MANTRA
1/
Dan di keping-keping doa
harapku selalu kuyup
mengumpan Tuhan
dengan bujuk rayu
Untuk kesekian kalinya
kau diam tanpa tahu
mengapa harus diam
Padahal angin …
masih sangat lembut
meniup-niup kepalamu
2/
Jam setengah satu
mantra pecah di hening malam
memamerkan kekuatan
bertukar rupa
Oooh, cukup, cukup sudah!
tak ada lagi sunyi
Malam ini gerimis doaku
begitu sejuk menepuk
kau yang sedang tersenyum
dalam sedu
Tiba-tiba …
aku kembali
menemukanmu
Lawang, 2023
TITIK DIDIH
Telah rebah segantang ilusi siang tadi
Akankah senja akan roboh
Saat sama-sama masih ingin berkhidmat
menyusun rencana di atas remuk hasrat
Di pancang logika
terlilit segenap luka
pada rumit tali simpul kata
Sungguh …
Kau suka membangun cinta
dari gerutu dan omong kosong
Juga puisi-puisi naif
yang tak ada kebenaran apa pun
di dalamnya
Semua tak lebih
hanya gemerincing
dari gemericik sunyi
Terdengar ribut sampai ke dada
Kata-kata berhamburan
seperti igau setan-setan
di balik kuku
Luka-luka melonjak di titik didih
Cinta itu bagaikan amuk gunung api
Lawang, 2023
BERMIMPI TENTANG RANU KUMBOLO
Kita adalah dua renta
yang takluk pada semesta,
muda sebab nyala rindu
dan rela berbagi senyum
Tanpa cinta, kita …
hanyalah remah yang sia-sia
Lawang, 2023
INGIN
Tetiba riak kembali tenang
lebih tenang dari diam
Sapa tersapu gigil yang gugu
melihat waktu melaju menangkup syukur
Kau membuka hari dengan doa dan semangat
memancang cinta kasih di berbagai penjuru mata angin
Izinkan aku melukis di bingkai langit biru
sebagai bukti bahwa kita pernah ada di waktu ini
Kata-katamu menerjang keras di udara
— sungguh denganmu aku ingin belajar hidup
Lawang, 2023
Iis Singgih, lahir dan besar di kota Malang. Penulis buku “Doa Burung-Burung Urban” aktif mengirimkan karya-karyanya ke media baik onlen maupun oflen. Bergiat dalam komunitas GENITRI dan pendiri rumah belajar Cemerlang.