cuplikan yang lalu
Pengertian mengenai drama berlaku di pentas atau panggung pertunjukkan. Namun sejalan dengan dinamika perubahan kehidupan manusia termasuk dengan makin meningkatnya kecanggihan tekonologi komunikasi informasi maka pengertian drama juga berlaku pada setiap tontonan yang ditampilkan di berbagai media. Nilai-nilai dari seni drama ala Aristoteles misalnya, banyak digunakan dalam produksi film dan televisi.
Kelanjutan :
pengantar
BEDAH AKTING
Semua orang bisa akting.
Buktinya usai nonton film, sinetron, teater maupun tontonan lainnya acapkali penonton mengomentari akting pemain.
Ada penonton yang menganalisa kekurangan seolah paham dan mampu berakting lebih bagus ketimbang pemain, ada yang ikut hanyut – simpati atawa kesengsem, juga ada yang marah lantaran merasa dibodohi, dan sebagainya.
Jadi, rumusan Akting itu apa, bagaimana? Ada yang bilang : akting itu misterius. Anda boleh terkejut, tentu, meski misteri yang dimaksud bukan oleh pengaruh mistik, sihir dan semacamnya, apalagi yang menakutkan. Bukan.
Jawabannya tentu dapat diurai panjang lebar.
Untuk pengantar cukuplah yang paling esensi.
Akting seseorang merupakan refleksi dari berbagai pengalaman kehidupan, hasil pencerapan dan pengolahan panca-indra yang tersimpan dalam benak bathin kesadaran maupun masuk dalam relung bawah sadar – yang maujud pada mimik wajah, gerak tubuh dan ucapan..
[iklan]
Akting nyata di depan mata, terasa tapi tak teraba.
Sedangkan yang berakting menyatakan ada, terasa dan teraba, sesuatu yang mengalir naluriah.
Menjawab pertanyaan bagaimana berakting? Jawabnya jelas, yakni :
melalui persiapan sehingga akting dapat hadir ke permukaan, di antaranya melalui mimik muka : sorot/kedipan mata, bentuk bibir, dengus nafas, olah suara, juga dukungan bahasa tubuh, dan lain-lain.
Pemain teater, film, sinetron, misalnya, sekalipun sudah melakukan persiapan, juga latihan berulang kali, pada saat tampiI di pentas maupun di depan kamera sebenarnya wajib terus mengolah kemampuan aktingnya agar terjadi interaksi antara dirinya sendiri sebagai pemeran dengan peran yang dimainkan, dengan peran lawan main, dengan pengarah peran, maupun set/properti, dan lain-lain yang kesemuanya mendukung kebutuhan adegan.
Mereka yang mumpuni mampu spontan berakting.
Semua mahluk merasa bisa akting, meski belum tentu bisa merasa akting yang berkualitas – karena mesti menguasai dramaturgi maupun tehnik beserta keseluruhan elemen pendukungnya, baik jasmani maupun rohani.
Maka membedah akting pasti menarik, dan asyik
(bersambung : tunggu kelanjutannya)
Cuplikan dari manuskrip BEDAH AKTING, karya Uki Bayu Sedjati, tahun 2013,
(belum diterbitkan)