Raden Segoro

selepas menjilati ombak-ombak yang tak memiliki
debur di pinggir pantai itu
lepaskan perahumu dan berjalanlah
biarkan gema dari masa lalu
yang nyaris dipedang tajam malu dan keangkuhan
menuntunmu sampai di makam kuna
muasal dari sejarahku sejarahmu

ya, dari makam ini kita lahir sebagai anak hari yang
akan meneruskan perjalanan rakit menembus
angin yang tak setangguh kepasrahan ibu dan bayi yang
dikandungnya saat melewati rute kematiannya sendiri dari
sejak di keraton Pangeran Gung

hingga laut jadi hamparan permadani
dengan ombak sebagai bantal sutranya
tanah jadi kasurnya, bukit jadi dindingnya
dan kita jadi mimpinya

jangan terburu-buru beranjak dari dudukmu,
walau sudah tunai seluruh doa di bibir sebab
terkadang inti dari kesunyian,
harapan yang akan dibawa pulang
baru membuat hati berdebar
sesaat setelah kita sudah tak memiliki kata
apa pun untuk diucapkan

Gapura, 2023

Asta Totale

jika napasku masih bisa menghirup
energi ombak, bagaimana mungkin bisa
aku sesali runcing mata yang
tak mampu menikam perut lautmu
untuk menyaksikan makammu
yang dijaga karang-karang doa
dan tahlil yang berputar dari masa lalu

cukup dari sini saja
aku bersila dan menyilakan seluruh
diriku menemuimu di hati laut
yang perahu-perahu Bugis terdahulu
pernah tak mampu melintas
bahkan tertelan kekeramatanmu
yang melipat akal dan seluruh kenyataan
yang bulan selalu terjun ke dalam
sebagai keganjilan untuk membangkitkan
bulu kuduk dan keyakinan

maka sekali lagi kuhirup energi
ombakmu sampai ke dasar doaku
agar perahu yang aku rakit
dari bilahan-bilahan sunyi ini
bisa berlayar dari restumu

menuju kekeramatanmu yang
melampaui segala nalar dan keragu-raguan

Gapura, 2023

Agung Sayyid Ahmad Baidlawi

yang juga menggali tandus dadaku
adalah tanganmu menjulur dari masa lalu
hingga muncratlah air menjadi sungai
mengalir ke sawah-sawah kehampaan

di hari yang lain, dari tanganmu pula
aku belajar membajak tegalan
yang tak mampu dicangkul dengan
tajam besi dan baja
menanaminya jagung, kacang, kelapa
puisi, doa, buku-buku, dan kitab suci
agar anak cucuku nanti
hatinya tak kelaparan

sebelum matahari surup ke balik lelahku
aku membasuh tanganku,
wajahku, kakiku, hatiku, kata-kataku

dan di hadapanmu yang seluruhnya
kesunyian, aku buka kitab kenangan
bibirmu menuntunku menghafal
bagian-bagiannya satu per satu

Gapura, 2023

Agung Sayid Ali Barambang

di matamu yang telaga
seekor kera kecil melihat huruf-huruf
berenang-renang jadi perahu
sebilah irisan bambu kaulempar ke air
ia mengambilnya sebagai dayung

dari matamu yang telaga
seekor kera yang dulu dekil kini berangkat
berlayar menuju mata raja yang katanya pantai
di hadapan raja, kera menyerahkan
perahu dan di tangan raja perahu jadi bulan

kera pulang ke dalam matamu
saat bibir raja benar-benar tak mampu
berbicara, sebab detak di dadanya jauh lebih
bergelombang ketimbang samudra mana pun

kini di makammu yang masih telaga
puisi juga belajar mengaji
barangkali suatu hari nanti ia bisa jadi
perahu yang bisa membawa para penyair
berlayar menuju Maha Telaga

Gapura, 2023

Agung Abdurrahman Rombu

engkau adalah penyambung lidah
doaku ke Agung Sunan Kudus dan seterusnya, saat
tangan tak bisa lagi memanjang ke
jantung Nabi dan langit-langit sunyi

engkau adalah tangkai basah  bagi daun-daunku
yang tak mampu lagi menunggu kembang
bercahaya sebelum malam tiba dan
siang hilang di semesta

engkau adalah angin yang pendiam
dan diam-diam menggetarkan
seluruh ingatan yang tak sempat
disentuh penyesalan

engkau adalah rumah abadi bagi
kesalahan-kesalahan
yang tak pernah benar-benar tertimbun
guyuran hujan air mata

dan di sini, entah yang ke berapa kali
tak akan kusaksikan apa pun
selain yang pelan-pelan berdentum
dalam dada seperti sebuah ledakan dosa

di malam yang seluruhnya adalah penyesalan

Gapura, 2023

Faidi Rizal Alief belajar menulis puisi dan cerpen sejak nyantri di Lesehan Sastra dan Budaya Kutub Yogyakarta. Pernah membacakan puisinya di Rumah Pena Kualalumpur Malaysia. Beberapa puisinya terbit di media massa seperti MAJAS, KR, Tribun Bali, Majalah Horison, Mingguan Malaysia, Kurung Buka, Magrib.id, dll. Dan terbit di antologi bersama seperti Senyuman Lembah Ijen, Jazirah, Komunitas Negeri Poci  dll. Buku puisinya Pengantar Kebahagiaan Basabasi, Juni 2017 menjadi salah satu pemenang di Banjar Baru’s Rainy Day Literary Festival 2018 kategori Promising Writer. Aktif di Semenjak dan Damar Korong.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *