Puisi dan peristiwa memiliki keterikatan. Penyair, biasanya menemukan ide untuk menulis puisi dari peristiwa-peristiwa di sekitar dirinya. Kemudian, dia mengolahnya menjadi bahasa yang estetik sehingga menjadi multitafsir. Namun, tidak semua puisi bisa dikatakan berhasil. Kepekaan rasa dan kualitas bahasalah yang dimiliki penyair untuk menentukannya. Simak beberapa puisi ini. Selamat membaca.

[iklan]

Tanah Berumput
 
Di tanah yang rumputnya tebal
Aku menginjak duri
Lalu jemariku,
membantu untuk
masuk lebih dalam

2020

Fidget

Langit yang kembali merah
dan cahaya yang kembali ke tanah
adalah padah

Yang selalu berputar,
lupa porosnya
Seakan mereka tak tahu,
poros bisa keropos

2020

Perjalanan Awan

Awan mendung pekat di utara
Awan putih langit biru di selatan
Entah
Kurasa memang Langit tak membagi rata

Seekor awan tipis berada di atasku
Termangu-mangu,
akan ke selatan atau utara
Entah
Kurasa memang Langit tak memberi tahu

2020

Sakit

Saat balita,
kita bisa menunda
bahkan menggagalkan
sakitnya jarum suntik.

Saat dewasa,
sakit melampaui jarum suntik
tiap waktu menusuki
pikiran, waktu senggang, jam tidur.

2020

M. Royfan Ardian, seorang mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta. Menempati sebuah rumah di Klaten, Jawa Tengah. Selain menulis puisi, ia juga bermain basket dan rubik. Jika berkenan menyapanya dapat mengetuk dua pintu tertera: @royfanardian_ (Instagram dan Twitter)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *