CITA-CITA ALIF
Diceritakan kembali oleh Zahra Zetira
Di desa Babakan daerah Banten, hiduplah seorang anak yatim piatu bernama Alif. Ia punya cita-cita ingin menjadi seorang dokter. Karena dengan menjadi seorang dokter, ia bisa menolong orang-orang yang sakit di desanya. Alif tinggal bersama neneknya. Setiap hari, Alif membantu neneknya berjualan singkong di pasar tradisional. Mereka berjualan mulai pukul lima pagi hingga pukul satu siang.
Nenek selalu memberikan uang jajan kepada Alif sebagai upah membantu berdagang. Alif bukanlah seorang anak yang boros. Ia selalu menabungkan sebagian uangnya itu ke dalam celengan tanah liat miliknya. Dengan rajin menabung, ia berharap dapat bersekolah dan mencapai impiannya menjadi seorang dokter.
[iklan]
Suatu hari nenek Alif jatuh sakit. Ia harus membawa neneknya ke rumah sakit. Tapi ia tidak memiliki uang untuk membawa nenek berobat ke rumah sakit. Maka ia pun memecahkan celengannya dan menggunakan uang tabungannya untuk biaya pengobatan nenek ke rumah sakit.
Di rumah sakit, nenek diperiksa oleh dokter. Dokter meminta Alif untuk pergi ke apotik rumah sakit untuk membeli obat. Tapi ternyata uang Alif tidak cukup untuk membeli obat nenek. Ia sangat sedih karena tak bisa menebus obat untuk nenek.
“Hiks, hiks…” Alif menangis di bangku apotik rumah sakit. Tiba-tiba seorang dokter laki-laki menghampiri Alif yang sedang menangis.
“Hai nak, mengapa kau menangis? Di mana orang tuamu?” tanya pak dokter.
Alif menghentikan tangisannya, dan berbicara kepada dokter itu.
“Aku sedih, karena tak bisa membelikan obat untuk nenekku. Sisa uangku tak cukup untuk beli obat. Aku seorang yatim piatu, pak.” Alif menceritakan kepada pak dokter, kalau dia sedang menemani sang nenek berobat di rumah sakit. Pak dokter lalu membelikan obat untuk neneknya.
“Terimakasih, pak,” ucap Alif.
“Sama-sama nak.” Kemudian pak dokter pergi meninggalkan Alif. Tanpa sengaja, pak dokter meninggalkan dompetnya di kantong plastik obat milik nenek Alif.
Alif segera berlari mengejar pak dokter, “Pak dokter, tunggu! Dompet pak dokter tertinggal di kantong plastikku!” teriak Alif memanggil pak dokter agar berhenti.
“Wah, terimakasih. Terimalah sedikit uang ini, nak.” kata pak dokter.
“Tidak usah, pak. Nenekku bilang, kita harus ikhlas dalam menolong seseorang,” jelas Alif.
“Kau sungguh baik, nak. Pasti di sekolahmu, kau adalah murid yang pandai.”
“Aku belum sekolah, pak dokter. Tapi aku sedang menabung untuk segera mendaftar sekolah. Karena aku ingin menjadi seorang dokter baik hati seperti bapak,” jawab Alif dengan tersenyum.
“Kau belum sekolah, nak. Apa kau benar-benar ingin sekolah?” tanya pak dokter.
“Iya, aku sangat ingin bersekolah, pak,” jawab Alif.
Maka akhirnya Alif dapat bersekolah. Karena pak dokter yang baik hati membiayai Alif untuk sekolah, agar Alif bisa menjadi seorang dokter baik hati seperti cita-citanya.
Trimakasih Zahra senang bisa baca dongeng lagi😊ingat waktu kecil dulu sebelum tidur sering didongengi alm papa ,sekrang sudah jadi mama kembali mewariskan dongeng ke anak anakku. Bagaimana dengan anak anakku nanti?…adakah budaya dongeng akan kalian wariskan ke anak anak kalian kelak?