 hari sebelum Hari Pernikahan. Masyarakat mempercayai, bahwa setelah proses siraman, calon pengantin akan bersih dari segala kesalahan di masa lalu sehingga siap menjalani kehidupan rumah tangga bagaikan selembar kertas yang putih bersih. Rincian lengkap dari proses ritual siraman versi adat Sunda tersebut adalah seperti berikut.

1. Ngecagkeun Aisan
Secara simbolis CPW keluar dari kamar, digendong oleh ibunya. Ayahnya berjalan di depan membawa lilin menuju tempat sungkeman. Prosesi ini bermakna kalau orang tua akan mengalihkan tanggung jawab terhadap putrinya kepada menantu.

2. Ngaras
CPW melakukan permohonan ijin dan doa restu, lalu dilanjutkan dengan sungkeman dan membasuh kaki kedua orang tuanya.

3. Menyiapkan Air Siraman
Air Siraman yang sudah disiapkan dicampur dengan 7 macam bunga atau Kembang Setaman. Di antara 7 macam bunga tersebut ada bunga Mawar, Melati dan Kenanga. Bunga Mawar merupakan simbol harapan agar dalam menjalani hidup berumah tangga nantinya, calon pengantin selalu berperilaku jujur. Bunga Melati merupakan symbol harapan akan dapat membawa harum nama keluarga. Sedangkan Bunga Kenanga diharapkan dapat membuat kehidupan rumah tangga pengantin dipenuhi keteduhan.

4. Ngebakan atau Siraman
CPW menuju tempat siraman dengan menginjak tujuh helai kain yang diartikan sebagai harapan agar calon pengantin diberi kesabaran, kesehatan, ketawakalan, ketabahan, keteguhan iman yang kuat dan selalu istiqamah menjalankan agama. Prosesi siraman ini diawali oleh Ibu, Ayah, dan kemudian dilanjutkan oleh kerabat keluarga dan para sesepuh. Jumlah penyiram harus ganjil, sekitar 5, 7,  sampai 9 orang.

5. Ngeningan
Orang tua memotong rambut anaknya sebagai lambang mempercantik diri. Lalu dilanjutkan dengan pembersihan rambut-rambut halus di wajah dan tengkuk. Prosesi ini dimaksudkan agar segala kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu tertinggal dan tidak terulang lagi di masa yang akan datang.

6. Rebutan Parawanten
Rebutan makanan yang berupa umbi-umbian dan makanan ringan. Prosesi ini merupakan sebuah harapan agar kedua mempelai diberi kelancaran rezeki dan segera mendapatkan keturunan

7. Suapan terakhir dari orangtua
Orang tua menyuapkan potongan tumpeng ke anaknya sebagai simbol pelepasan dikarenakan dia akan memulai hidup baru setelah menikah.

8. Tanam Rambut
Orangtua menanam potongan rambut CPW di pekarangan rumahnya. Hal ini dilakukan dengan harapan agar segala hal buruk terkubur, dan pengantin siap menjalani hidup baru yang bahagia.

SIRAMAN ADAT JAWA
Dalam adat Jawa, prosesi siraman dilakukan satu hari sebelum acara pernikahan. Setelah upacara Siraman, CPW di-paes, lalu dilanjutkan dengan selamatan. Menjelang malam dilanjutkan dengan acara Malam Midodareni. Adapun perlengkapan yang harus disiapkan dalam ritual Siraman adat Jawa adalah:

1. Air jernih untuk siraman dan kembang setaman (bunga mawar, melati, kenanga, dll).
2. Pengaron, tempat air untuk siraman
3. Gayung
4. Tikar pandan, daun apa-apa yang dibungkus kain mori
5. Ratus/dupa
6. Anglo, tungku yang berfungsi seperti kompor yang terbuat dari tanah liat
7. Kendhi
Selain perlengkapan siraman juga disiapkan sesajen siraman yang berupa makanan yang terdiri dari:

-Tumpeng robyong
-Tumpeng gundhul
-Dahar asrep-asrepen
-Satu sisir pisang raja dan satu sisir pisang pulut masing-masing berjumlah genap.
-Buah-buahan lengkap (pala gumantung, pala kependem direbus, dan pala kesampar).
-Empluk-empluk diisi bumbu dapur lengkap
-Satu butir telur ayam karnpung
-Satu butir kelapa yang sudah dikupas
-Satu tangkep (tangkup) gula kelapa
-Juplak/damar/pelita, sama dengan sajen tarub
-Kembang telon (kanthil, melati, kenanga)
-Tujuh macam jenang-jenangan
-Jadah jenang dodol, wajik, kacang tanah yang masih ada kulitnya direbus
-Satu ekor ayam jantan

Setelah semua perlengkapan tersebut siap dilanjutkan dengan prosesi siraman. Berikut urutan upacara siraman adat Jawa:

1. Sungkeman
Urutan upacara siraman dimulai dengan sungkeman. CPW keluar dari kamar rias, kemudian sungkem kepada kedua orangtua untuk memohon doa restu.

2. Siraman
Setelah itu CPW diantar ke tempat siraman lalu duduk di atas bangku yang beralaskan tikar bangka atau tikar pandan. Kemudian dimulai upacara siraman. Urutan yang melakukan siraman ini dimulai dari sesepuh tertua, kemudian kedua orangtua pengantin. Yang terakhir menyirami adalah juru rias pengantin.

3. Paes atau berhias
Selesai upacara siraman, pengantin diantar ke juru rias atau juru paes menuju ke ruang ganti pengantin untuk dikerik rambut halusnya yang di atas dahi.

4. Mohon Doa Restu
Selesai rambut halusnya dikerik, CPW dengan didampingi Juru Rias datang menghadap para tamu yang hadir untuk mohon doa restu. Setelah siraman ini, 2 pasang suami istri dari kerabat CPW yang ditunjuk sebagai utusan dari keluarga CPW pergi membawa air siraman ke tempat Calon Pengantin Lelaki (CPL).

5. Adol Dawet
Bersamaan dengan acara siraman, diadakan kegiatan upacara Adol Dawet atau jual dawet. Dalam upacara jual dawet ini tugas ibu CPW jadi penjualnya, sedangkan ayah membantu memayungi ibu. Ayah dan ibu melayani pembeli dawet dengan mengenakan busana adat Jawa. Para tamu berkerumun membeli dawet, alat pembayarannya berupa yang yang dibuat dari kreweng (pecahan genteng) berbentuk bulat dan gepeng.

Kegiatan jual dawet dilakukan pada waktu siang sehingga para tamu yang hadir dapat beramai-ramai dengan suka ria ikut membeli dawet. Ini melambangkan semoga rezeki kedua pengantin kelak di kemudian hari banyak seperti dawet.

6. Dulangan Pungkasan
Suapan terakhir kepada CPW dari orang tuanya. Calon pengantin duduk diapit orang tua. Sebelum upacara Dulang Pungkasan, bapak CPW menyerahkan hasil penjualan dawet kepada calon pengantin.

7. Kembul Bujono Ondrowino
Santap siang/sore bersama dengan tamu undangan yang hadir

8. Pelepasan Ayam
Orang tua sudah tulus dan ikhlas melepas putrinya untuk hidup mandiri. Bagaikan anak ayam yang begitu dilepas sudah dapat mencari makanan sendiri. Diharapkan kelak di kemudian hari, putri tercinta dapat hidup mandiri dan memperoleh rejeki yang luas serta barokah.
Demikianlah urutan upacara siraman adat Jawa. Setelah siraman, prosesi pernikahan adat Jawa dilanjutkan dengan midodareni di malam harinya. (AY)

Inspirasi sumber:
https://www.tokopedia.com/blog/susunan-acara-ritual-pernikahan-adat-sunda-rlt/
https://wolipop.detik.com/wedding-news/d-4910910/

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *