Langkah pemerintah membuat kebijakan social distancing atau menjaga jarak antar satu dengan yang lain menjadi hal paling penting dilakukan dalam situasi pandemi Corona atau Covid-19. Untuk itu, beberapa sekolah di Indonesia, menghentikan proses belajar-mengajar tatap muka. Sebagai gantinya, siswa akan belajar di rumah secara online. Kondisi ini diharapkan tidak sampai mematahkan semangat belajar siswa-siswi, karena pendidikan untuk mereka tetap menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan bersama.

Work from home (WFH) adalah bentuk imbauan pemerintah dalam rangka menghentikan penyebaran pandemi Covid-19. WFH ini diberlakukan hampir pada semua lembaga termasuk di dalamnya lembaga pendidikan. Bagi lembaga pendidikan, WFH ini berarti proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang biasanya dilakukan di ruang-ruang kelas secara langsung sekarang dihentikan sementara waktu dan digantikan dengan proses belajar mengajar menggunakan sistem online/daring.

[iklan]

Peserta didik dan guru tetap melaksanakan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) seperti biasanya, tetapi dilakukan di rumah masing-masing. Awalnya kita berpikir bahwa pekerjaan ini mudah dilakukan dengan cukup punya fasilitasnya seperti HP dan kuota serta jaringan yang mendukung.

Setelah beberapa minggu melakukan KBM menggunakan sistem online, semua masalah dan kendala mulai bermunculan. Di antaranya tidak semua anak sama dalam hal kepemilikan fasilitas seperti HP; banyak di antara para siswa yang hanya memiliki HP, sebutlah HP biasa. Selain itu jika pun ada HP, keterbatasan kuota dan jaringan yang kurang mendukung juga menjadi kendala.

Kendala ini tidak hanya dirasakan oleh siswa saja, tetapi juga guru. Anggaplah KBM sistem online ini bisa dilakukan oleh guru-guru yang masih muda yang mahir dengan teknologi. Lalu bagaimana dengan guru yang masih meraba dalam penggunaan teknologi? Ini tentu akan lebih sulit lagi. Dengan adanya kendala-kendala tersebut tentunya akan menghambat proses KBM, dan dapat diartikan belajar sistem daring yang dadakan belum efektif untuk dilakukan.

Pemerintah, melalui Kemendikbud mencoba memberikan solusi dengan diberikannya kelonggaran pada anggaran BOS untuk membeli kuota internet peserta didik dan guru. Tetapi, di lapangan tidak semua sekolah menjalankannya dengan berbagai alasan yang diberikan, satu di antaranya keterbatasan anggaran BOS yang diterima. Tidak hanya itu, guru-guru part time pun mendapatkan imbasnya, selain terkena imbas pengurangan honor juga harus mencari pekerjaan lain untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, apalagi mereka yang telah berkeluarga.

Masih banyak kendala-kendala lain yang muncul seperti pada saat sistem online digunakan. Materi yang disampaikan tidak sepenuhnya dipahami oleh siswa; siswa kebingungan dalam menerima materi yang disampaikan guru. Walaupun KBM tersebut dilakukan menggunakan video call, tapi tetap saja tidak seefektif yang dibayangkan.

Selain itu bahkan tidak semua siswa hadir ketika KBM tersebut berlangsung, anggaplah disebabkan oleh jaringan yang tidak mendukung dan bisa juga karena siswa merasa bosan dengan sistem belajar yang tidak efektif. Belajar sistem online ini juga susah untuk mengontrol kehadiran anak-anak saat KBM, sehingga yang dapat mengikuti KBM adalah anak-anak dengan fasilitas yang baik. Pada akhirnya pembelajaran tidak tersalurkan dengan baik.

Tidak semua sekolah mengikuti KBM sistem online. Hal ini tentu karena berbagai pertimbangan. Banyak di antara sekolah memutuskan hanya memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah selama “libur” akibat wabah Covid-19. Dan, hal ini juga menjadi keluhan peserta didik dan juga orangtua disebabkan tugas/PR yang diberikan guru terlalu banyak sehingga membebani anak-anak.

Pemberian PR terhadap siswa selama libur juga tidak menjamin bahwa peserta didik akan belajar di rumah. Kebanyakan siswa beranggapan bahwa PR itu bisa dikerjakan nanti sehingga dibiarkan menumpuk sampai jadwal yang di tetap guru untuk dikumpulkan baru mereka tergesa-gesa untuk mengerjakannya

Dengan kendala-kendala tersebut tentu perlu solusi agar proses belajar mengajar tetap tersalurkan dengan baik, sekalipun harus dilakukan di rumah. Tapi sepertinya solusi terbaik adalah tetap berusaha sebaik mungkin dengan mengikuti tawaran belajar online serta mengikuti aturan dan keputusan sekolah masing-masing.

Tentu saja wabah ini memberikan pelajaran untuk kita, belajar di ruang kelas dengan guru secara langsung tidak dapat tergantikan oleh apa pun. Karena setidak efektif apa pun KBM di ruang kelas tetap itu adalah yang terbaik, materi pelajaran dapat disampaikan dengan langsung, jika ada siswa yang tidak paham mereka bisa secara langsung bertanya kepada guru yang bersangkutan. (red. 26/05/2020)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *