Mahkota Ratu Semut

Di suatu kerajaan semut hiduplah seekor semut merah bernama Vino. Vino seekor semut pemberani, giat bekerja dan jujur. Dia dan bersama rakyat semut bekerja mempersiapkan pesta musim panen. Para semut bergotong-royong membawa makanan dari hutan. Mereka berbaris melakukan estafet dari semut satu ke semut lain, lainnya sibuk memanggul makanan dan menyimpannya di gudang. Pesta itu akan dihadiri bangsa serangga kecuali semut hitam. Tiba-tiba ratu semut memanggil Vino datang ke istana.

“Selama pagi ratu sekiranya ada apa ratu memanggil hamba?” tanya Vino.

“Aku mendengar dari rakyat kamu sangat pemberani, aku ingin kamu merebut kembali mahkotaku yang direbut rakyat semut hitam. Mereka adalah serangga yang kejam, para bangsa serangga membenci mereka. Kerajaan mereka berada di pohon Alora tengah hutan.”

“Hamba siap melaksanakan titah ratu!”

“Tapi ingat semut hitam adalah musuh kita. Kamu harus berhati-hati. Aku ingin kamu kembali dengan selamat membawa mahkota itu.”

“Siap hamba berjanji akan kembali sebelum pesta dimulai.”

Esok pagi Vino berangkat mencari Pohon Alora ke hutan. Di perjalanan dia melihat burung berkelahi dengan seekor ular. Sayap burung terluka dia tak dapat terbang menyelamatkan diri dari serangan ular. Vino merasa kasihan dia mencari cara menolong burung. Vino melihat ke atas ada ranting pohon yang rapuh. Dia memanjat pohon itu. Dia gigit dahan rapuh pohon itu. Dia gigit terus menerus sampai giginya berdarah. Hingga akhirnya dahan itu roboh jatuh menimpa kepala ular. Ular mati seketika. Burung bersyukur selamat dari maut.

“Akhirnya kamu selamat burung,” suara Vino serak karena mulutnya terluka.

Burung mencari sumber suara. Dia melihat seekor semut merah tergeletak di dahan yang jatuh tadi.

“Ternyata tadi kamu yang menolongku ya? Terima kasih,” ucap burung.

Vino hanya mengangguk. Vino tidak bisa berkata karena mulutnya terluka.

Burung membawa Vino ke sarangnya di atas pohon. Burung terbang pelan karena sayapnya pun terluka. Selama tiga hari Vino dan burung mengobati luka mereka. Setelah sembuh Vino pamit meneruskan perjalanan menuju pohon Alora.  Burung menawarkan diri mengantar Vino.

“Pohon Alora itu dihuni oleh kerajaan semut hitam yang kejam. Bangsa burung pun tidak pernah singgah di pohon itu.” kata burung.

“Aku tahu ini berresiko tapi aku akan ke sana mengambil mahkota ratuku. Meski harus kehilangan nyawa misi ini akan aku tunaikan demi kehormatan bangsa semut merah!“

“Kamu bisa mati sia-sia berangkat sendiri ke sana. Aku memuji keteguhan hatimu, aku akan berbicara kepada bangsa burung apakah mereka bisa membantu.”

Para burung setuju membantu Vino. Mereka pun sudah sejak lama ingin mengalahkan kerajaan semut hitam yang kejam.

Esok harinya burung membawa Vino terbang menuju Pohon Alora. Sementara gerombolan burung terbang di belakang. Sesampainya di Pohon Alora, Vino masuk ke istana didampingi oleh burung. Sementara gerombolan burung bersembunyi di balik pohon-pohon lain di hutan.

Vino langsung menghadap ratu semut hitam.

“Kedatangan hamba ingin mengambil kembali mahkota ratu semut merah yang telah direbut semut hitam”, kata Vino.

“Mahkota ini milik kami! Kamu meminta mahkota ini sama saja melawan kami, prajurit serang dia!”

Ribuan semut hitam menyerang Vino dan burung. Burung membawa Vino terbang tapi gerbang istana pohon telah ditutup. Mereka terperangkap. Mereka bertahan dan terus menyerang semut hitam dengan sisa tenaga. Pertarungan yang tidak seimbang membuat Vino dan burung terluka parah.

Di lain tempat, gerombolan burung melihat keanehan gerbang istana pohon Alora tertutup. Para burung curiga lalu terbang menuju istana, mereka berhasil membobol gerbang istana.

Semangat Vino bangkit kembali. Dia mengomandai para burung. Terjadilah pertarungan antara prajurit semut hitam dengan para burung. Ratusan burung mengeluarkan jurus angin, mereka membentuk barisan lalu mengibaskan para semut hitam. Seketika istana porak-poranda. Banyak semut hitam mati dan terluka parah. Melihat istananya hancur akhirnya ratu semut hitam mengaku kalah.

“Aku menyerah dan minta maaf atas semua kesalahanku kepada kerajaan semut merah dan kerajaan burung, aku kembalikan mahkota ini kepada kerajaan semut merah.”

“Baiklah ratu aku menerima mahkota ini, aku mewakili bangsaku juga meminta maaf telah merusak istana ratu”, kata Vino.

Sejak saat itu bangsa semut merah, semut hitam dan burung bersahabat. Setelah misi selesai Vino kembali ke kerajaannya dengan membawa mahkota untuk dihadiahkan kepada ratu semut merah.

Pesan moral : keberhasilan dapat dicapai dengan tekad kuat dan keberanian dalam diri

Winda Efanur FS, Penulis lepas, pendidik di SMP Diponegoro Patimuan. Aktif di komunitas Rumah Penyu Cilacap dan Komunitas Buku untuk Anak Indonesia. Telah menerbitkan antologi tunggal kumcer Cogito Love Sum (2018). IG :@winda_efanurfs

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *