Sebuah puisi pada hakekatnya adalah informasi atau kabar yang ingin disampaikan oleh penulisnya kepada pembaca atau pendengarnya. Yang membuat informasi atau kabar (dalam puisi) enak dibaca atau dengar adalah karena cara penyampaian atau gaya ungkap yang lebih mengutamakan Rasa dan Estetika. Jadi, bisa dikatakan bahwa Puisi adalah Bahasa Rasa.
Saat ini masyarakat sedang galau, kehidupan nyaris kacau balau gara-gara wabah Corona. Di tengah kegalauan inilah para penyair muda dari PBS FKIP-ULM Banjarmasin menjadikan puisi sebagai ruang kreatif untuk menumpahkan segala resah, gelisah dan harapan. Maka, mengalirlah suara Cinta di Masa Wabah Corona. Teduhlah hati kita pembacanya. Teduh. Teduh. Teduh. (Redaksi)
[iklan]
SALAM MANIS KUUCAPKAN
Ahda Nurjanah
Ronanya masih terlintas
Pada kaca yang retak
Salam manis kuucapkan
Untuk pasukan biru
Di garda terdepan
Yang melangkah dengan berani
Siap siaga dalam melayani
Pertarungannya selalu dikenang
Zaman berlalu dan jasanya akan terpampang
Terpampang dalam sebuah sejarah
Meski nelangsa
Yakinlah! Semua akan ada akhirnya
Meski letih
Yakinlah! Semua akan ada ujungnya
Ahda Nurjanah, biasa dipanggil Ahda. Lahir 20 tahun lalu tanggal 8 Agustus di Tungkaran Pangeran, Simpang Empat. Hobi membaca dan cita-cita menjadi guru. Jejaknya bisa dilacak melalui akun Instagram: @ahda_nurjanah_.
GARIS TERDEPAN
Eva Widya Oktaviana
Ada duka di rautmu
Pilu tak berujung
Puluhan nyawa telah gugur
Namun kau tanpa letih terus bertempur
Kautinggalkan keluarga demi amanah negara
Kau tuai cinta kasih pada rasa kemanusiaan
Karena kau adalah obat penawar
Hingga kini kau terus berada di garis terdepan
Dengan segala upaya dan bantuan
Kami di sini tetap selalu mendoakan
Lekas membaik bumiku
Berlalulah pandemi corona
Pulihlah dunia agar kebahagiaan para insan
dapat bangkit kembali
Eva Widya Oktaviana atau bisa dipanggil Vaya adalah mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat. Hobi membaca buku. Instagram: @vayaevawdy_
SEMASA PANDEMI CORONA
Qusnul Aqidahtul Izzah
Dunia bergelimun duka
Mengusik hidup manusia
Tersingkap wajah penuh luka
Semasa pandemi corona
Burung-burung berkicau tanpa jeda
Bercucuran peluh nestapa
Dalam lautan air mata
Merengkuh khusyuk dalam bait-bait doa
Berharap pulih segera tiba
Semburat matahari ubah suasana
Rona lukis senyum bahagia
Membangun kepedulian terhadap manusia
Derap langkah terhenti untuk sementara
Belajar, bekerja, dan merajut asa
Menggaung suara di rumah saja
“Ya Rabbi, ampunilah dosa kami semua!
Bukakan pintu surga kepada yang gugur dalam siaga!”
Qusnul Aqidahtul Izzah, biasa dipanggil Anggi. Lahir di Guntung Payung 15 Agustus 2000. Mengenal sastra ketika duduk di bangku SMP. Kemudian saat SMA, aktif mengikuti kegiatan sastra. Sekarang sedang menempuh pendidikan di ULM, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Akun Instagram: @qusnulaqidahtul.
PEJUANG COVID-19
Riyan Rifani
Perawat bangsa
Jasa dan perjuanganmu
bagaikan sebutir permata
Kau tak berharap balasan harta
Namun kauharapkan senyum
kesembuhan semata
Kau tolong banyak nyawa
Walau kau bukan pejuang melawan Belanda
Tapi kau pejuang melawan corona
Taruhan nyawa jadi modal kesembuhan rakyat tercinta
Perawat bangsa Indonesia
Tendang jauh rasa putus asa
Jangan lupa usaha dan doa
minta pada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Amuntai, 17 April 2020
Riyan Rifani, lahir di Amuntai, 04 Agustus 1999. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Hobi menulis puisi dan memasak. Prestasi pernah menjadi peserta terpilih sebanyak 4 kali dalam lomba cipta puisi nasional pada tahun 2019. Akun Instagram: @ryan_amkowa.
PAHLAWAN DI TENGAH PANDEMI
Rizky Amalia
Mengapa kau hadir
Memberi seribu ketakutan,
Menjauhkan orang terdekat?
Mengapa kau hadir
Menelan banyak korban jiwa?
Mengapa kau hadir
Tanpa belas kasihan
Tanpa perasaan?
Saat ini para pahlawan
Rela gugur di medan pertempuran
Demi sebuah kesembuhan
Saat ini para pahlawan
Berjuang sirnakan kau dari bumi!
Mereka berikan jasa sekuat tenaga
Berjuang tanpa pikir dan logika
Ikhlas membantu sesama manusia
Tolong!
Tolong jangan tolak jasad mereka ketika tiba
Di pembaringan terakhir menuju surga!
Rizky Amalia, lahir di Banjarmasin, 26 April 2001. Hobi baca, nulis, dan dengar musik. Mahasiswi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UnLam, Banjarmasin, KalSel. Akun Instagram: @melight08. Wattpad: Lmk62_.