Puisi tidak sekadar kata-kata. Dia adalah makhluk gaib yang setiap langkah mengikuti. Puisi bisa saja menjelma batu, kayu, tubuh, daun, langit bahkan alat teknologi. Itulah yang ditangkap oleh Atik Bintoro, seorang peneliti utama di LAPAN, dia menyulap dunia sains dan teknologi menjadi diksi dalam puisi. Dan jika diamati, diksi-diksi itu menggiring kita ke suatu ruang, waktu peristiwa, yakni masa depan. (Redaksi)

[iklan]

Puisi-Puisi Atik Bintoro

Runtuhnya Para Agen

Teknologi memang gila
Agen tiket transportasi
tiba tiba bangkrut
Lenyap tinggal cerita

Deretan redaktur
tiba tiba menganggur
medsos merajai berita
kawan lebih dipercaya
dari pada dewan

Jika dari tangan petani, nelayan, ilmuwan, agamawan, negarawan,
pengangguran, usahawan,
bisa langsung ke pusat kuasa,
Kenapa juga perlu agen agen penyampai
hasrat, minat dan hajat

Langsung saja
ke pusat kuasa.

Jaman itu hampir tiba
Bersiaplah…


Jakarta, 28 Sept 2019

Jari Pun Berkata

Tatkala kata
tak lagi bersuara
Pikiran menjadi sasaran
Terikat tak lekas lepas

Mana maya mana nyata
Dikira sama tiada beda

Ketika aksara
mengganti kata
ngopi pun senyap
Nyruput bersama
tak lagi bermakna

Anteng berdzikir
Sesuai pikir
Mengembara
Seolah olah nyata


Rumpin, 20 Juli 2019

Karang Terpanggang

Ketika puisiku mendarat, tiba tiba sepasukan drone, ribuan tawon kendali
senyap berkitar, meresapkan cita rasa dari retina ke retina. Gendang telinga membudek, terpenjara suka ria bergembira sendiri saja.

Ketika puisiku menyelam, tiba tiba sepasukan drone, ribuan kodok kendali riuh menari, memindai sinyal bahaya dari duplikasi sidik jari. Jempol tak lagi diguna, sangat mahal harganya melebihi nilai semesta.

Ketika puisiku mengudara dan lanjut menembus antariksa. Tiba tiba aku berkelana tak lagi terpenjara ruang, waktu dan rasa. Ribuan semut kendali menuntunku menuju sajadah, yang itu itu juga. Menjemput puisi dan dijemput oleh jutaan puisi. Luring daring ganti berganti, merdeka memenjara siapa.
Sesuka sukanya suka, bersuka. hm…


Rumpin 28 November 2017

Penulis Atik Bintoro atau yang biasa dipanggil Kek Atek atau Kakek Atek.
Pecinta sastra tinggal di Rumpin, Kab. Bogor, Jawa Barat.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *