Suara

Apabila aku mendengar
Detak-detak syahadat
Berlantun di atas awan
Membayang rupa menawan
Menjelma cinta
Menyeru berdua
Kepada hakikat pencipta kehidupan
Yang selalu bersama kasih dan sayang
Sungguh begitu indah

Takkan bisa menyudahi sesuatu pasti
Takkan bisa memudarkan warna pemeri
Turutkan sesuai jalan sendiri
Lalui beragam ruam
Sampai pada titik panggilan terakhir

Delusi

Ujung mataku masih biru di langit nan jauh
Dari debu-debu yang mengiris retina
Disetiap helai angin menyinggahi tubuh
Ketika bulan bersinar tersenyum

Dipandangan indah menggelora
Sesuatu tiba dengan lembut
Menjamahi seluruh sukma
Membawa pada keindahan semesta kekasih yang dirindu pada masa itu

Rasa Cinta

Ketika berseru
Saat itu pula sesuatu mencoba menyatu
Dalam langkah tiada gontai membelai anginĀ  berpesan kenangan
Berarus sampai menuju jiwa
Menelusur tanpa henti mengejar cita

Saat percaya diri menyampaikan cinta
Maka getaran jiwa mengelabui malam
Mata tak henti menatap langit-langit pelita
Memikirkan nama dan rupa pada rembulan yang membayangkan kemesraan kata

Suara Bising

Di kejauhan sana
Ada lirih membakar
Tak berhenti bahkan memekakkan
Bertandang hingga memanggil kengerian dari balik kegelapan

Berkoar-koar suara hingga menyesakkan
Gumpalan asap menyemaki ruang
Sesuatu sigap menyesati jalan tujuan
Berbenturan pada reruntuhan yang lenyap sesaat

Damay Ar-Rahman atau Damayanti, alumni Universitas Malikussaleh dan IAIN Lhokseumawe merupakan pengajar dan penulis buku puisi. Tulisannya pernah dimuat oleh Serambi Indonesia, Republika, Suara Merdeka, Riau Pos, Sinar Indonesia Baru, Literasikalbar.com, Klik Aceh, Berawang News, dan terhimpun dalam E-Jurnal Doea Jiwa Malaysia . Berdomisili di Lhokseumawe, Aceh.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *