Mengenal Drama
Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Berdasarkan etimologi, kata drama berasal dari Bahasa Yunani dram yang berarti aksi, perbuatan, dan pertunjukan pentas. Drama dapat diwujudkan dengan berbagai media di atas panggung, film, dan televisi.
Drama terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera. Di Indonesia, pertunjukan sejenis drama mempunyai istilah yang bermacam-macam. Seperti, wayang opera, ketoprak, ludruk (Jawa Tengah dan Jawa Timur), lenong (Betawi), randai (Minang), Reog (Jawa Barat), rangda (Bali), dsb. (Padi, 2013: 47).
Pergelaran drama yang ada pada mulanya merupakan bagian dari upacara keagamaan, kemudian berkembang menjadi pementasan cerita yang berisi konflik-konflik. Kata drama selain diartikan pertunjukan pentas tetapi juga bermakna peristiwa yang menggetarkan. (Misbach, 2006: 18).
[iklan]
Drama mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama arti sempit. Dalam arti luas, drama adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan gerak berdasarkan naskah, didukung tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata busana. (Wiyanto, 2002: 3)
Aristoteles mendefinisikan drama sebagai tiruan manusia dalam gerak-gerik. Multon mendefinisikan drama sebagai kehidupan yang dilukiskan dengan gerak. Menurut Baltazar Verhagen, drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak. Ferdinand Brunetiere berpendapat bahwa drama merupakan manusia yang diungkapkan dengan action. Sedangkan Alvin B. Kernan menjelaskan bahwa drama berasal dari kata “dran” yang berarti berbuat (to do) atau (to act).
Kesimpulannya, drama adalah sebuah karya sastra yang berisikan tentang cerita konflik manusia yang dikemas dalam bentuk dialog dengan gerak-gerik yang disusun dengan tujuan untuk diproyeksikan pada pentas sebagai pertunjukan. (Sihabudin dkk., 2009: 7)
Ada beberapa jenis drama berdasarkan dasarnya. Dasar yang digunakan pun bermacam-macam, yaitu berdasarkan keberadaan naskah, berdasarkan penyajian lakon, berdasarkan sarana dan berdasarkan isi dan sifatnya. (Wiyanto, 2002: 7)
Drama Berdasarkan Keberadaan Naskah
Berdasarkan ada atau tidaknya naskah yang digunakan, drama dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu drama tradisional dan drama modern.
Drama Tradisional
Drama tradisional disebut juga drama asli. Bentuk drama ini lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Drama tradisional sangat akrab dengan masyarakat dan sejiwa dengan masyarakat pemiliknya. Setiap daerah memiliki jenis drama yang berbeda-beda, tergantung dari perbedaan pandangan, jiwa, adat serta keyakinan masyarakat pemiliknya. Meskipun setiap daerah memiliki perbedaan dalam drama ini, namun ciri-cirinya tetap sama. Drama tradisional merupakan bentuk drama yang disusun tanpa menggunakan naskah baku. Pada umumnya, aktor dalam drama tradisional mempunyai hubungan dengan penonton. Aktor dapat berdialog atau meminta pendapat kepada penonton tentang situasi adegan. Tema-tema yang diangkat dalam drama tradisional merupakan tema-tema yang berkaitan dengan cerita kehidupan penonton. (Sihabudin dkk, 2009: 8)
Drama tradisional adalah tontonan drama yang tidak menggunakan naskah. Kalaupun ada naskah, naskah itu hanya berupa kerangka cerita dan beberapa catatan yang berkaitan dengan permainan drama. Watak tokoh, dialog, dan gerak-geriknya diserahkan kepada pemain. Dengan cara seperti ini, resiko gagal sangat besar. Contoh drama tradisional adalah ketoprak dari Jawa Tengah, ludruk dari Jawa Timur, dan lenong dari Betawi. (Wiyanto, 2002: 7)
Ciri-ciri drama tradisional, yaitu:
- Cerita yang disajikan sudah dikenal masyarakat.
- Pementasan drama tradidional diiringi dengan alat musik.
- Tarian, nyanyian dan lawak bukan merupakan bagian pertunjukan yang terpisah, bahkan lawakan biasanya menguasai jalannya pementasan.
- Nilai dramatik dilakukan dengan spontan dan tidak terduga.
- Hubungan penonton dan pemain sangat akrab.
- Pergelaran dilakukan dimana saja.
- Sifat drama turun-temurun.
- Ceritanya tidak ditulis, melainkan diceritakan garis besarnya saja. (Sihabudin dkk, 2009: 8)
Drama Modern
Drama modern merupakan drama hasil pengaruh teater barat. Kehadirannya dibuat dan diadakan oleh seorang pengarang atau seorang sutradara. Ciri-ciri drama modern ini adalah disusun dengan menggunakan naskah yang dapat dibaca dan diperankan oleh aktor. (Sihabudin dkk, 2009: 9)
Drama modern menggunakan naskah yang berisi dialog dan perbuatan para pemain itu benar-benar diterapkan. Artinya, pemain menghafalkan dialog dan melakukan gerak-gerik seperti yang tertulis dalam naskah. (Wiyanto, 2002: 8)
Ciri-ciri drama modern, yaitu:
- Bentuk naskah drama modern disusun dengan tema yang beragam dan umumnya tidak berkaitan dengan masalah kedupan sehari-hari penonton.
- Naskah drama dilengkapi dengan keterangan gerak, seting, dan suasana.
- Dialog-dialog harus dihafalkan oleh pemainnya.
- Hubungan pemain dan drama dan penonton tidak akrab.
- Dipentaskan di tempat tertentu, seperti panggung.
- Disusun dengan naskah yang dapat dibaca dan diperankan oleh aktor. (Sihabudin dkk, 2009: 10)
Drama Berdasarkan Penyajian Lakon
Berdasarkan penyajian lakon, drama dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
Tragedi
Tragedi atau duka cerita adalah drama yang penuh kesedihan. Pelaku utama dari awal sampai akhir pertunjukan selalu sial dalam memperjuangkan nasibnya yang jelek. Ujung cerita berakhir dengan kedukaan yang mendalam karena maut menjemput tokoh utama.
Komedi
Drama komedi adalah drama penggeli hati. Drama ini penuh dengan kelucuan yang menimbulkan tawa penontonnya. Komedi bukanlah lawak, karena komedi mengandung nilai-nilai drama yang kelucuannya dibangkitkan dengan kata-kata.
Tragekomedi
Tragekomedi adalah drama perpaduan antara drama tragedi dengan drama komedi. Isi lakonnya penuh kesedihan namun mengandung hal-hal menggembirakan.
Opera
Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. Lagu yang dinyanyikan pemain satu berbeda dengan lagu yang dinyanyikan pemain lain. Demikian pula irama musik pengiringnya. Drama ini mengutamakan nyanyian dan musik, sedangkan lakonnya hanya sebagai sarana. Opera yang pendek bernama operet.
Melodrama
Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan musik. Cara mengucapkannya sesuai dengan iringan melodi pengiringnya. Bahkan pemain sama sekali tidak bicara apa-apa. Pengungkapan perasaannya diungkapkan dengan ekspresi wajah dan gerak-gerik tubuh.
Farce
Farce merupakan drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan. Ceritanya berpola komedi.
Tablo
Tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para pemainnya tidak menggunakan dialog , tatapi hanya menggunakan gerakan-gerakan. Jalan cerita dapat diketahui dari gerakan-gerakan dan bunyi-bunyian pengiring (bukan musik).
Sendratari
Sendra tari adalah gabungan dari seni drama dan seni tari. Rangkaian peristiwa diwujudkan dalam bentuk tari yang diiringi musik. Sendratari tidak menggunakan dialog, tetapi terkadang hanya dibantu narasi agar penonton memahami peristiwa yang sedang dipentaskan. Contoh sendratari Ramayana yang diiringi gamelan Jawa di Perambanan, Yogyakarta.
Berdasarkan Sarana
Berdasarkan sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan kepada penikmat, drama dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu:
Drama Panggung. Drama panggung dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukan. Penonton berada di sekitar panggung dan dapat menikmati drama secara langsung.
Drama Radio. Drama yang menggunakan radio hanya dapat didengarkan, tidak dapat dilihat dan diraba.
Drama Televisi. Drama televisi hanya dapat dilihat dan didengar. Drama televisi hampir sama dengan drama panggung, namun drama televisi tidak dapat diraba.
Drama Film. Drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukan di bioskop.
Drama Wayang. Sarana yang digunakan dalam drama wayang adalah wayang atau golek (boneka kecil) yang dimainkan oleh dalang.
Drama Boneka. Drama boneka menggunakan sarana boneka yang dimainkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang. (Wiyanto, 2002: 8)
Berdasarkan Isi dan Sifatnya
Drama Absurd. Drama absurd adalah drama yang penulisannya tidak mengikuti pola konvensional.
Drama Ajaran. Drama ajaran adalah suatu alegori dalam bentuk drama.
Drama Duka. Drama duka yaitu drama yang menampilkan tokoh sedih dan muram yang terlibat dalam situasi gawat dan tidak menguntungkan.
Drama Dukaria. Drama dukaria adalah drama dengan alur yang sebenarnya lebih cocok untuk drama duka akan tetapi berakhir dengan kebahagiaan seperti drama ria.
Drama Lirik. Drama lirik yaitu drama yang mengekspresikan tema cerita menurut pandangan hidup dan perasaan pengarangnya.
Drama Liturgi. Drama liturgi yaitu darma yang dikarang dengan maksuduntuk dipertunjukan sebagai bagian dari upacara keagamaan di gereja.
Drama Ria yaitu drama yang isinya bersifat menghibur, walaupun selorohan di dalamnya bersifat menyindir dan berakhir dengan kebahagiaan.
Drama Puisi. Drama puisi adalah drama yang mengandung unsur puisi.
Drama sejarah
Drama sejarah yaitu drama yang ditulis berdasarkan bahan-bahan sejarah berupa peristiwa yang disusun secara longgar dan mengikuti urutan waktu. (Sihabudin dkk, 2009: 9)