POPO SI ANAK RAKSASA

Diceritakan kembali oleh Zahra Zetira

Popo adalah seorang anak laki-laki bertubuh besar yang terlahir dari sepasang raksasa baik hati. Sejak kecil Popo sudah diasuh oleh seorang nenek yang hidup seorang diri. Ketika itu kedua orang tuanya berjanji hanya akan menitipkan Popo sebentar saja di rumah sang nenek. Tapi setelah pergi lama, mereka tidak pernah datang lagi untuk mengambil Popo. Maka hingga kanak-kanak, Popo hidup bersama sang nenek yang merawatnya.

Popo senang membantu penduduk desa tempat ia tinggal. Karena tubuhnya yang besar, banyak penduduk desa yang sering meminta bantuan tenaganya. Setelah itu mereka akan memberi banyak makanan untuk Popo dan nenek. Meskipun Popo disukai penduduk desa, dia tidak memiliki teman. Anak-anak di desa itu tidak menyukai dirinya, karena ukuran tubuh Popo yang seperti monster. Suatu hari Popo mencoba untuk ikut bermain bersama teman-temannya.

“Hai, teman-teman. Kalian sedang bermain apa? Apakah aku boleh ikut bermain bersama kalian?” tanya Popo kepada teman-temannya yang sedang asik bermain loncat tali.

“Tidak. Kau tidak boleh ikut bermain. Kami tidak mau,” jawab salah seorang anak laki-laki.

“Kenapa aku tidak boleh bermain bersama kalian?” tanya Popo dengan wajah terlihat sedih.

“Karena tubuhmu sangat besar! Kau bisa mencelakai kami!” seru anak laki-laki tadi.

“Iya benar!!” jawab semua anak-anak yang berada di tempat main.

Popo lalu pergi meninggalkan teman-temannya dengan hati sedih. “Mengapa mereka semua tidak ingin bermain denganku? Semua ini salah tubuhku yang besar. Karena tubuh besarku ini..mereka jadi tak mengizinkanku untuk bermain bersama,” keluhnya dalam hati. Setibanya di rumah, Popo segera mencari sang nenek.

“Nek, nenek…Popo pulang, nek! Nenek di mana?” teriak Popo.

“Nenek di dapur, sayang. Kemarilah nak!” Terdengar suara nenek memanggil dari arah dapur.

[iklan]

Popo segera menuju dapur menemui sang nenek. Wajahnya yang selalu ceria, kini terlihat murung. Nenek tahu sesuatu telah terjadi terhadap dirinya.

“Popo cucuku sayang, mengapa wajahmu terlihat sedih, nak?” tanya nenek dengan lembut.

“Mereka tidak mengizinkan aku untuk bermain bersama, nek. Mereka bilang, tubuhku yang besar ini bisa mencelakan mereka,” jelas Popo dengan wajah yang murung.

“Popo, cucuku. Kau tak perlu bersedih seperti itu. Karena nenek yakin, suatu saat nanti mereka pasti akan menjadi teman baikmu. Percayalah, sayang.” Nenek mencoba menghibur Popo agar tidak bersedih.

Popo tersenyum mendengar perkataan sang nenek. Ia berdoa dalam hati, semoga perkataan neneknya akan menjadi kenyataan.

Suatu hari Popo sedang berjalan-jalan di bukit padang rumput dekat desanya. Di sana ia melihat teman-temannya sedang memberi makan domba-domba mereka. “Wah, sepertinya adyik sekali dapat memberi makan domba-domba, tapi..mereka semua pasti tak akan mengizinkanku untuk ikut bergabung,” keluh Popo dengan sedih. Popo pun hanya memperhatikan teman-temannya dari kejauhan, sambil merebahkan dirinya di bawah sebuah pohon. Angin bukit yang bertiup membuatnya tertidur. Baru saja matanya terpejam, ia mendengar teriakan teman-temannya meminta tolong.

“Tolong..tolong…., ada srigala ingin memakan domba kami. Tolong, tolong…!” teriak salah seorang anak perempuan.

Popo terkejut mendengar suara temannya meminta tolong. Ia melihat teman-temannya dalam bahaya. Seekor srigala besar sedang berdiri di dekat mereka. Ia mencabut pohon besar yang menjadi tempatnya bersandar tadi. Lalu Popo segera berlari menuju teman-temannya, dan membawa pohon tersebut.

“Teman-teman..lihat, itu Popo si anak raksasa!” seru seorang anak laki-laki.

“Tenang teman-teman, aku akan mengusir srigala ini,” jelas Popo sambil bersiap mengayunkan sebatang pohon ke arah srigala.

“Hati-hati, Popo!” seru teman-temannya.

“Rasakan ini srigala besar!” seru Popo sembari mengayunkan sebatang pohon besar ke arah srigala yang sudah siap-siap menerkam domba-domba milik teman-temannya. Dan, “Wuzzz…” kibasan pohon tersebut berhasil membuat srigala itu terlempar jauh. Popo berhasil menyelamatkan teman-temannya dan para domba yang hampir menjadi santapan srigala besar.

“Terimakasih, Popo..” ucapan teman-temannya serentak.

“He…he…, sama-sama teman. Sudah kewajibanku menolong kalian semua, karena kalian adalah teman-temanku,” jawab Popo dengan tersenyum.

Karena kebaikan yang sudah ia lakukan dalam menolong teman-teman dari gangguan srigala besar, Popo akhirnya memiliki teman. Tidak hanya satu, tapi banyak.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *