JAMAN SELALU BERUBAH
MERDEKA BERKENDARA TANPA POLUSI UDARA
 
Entahlah siapa menentukan siapa, atau apa mempengaruhi apa.
Khususnya di dunia teknologi.
Teknologi mempengaruhi kehidupan manusia
atau kehidupan manusialah yang menentukan kelahiran teknologi.
Tentu berbagai bahasan akan muncul di seputar fenomena ini.

Terlepas dari hukum timbal balik tersebut, hampir terasa setiap hari
ada berita penemuan baru di bidang sains dan teknologi.
Ada kabar baik di satu sisi, dan kabar duka di sisi lain.
Sebab selalu akan berlaku hampir mirip hukum rimba:
Siapa yang paling canggih, paling murah, dan paling mudah digunakan.
Dia akan muncul sebagai pemenang.

Beberapa raksasa teknologi hebat di masa lalu.
Tiba tiba dipaksa tidak ada gunanya, dan bangkrut tinggal nama.
Sebut saja teknologi telepon kabel.
Di tahun Sembilan belas delapan puluhan siapa yang tidak bangga,

jika di rumahnya sudah terpasang telepon kabel. Serasa sudah naik status sosial menjadi orang modern dengan memiliki telepon kabel.

Bagi yang tidak punya telepon kabel, cukup berkabar melalui surat menyurat.

Telegram pun menjadi semacam gengsi tersendiri bagi mereka yang bisa berkirim kabar jarak jauh. Sebab di jaman itu ongkos kirim pesan melalui telegram harganya mahal, agar cepat sampai ke tujuan. Untuk antisipasi harga mahal, cara menulis di Telegram pun diajarkan di Sekolah Dasar, karena harga kirim telegram juga berhubungan dengan jumlah huruf yang digunakan. Makin banyak huruf, harga pun semakin mahal.

Di awal tahun sembilan puluhan, Perusahaan Telekomunikasi mulai memperkenalkan alat bernama Pager yaitu alat pengirim dan penerima pesan tulisan jarak jauh pengganti telegram.Tak lama kemudian muncul Telepon mobil tanpa kabel, dan akhirnya keluar teknologi Hand Phone (HP) yang kita kenal saat ini dengan berbagai menu aplikasi lengkap dalam satu HP saja.

[iklan]

Karakter HP saat ini adalah : harga jual relatif murah, canggih, dan mudah digunakan ditambah tersedia berbagai aplikasi lengkap. Biaya operasional pun murah.
Fenomena kemunculan teknologi HP ini meluluhlantakkan tatanan ekonomi,sosial bahkan kehidupan manusia yang sudah lama terasa mapan, tiba tiba dipaksa menghadapi kenyataan harus tutup usaha, padahal tadinya mungkin telah menjadi raksasa ekonomi. Sebut saja beberapa teknologi dan usaha yang menjadi kurban teknologi HP.,bahkan sudah hilang dari peredaran, diantaranya : Bisnis perangko surat yang tadinya untuk keperluan surat menyurat sekarang menjadi benda koleksi saja, Telegram, Telepon kabel (sudah jarang dipakai), Wartel, Warnet, HP jaman dulu (jadul) yang hanya bisa menerima dan mengirim Telepon saja, alat komunikasi Pager pengirim & penerima pesan. Bisa jadi semua itu tinggal cerita.

Senada dengan fenomena di atas, sekarang dunia teknologi sedang bergairah memenuhi semangat Go Green, kembali ke alam,diantaranya bangkit lagi semangat menggunakan mobil listrik maupun sepeda motor listrik.Saat ini memang terasa masih mahal jika dibandingkan dengan mobil bertenaga bahan bakar hidrokarbon semacam bensin, premium, pertalite, maupun pertamax. Seperti awal mula kemunculan HP di awal tahun sembilan puluhan. Harganya mahal, sulit dijangkau bagi masyarakat umum.

Namun saat ini, hampir tidak ada orang yang tidak punya HP., bahkan satu orang bisa memiliki lebih dari satu HP., harganya sangat terjangkau.

Begitu juga kendaraan bertenaga listrik, jika terus diproduksi, dipakai dan dikembangkan sudah tentu akan diperoleh produk kendaraan yang murah, canggih, mudah digunakan dan dilengkapi dengan berbagai aplikasi. Apalagi jika pembangkit listriknya pun berasal dari pembangkit listrik tenaga non-hidrokarbon.

Pada ujungnya kemunculan kendaraan bertenaga listrik dimungkinkan akan terjadi resiko yang sama seperti kelahiran HP., bisa menimbulkan banyak kurban, terutama kendaraan berbahan bakar hidrokarbon. Kendaraan ini akan terasa menjadi kendaraan yang begitu jadul, ditambah  teknologi permesinan di bidang motor bakar sebagai mesin konversi energi di mobil misalnya, hampir tidak mengalami kemajuan yang berarti. Padahal sudah puluhan tahun sistem konversi energi motor bakar dimanfaatkan, yakni sejak siklus Otto dan atau siklus Diesel ditemukan sebagai peletak dasar mesin berbahan bakar bensin maupun solar.

Kendaraan tenaga listrik menjadi solusi terhindar dari polusi udara, polusi suara, dan ramah lingkungan. Apalagi jika ditemukan sistem smart genteng, yaitu genteng yang bisa berfungsi sebagai atap, sekaligus berfungsi sebagai solar cell penghasil listrik. Jika harganya murah, canggih, awet, dan mudah digunakan, bisa jadi setiap rumah memasang smart genteng di seluruh atap rumah. Sehingga pada saat musim kemarau selama enam bulan rata rata di Indonesia, berarti enam bulan tidak membayar biaya listrik, dan bisa digunakan untuk mengisi baterei kendaraan bertenaga listrik.

Beberapa Negara maju sudah memanfaatkan kendaraan bertenaga listrik, Indonesia  menyusul. Kendaraan mobil dan sepeda motor bertenaga listrik, bis kota milik pemerintah pun bisa mengikuti jejak kereta api listrik yang sudah beropersi lebih dulu.

Semuanya siap siap menuju jaman baru: kendaraan bertenaga listrik.

Merdeka dari Polusi Udara dan Merdeka dari Polusi Suara! (AB)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *