
Puisi D’Eros Sudarjono
Janji Ibu, Rudy dan Mimpi
Dalam kertas terlipat menggeliat hasrat
sekumpul angan tergenggam erat
berikat ucap lembut nasehat
Cerita akan terus berjalan
meski sarat terasa kian membeban
perlukah kau tanya “Apa yang akan kulakukan?”
jika harus ada yang tersisakan
maka semua kembali pada kuasa Tuhan
Dan ketika Gatotkaca mengangkasa
senyum di wajahmu akan terlukis di sana
berhias untai doa
yang tak mengering saat kemarau tiba
Jangan pernah berhenti mengajar mimpi
meski segalanya masih serba tak pasti
Jangan takut! Tak ada yang retak pada pesawat
Kalau retak? Tentu saja semuanya akan jatuh dan tamat
lalu di lengan itu cinta makin terpagut lekat
Jombang, 12 September 2021
*)Rudy adalah nama panggilan Habibie saat masih anak-anak
*)N250 Gatotkaca merupakan pesawat pertama buatan Indonesia yang digagas oleh BJ Habibie
D’ Eros Sudarjono, lahir di Jombang 1970. Jebolan Fak. Bahasa & Sastra Inggris, selain menulis gurit dan puisi juga melukis (sketsa). Puluhan karyanya sudah diterbitkan dalam beberapa antologi. Beberapa naskah juga pernah dimuat dalam beberapa media cetak dan elektronik.
Puisi Amelia Yuliyanti
Di Balik Jendela Tua
Gemericik suara air mengalir melalui sela-sela talang rumah ibu
ibu tertunduk dengan khidmatnya menikmati tiap pola yang ia bentuk
benang-benang pun bergerilya bersama jarum kecil
menelusup kain mencari posisi untuk disinggahi
hingga terbentuk pola pada kain di pangkuan ibu
sedang jarum jam terus berdenting
hujan pun makin lebat
deng deng deng
deng deng deng
ibu tetap di balik jendela menikmati rajutannya
rumah terasa dingin, sebab ibu tak pernah nyalakan tungku
kakinya bengkak
mukanya memucat
barangkali memang itu efek dari penyakit yang ia derita
malam semakin malam ibu tak kunjung bangkit
kini bergantian sang burung hantu yang berkicau menemani ibu
barangkali ibu menunggu anak-anaknya di kota orang
menanti kabar dari Buya dan Lasmi
barangkali ada kiriman pos dari kota
barangakali Buya menelepon ibu
barangkali Lasmi mengirim pesan
hingga ia tak jengah duduk di balik jendela tua
dan terdengar suara “aku pulang ibu”
namun, malam harus pergi
pagi pun menyapa bersama mentari di ufuk sana
ibu meringkuk di balik jendela tua
tak ada suara glotak glotak seperti biasanya
rumah ibu tak bisa mengisi kekosongannya sendiri
jarum jam pun turut terhenti
jarum jahit dan kain tak lagi di pangkuannya
mereka tergeletak di bawah kaki ibu
rajutan telah rapih dengan sebuah renda ditiap sisinya
benang kuning sebagai warna kesukaan ibu turut bergabung dalam rajutan
tertulis gamblang “ibu pulang”
tak ada Buya
tak ada Lasmi
ibu tidur tenang bersama jam yang berhenti berdenting
meringkuk diri di balik jendela tua
Paguyangan, 2020
Daun Oktober
Pagi hari di musim peralihan
daun-daun mulai berganti shift
terbang ke sana ke mari mencari tempat ternyaman
tak jarang mereka akan tersesat
atau, barangkali pura-pura tersesat
atau, memang benar tak tahu arah pulang
entah…
alasan apa yang membuat mereka lenyap
entah…
demi lahirnya daun baru
atau, sekadar agar dijadikan fondasi rumah
oleh para burung pekerja
Paguyangan, Oktober 2021
Amelia Yuliyanti, perempuan kelahiran Juli 1999 di Brebes, Jawa Tengah. Merupakan mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Peradaban. Hobi menonton drama Korea dan menulis. Beberapa karyanya berupa puisi dan cerpen yang terhimpun dalam buku antologi, novel Saudade, serta artikel opini yang terbit di koran seperti Radar Tegal, Satelit Post, Pantura Post, dll.