Lima Jurus Dasar Menulis Puisi

Apa itu puisi?
Secara sederhana, Puisi adalah nyanyian hati, curahan rasa yang tersusun dalam rangkaian kata dengan mematuhi kaidah-kaidah penulisan yang berlaku pada puisi. Dengan kata lain, puisi adalah Bahasa Rasa’. Karena itu siapa saja yang mampu mengolah perasaannya dalam rangkaian kata, maka dia bisa menulis puisi.

Sebuah karya puisi pada hakekatnya adalah sikap atau pandangan penulis terhadap apa yang dilihat, didengar dan atau yang dialaminya sendiri. Karena itu bisa muncul banyak gaya atau bentuk penulisan puisi. Ada puisi romantis, protes sosial, jenaka, kritik, dsb.Semua itu sesuai dengan jiwa atau idealisme penulis.

[iklan]

Puisi-puisi yang pernah kita baca, biasanya terlahir dari berbagai macam proses atau cara. Dan kalau kita cermati dari cara penulisannya, puisi-puisi itu tak lebih dari sebuah ungkapan hati yang dituangkan melalui kata-kata yang dihasilkan berdasarkan cara pandang penulis dalam menuangkan karyanya.

Berbagai macam gaya, tema dan masalah bisa ekspresikan lewat puisi. Mulai dari masalah cinta, sosial, ekonomi, kemiskinan, korupsi, sain, politik dan agama. Tema cinta adalah tema yang paling banyak diminati dan paling asyik untuk diutak-atik menjadi sebuah puisi, baik oleh yang muda maupun yang tua.

Proses terciptanya sebuah puisi bisa melalui 5 jurus dasar.

Jurus 1
JURUS MENGUNGKAP FAKTA DIRI.
Melalui jurus ini puisi tercipta berdasarkan observasi pada diri sendiri, terutama pada faktor fisik atau jasmani fisik. Misalnya pada saat berkaca, bisa jadi akan lahir puisi seperti berikut ini:

FITNAH
Jika ada yang bilang kamu jelek,
tenang saja, jangan emosi

Jika ada yang bilang kamu kampungan,
cuek saja, jangan dilayani

Jika ada yang bilang kamu bego,
biarkan saja, jangan ambil pusing

Jika kemudian ada yang bilang kamu cantik
Itu fitnah namanya.

Jurus 2
JURUS MENGUNGKAP RASA DIRI
Seringkali perasaan kita tergugah ketika merasakan, mendengar atau melihat obyek tertentu. Melihat Sendal Jepit, misalnya. Bisa saja membuat perasaan kita jadi sedih, senang, marah, cinta, sayang, haru, dsb. Perasaan itu kemudian kita ungkapkan dalam bentuk tulisan. Maka jadilah puisi seperti berikut ini.

SENDAL JEPITKU
Kemana pun aku melangkah,
engkau setia menemaniku
tanpa pamrih lindungi telapak kakiku
dari segala bahaya
Tanpamu dunia jadi sempit

Jurus 3
JURUS MENGUNGKAP FAKTA OBYEK LAIN
Sebuah puisi bisa saja tercipta berdasarkan fakta-fakta di luar diri dan ditulis apa adanya, misalnya ketika melihat Sendal Jepit, kemudian muncul gagasan untuk menulis puisi. Dan jadinya seperti ini:

SENDAL JEPIT
Sepasang sendal jepit
Warnanya beda
Yang kiri warna merah
Yang kanan berwarna putih

Jurus 4
JURUS MENGUNGKAP RASA/PERASAAN OBYEK LAIN
Dalam Jurus 4 ini sebuah puisi bisa tercipta dengan cara mengungkapkan perasaan dari obyek tertentu yang berada di luar diri penulis, baik perasaan orang lain maupun benda-benda di sekitarnya yang seolah-olah menjelma menjadi manusia. Misalnya ketika melihat melihat sebuah ruangan seusai rapat dan banyak kursi berantakan dapat saja terlahir puisi seperti berikut ini:

DOA SEBUAH KURSI
Seusai pertemuan
ratusan kursi berantakan dalam ruang
di sebuah gedung mewah megah.

sepi malam merayapi keheningan
dalam diam kursi-kursi itu berdo’a

Ya Tuhan, semoga nanti
tak kucium lagi bau kentut yang sama
dari calon majikanku yang baru.

Jurus 5
JURUS MENGUNGKAP KEHADIRAN YANG BELUM HADIR
Pada tahap ini puisi sudah merupakan hasil kristalisasi yang sangat mendalam atas segala fakta, rasa dan analisa menuju jangkauan yang bersifat lintas ruang dan waktu, menuju kejadian di masa depan. Puisi dipandang mampu untuk menyampaikan gagasan dalam menghadirkan yang belum hadir, yaitu sesuatu hal yang pengungkapannya hanya bisa melalui puisi, tidak dengan yang lain. Misalnya tentang cita-cita, budaya, dan gaya hidup masyarakat di masa depan, nasip rakyat, keadaan negara, dll.

Salah satu contoh yang menarik adalah lahirnya puisi paling tegas dari para pemuda Indonesia, tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta.

SOEMPAH PEMOEDA
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia
Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.

Kami Poetera dan Poeteri Indonesia
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia

Kami Poetera dan Poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.

Begitulah kira-kira tahapan proses lahirnya puisi berdasarkan cara pandang dari apa yang kita lihat, dengar dan rasakan. Oh iya, jangan ragu-ragu untuk mencurahkan rasamu ke dalam tulisan. Jangan takut salah. Tak ada yang salah dengan perasaan. Tulis saja apa yang ingin kau tulis, dan jangan lupa ya, setelah karya puisimu selesai, cobalah baca ulang. Karena puisi adalah Bahasa Rasa, maka bacalah kembali karyamu yang sudah selesai itu dan rasakan. Apakah tulisan terasa gregetnya atau emosinya. Apakah baris demi baris kalimat terasa enak nada dan iramanya ketika dibaca? Apakah ada imaji yang muncul mengusik hati seusai membacanya? Kalau belum, cobalah perbaiki tulisanmu dengan menambah, mengurangi atau mengganti pilihan kata yang pas menurut perasaan, dan enak dibaca/didengarnya.  Selamat mencoba. (AY)

Dapoer Sastra Tjisaoek
April 2020

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *