“Nak, kita pindah ke desa, yuk? Mama sudah bayangkan kehidupan di sana pasti akan menyenangkan. Kita akan membangun rumah dari kayu dengan halaman sedikit luas hingga para guguks bisa puas bermain. Mama juga akan menanam palawija. Mama rindu kenangan petani yang bercocok tanam. Menyaksikan mereka berkegiatan sambil minum kopi di pagi hari? Itu semua seperti Surga buat Mama. Rumah kita nanti akan memiliki kolam. Tetapi bukan kolam untuk berenang. Karena kolam itu adalah untuk ikan. Ikan Mas, Nila, Gurame dan Mujair akan Mama sebar bibitnya. Kita akan pelihara untuk kebutuhan protein. Selain tentu saja bebek dan ayam juga. Kita akan butuh telur dan dagingnya. Oh ya, kita bisa pelihara domba dan Kambing juga. Jadi… ketika ada tamu atau pas ingin sedikit pesta? Kita bisa meminta orang lain untuk menyembelihnya. Terdengar kejam? Iya sih… Mama juga tak bakal tega. Sate Kambing muda itu gurih sekali. Tetapi jika bicara prosesnya? Kalian lebih baik tak usah mengetahui. Mama kamu ini pun… akan tak lagi doyan sate kambing muda… jika melihat prosesnya. Ya sudah… Kita bicara hal lain saja ya nak… “
“Kehidupan di desa tentu akan 180 derajat berbeda. Tapi kalian juga tidak perlu khawatir terlalu. Kamu tidak usah takut tidak ada Mall atau kehidupan yang pasti sepi dan membosankan. Sebulan sekali kita bisa jalan ke Kota. Lagi pula… sejak lahir kamu sudah tinggal di kota, hasilnya apa? Kehidupan kota kadang membosankan. Hingar-bingar… gemerlap… macet. Duh… Mama jadi migrain membahasnya. Soal Wifi? Jangan takut, nak… jaringan seluler itu sudah cukup menjangkau daerah-daerah di Indonesia apalagi seputar Jawa. Soal teman? Di sana kamu akan punya banyak teman. Mereka orang desa masih banyak yang tulus. Kita saja yang tinggal di Kota yang biasanya penuh prasangka dan curiga.”
“Mama akan buatkan rumah pohon dari pohon-pohon yang pasti akan berbuah sesuai musim. Kamu jangan takut kehilangan teman- teman kalian selama ini. Kalian bisa undang mereka bergantian ketika weekend. Hingga akhirnya kalian akan menjadi sibuk. Soal sekolah? Ini mungkin agak sedikit pelik. Kita bisa mencari sekolah online. Bukankah selama pandemi kemarin, dua tahun kalian semua bersekolah di rumah? Well… tapi ini semua baru wacana. Mama juga tak yakin ayah kalian akan setuju. Padahal dulu… awal awal bertemu… Mama tertarik sama ayah kalian karena impiannya.
Bahwa mulai usia 40, dia impikan hidup di desa. Waktu itu Mama kalian yang takut. Tapi bulan lalu ketika Mama ingatkan soal keinginan hidup di desa… your daddy… jangankan menyahut. Ngedip aja enggak… hi hi hi hi.
Ya sudah. Mama pasrah. Lagi juga dalam beberapa tahun kalian akan kuliah. Mau tak mau kalian akan hidup terpisah. Apalagi jika kalian sudah menikah Oh Tuhan. Rasanya, baru kemarin kalian adalah bayi-bayi mungil. Lalu jadi anak-anak lucu dan periang yang kadang berantem hanya karena sebungkus permen karet.
Kini kalian sudah remaja dan Mama baru bicara soal kehidupan di luar kota. Mama belum yakin akan apa yang terjadi ke depan. Keinginan dan harapan memang selalu tak semudah kenyataan. Tapi selalu serahkan segala hal kepada Tuhan. Tak ada yang tak mungkin bagiNYA. Apalagi hanya mewujudkan satu Angan dan Impian.”
Tangerang Selatan 08 June 2022 ( Cikeu Bidadewi)