Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Mbludus.com
    • Beranda
    • Berita
    • Humaniora
      • Sosial Politik
      • Sosialita
      • Pendidikan
      • Tradisi
      • Lingkungan
    • Sains
    • Sastra
      • Cerbung
      • Cerpen
      • Dongeng
      • Drama
      • Kritik Sastra
      • Puisi
    • Kreasi
      • Bisnis
      • Musik
      • Sinematografi
    • Merchandise
      • Buku
      • Baju
      • Kerajinan Tangan
    • Lainnya
      • Profil Redaksi
      • Penerimaan Naskah Mbludus.com
    Mbludus.com
    You are at:Home » Pendidikan » Makan Nggak Makan Kumpul
    Pendidikan

    Makan Nggak Makan Kumpul

    22 Agustus 2019Updated:15 November 2019Tidak ada komentar3 Mins Read48 Views
    Facebook Twitter Telegram WhatsApp
    Share
    Facebook Twitter Telegram WhatsApp

    Makan Nggak Makan Kumpul

    Nana Sastrawan

    ‘Mangan Ora Mangan Ngumpul’

    Barangkali ungkapan Budayawan Umar Kayam di atas bukan hanya sebuah kata atau kalimat saja tetapi bahasa. Dan setiap bahasa memiliki makna yang mengikat, sebuah makna yang dapat menjadi dasar dalam berpikir dan bertindak. Apalagi kita sebagai makhluk sosial, makhluk yang berbudaya membutuhkan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang menerjemahkan hidup.

    Sebagai makhluk sosial dan berbudaya tidak hanya bisa mandiri, namun dapat menjadi tiang bagi makhluk lainnya. Sebuah tiang yang dapat menguatkan sebuah hubungan hidup hingga mencapai tujuan yang diidamkan. Dan karena itu pula dalam kehidupan ini kita membutuhkan teman, keluarga, kekasih, pasangan hidup bahkan musuh.

    [iklan]

    Mangan ora mangan kumpul adalah ruang yang dapat menciptakan itu semua. Menciptakan teman, keluarga, kekasih, pasangan hidup bahkan musuh. Sebab dalam sebuah perkumpulan menimbulkan efek kepercayaan dan ketidakpercayaan. Mereka yang melakukan perkumpulan tidak hanya berguyon. Tetapi, dalam perkumpulan ada sebuah diskusi yang selalu menghasilkan ide-ide baru sehingga terlahirlah karya-karya baru.

    Berkumpul juga dapat menemukan sebuah solusi dari permasalahan yang dihadapi baik itu secara individu maupun secara menyeluruh, baik itu masalah yang bersifat lahir atau masalah bathin. Tradisi ini sudah sangat lama berkembang di masyarakat kita, di dalam diri kita masing-masing. Sebuah budaya yang mencerminkan kesederhanaan namun menghasilkan hal yang luar biasa.

    Lalu, siapa saja yang berkumpul sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa? Apakah mereka kaum intelektual? Pertanyaan itu tidak akan pernah menemukan jawaban, sebab terlalu khusus. Orang-orang yang berkumpul adalah mereka yang hidup di dunia ini. Tidak harus kaum intelektual, tidak harus kaum borjuis, tidak harus para pejabat. Tetapi siapa saja boleh melakukan perkumpulan, menuangkan kegelisahan dalam pikiran masing-masing, berdiskusi tentang keadaan yang baru-baru saja terjadi, atau sekadar bercanda ria untuk melepas penat di zaman yang serba sibuk akhir-akhir ini.

    Perkumpulan dapat membentuk seseorang berkarakter, memiliki pandangan hidup yang terarah, menerangkan yang gelap dan mencairkan yang padat. Tetapi bisa juga sebaliknya, perkumpulan dapat menimbulkan sikap tertutup, bahkan kebencian-kebencian akan tumbuh dalam hati. Semuanya bisa saja terjadi, tergantung motivasi para individu yang datang untuk berkumpul. Sehingga sebuah perkumpulan bisa saja menjadi “to be” secara individu dan keseluruhan atau tidak pernah menjadi sama sekali “not to be” secara individu dan keseluruhan.

     Lalu apa yang dibutuhkan dalam sebuah perkumpulan agar segala motivasi yang dihadirkan selalu mencapai titik “to be”? Jawabannya adalah persahabatan. Sebab istilah ini menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial.

    Hubungan ini melibatkan pengetahuan, penghargaan dan afeksi. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukan kesetiaan satu sama lainnya, seringkali hingga pada altruisme. Selera mereka biasanya serupa mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai, seperti berteater.

    Oleh karena itu, mangan ora mangan kumpul adalah sebuah bahasa yang menimbulkan sikap persahabatan hingga dapat mencapai sebuah keberhasilan dalam perkumpulan. Mari, kita isi jiwa ini dengan persahabatan kepada orang lain, alam bahkan dengan Tuhan.

    komunitas sastra makna persahabatan sastra dan budaya umar kayam
    Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp
    Previous ArticleBumi Manusia dan Komersialisasi Industri Film
    Next Article Mengenal Teknologi Satelit

    Postingan Terkait

    Membaca Peta Jalan Pemikiran Gus Dur: Catatan dari Esai Republik Bumi di Surga

    31 Mei 2025

    Bahasa Indonesia sebagai Alat Komunikasi dan Persatuan Bangsa

    23 Oktober 2024

    Perkembangan Bahasa Indonesia di Era Digital

    23 Oktober 2024
    Leave A Reply Cancel Reply

    Postingan Terbaru

    Refleksi dalam Cerpen “Requiem Burung Gereja”

    11 November 202521 Views

    Sandal Jepit Pesantren

    9 November 20259 Views

    Mengenal Sistem Administrasi Negara Indonesia

    30 Oktober 20252 Views

    Membaca ‘Rahasia Tanda’ di Universitas Pancasakti Tegal

    29 Oktober 20258 Views
    Kategori
    • Berita Terkini (206)
    • Bisnis (7)
    • Buku (80)
    • Cerbung (19)
    • Cerpen (157)
    • Dongeng (90)
    • Drama (28)
    • Europe (1)
    • film (1)
    • Highlights (2)
    • Kritik Sastra (75)
    • Lingkungan (52)
    • Money (5)
    • Musik (18)
    • News (9)
    • Pendidikan (66)
    • Politics (3)
    • Profil Redaksi (16)
    • Puisi (186)
    • Sains (50)
    • Science (5)
    • Sinematografi (22)
    • Sosial Politik (29)
    • Sosialita (141)
    • Sports (5)
    • Tech (5)
    • Tradisi (98)
    • Travel (4)
    • UK News (4)
    • World (1)
    Advertisement
    Follow Kami
    • Facebook
    • Instagram
    • YouTube

    Bermis Serpong ASRI Blok B7/19 RT/RW 02/04, Cisauk - Tangerang

    Untuk Pengajuan Iklan dan Kerja Sama Hubungi:

    Email : redaksi@mbludus.com / dapoertjisaoek@gmail.com
    Kontak: -

    Facebook Instagram YouTube
    Syarat dan Ketentuan
    Definisi

    Ketentuan Layanan

    Ketentuan Konten

    Penggunaan dan Hak Cipta

    Undang-Undang ITE

    Tim Redaksi

    Penerimaan Naskah
    Flag Counter
    Flag Counter

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Ad Blocker Enabled!
    Ad Blocker Enabled!
    Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please support us by disabling your Ad Blocker.