Mbludus.com
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita Terkini
  • Humaniora
    • Sosial Politik
    • Sosialita
    • Pendidikan
    • Tradisi
    • Lingkungan
  • Sains
  • Penulis
  • Sastra
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Dongeng
    • Drama
    • Kritik Sastra
    • Puisi
  • Kreasi
    • Bisnis
    • Musik
    • Sinematografi
  • Merchandise
    • Buku
    • Baju
    • Kerajinan Tangan
  • Lainnya
    • Profil Redaksi
  • Beranda
  • Berita Terkini
  • Humaniora
    • Sosial Politik
    • Sosialita
    • Pendidikan
    • Tradisi
    • Lingkungan
  • Sains
  • Penulis
  • Sastra
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Dongeng
    • Drama
    • Kritik Sastra
    • Puisi
  • Kreasi
    • Bisnis
    • Musik
    • Sinematografi
  • Merchandise
    • Buku
    • Baju
    • Kerajinan Tangan
  • Lainnya
    • Profil Redaksi
No Result
View All Result
Mbludus.com
No Result
View All Result
Home Puisi

Gamelan Tahun Baru

23 Agustus 2020
in Puisi
Reading Time:3min read
0
Gamelan Tahun Baru

Gusfahri begitulah Penyair yang satu ini biasa dikenal. Dari olah pikir, logika dan rasa terlahir Puisi yang serasa mampu menembus ruang dan waktu, bahkan kesakralan pun bisa diungkapkan dengan jenaka, meski masih tersembunyi misteri makna sejatinya.

RELATED POSTS

Jantung Pasar

Perjalanan Awan

Di Sudut Paling Sunyi

Kata para pakar sastra: Puisi mempunyai bahasanya sendiri, tidak seperti Novel atau pun Cerpen yang cenderung menyampaikan pesan melalui bahasa yang hampir sama pengertiannya antara Pengarang dengan Pembaca.

Puisi memang mempunyai bahasanya sendiri, terkadang penyairnya pun tidak mengerti apa yang terjadi ketika menulis Puisi. Semacam ombak di samudra kata, membawa si Penyair mabuk.  Tahu tahu Puisinya sudah lahir dan terkirim ke media penerbitan dan terbit di media semacam di Jurnal, Sosmed, atau pun di media cetak. Seolah ada yang berbisik harus menulis Puisi, tanpa kuasa mengendalikan rasa dan pikir.

Suasana kebatinan seperti itulah yang sering kali menjadi misteri tersendiri, demikian juga Puisi puisi besutan Penyair dari tanah Madura ini, sehingga lahir estetika unik, makna misteri, dan logika jungkir balik yang mampu menertawakan para pengusung rasional di jalan jalan ilmiah. Rasa, makna, dan logika kadang perlu dijelahi lewat Puisi. Selamat menikmati puisi puisi Gusfahri. (redaksi)

[iklan]

Gamelan Tahun Baru

Salam kepada bunyi terompet yang meneriakkan doa kami.
Dosa merekah pada warna-warni kembang api,
Dikota di setiap kata dalam dua belas bulan silam.
Kedunguan kami terus menertawakan hujan yang meneteskan kabar,
Seakan kaki kami satu jiwa dengan jalan raya.
Bising klakson dan gertakan knalpot bodong mengunyah renyah rasa
Resah bapak ibu, yang meratap bayang kami di atas ranjang.

Mungkin akan terkenang menjadi bunga atau belati,
Setelah pukul dua puluh tiga lima puluh sembilan menit lima puluh sembilan detik:
Sisa tawa kami yang jatuh dalam sebotol arak
Atau jalinan kasih yang menyelimuti kamar kos dan hotel-hotel,
Sehingga mata hati kami tak lagi mampu menjangkau panggilan surau.

Sungguh kami Bermimpi di putaran kesatu matahari,
Derasnya pengampunan masikah seperti sungai
Yang membawa dosa kami ke hilir?
Atau bisakah kami sadar bahwa di kaki ibu masih menyimpan surga!

Merayakan Bakal Ajal

Setiap tanggal lahir
Kau mengucapkan sayonara kepada dunia
Meniup sebatang lilin yang merupakan tubuh sendiri,
Memotong dan menyantap kenangan
Dari sepotong kue dengan bermacam warna
Kehidupan sebelumnya.

Sanak keluarga maupun teman
Baik dari hati atau bukan. Telah mengisyaratkan
Kematian engkau “selamat ulang tahun maut!
Semoga kau berkah umur”. Malah kau balas kebahagiaan.

Pernakah tergenang dalam kepalamu:
Ketakwaan pada tuhan yang terkadang larut
Saat kita di kecam kenyamanan,
Keharibaan tercinta kau tinggal di sekujur tanggal,
Atau air mata yang enggan jatuh di kaki ibumu.

Sungguh kau terlena adat barat
Meniup api yang entah
Apakah kelak bakal membakarmu?

Lima sajak tentang ibu

1)
Tiada selimut terhangat
Sehangat pelukan ibu:
Membasmi kedinginan
Ketika malam adalah raja.

2)
Tiada sungai terderas
Sederas keringat ibu:
Tak menjumpai hilir
Mengaliri langkah ini.

3)
Tiada cinta yang nyata
Kecuali kemarahan ibu:
Mendidik buah hati
Tetap seperti manusia.

4)
Tiada surga terindah
Seindah senyuman ibu:
Nikmat tersaji saban waktu
Suka atau luka.

5)
Tiada doa bertuah
Seperti keramat lisan ibu:
Telah menjadi surga
Untuk kita semua.

Surga mati di bumi

Masihkah senyum dapat kucitrakan di puisi ini
Senyampang dunia kerap laksa air mata.
Kota besar serempak mati
Saban jejak meregut korban dan nyawa.
Kini pelajar menggergaji bangku mereka
Menggelimuti tugas pada smartphone
Di tiap-tiap bilik.
Rumah ibadah di blokade
Kita tak bisa memujuk doa
Menunggu tuhan di rumah saja.

Layaknya cita-cita di ambang mimpi
Kecerlangan bumi telah ayal
Surga adalah hayal yang mencekal.
Ketakutan menangis, mencari tuhan:
Lawan, tidak, lawan, tidak
Semua bermunajat

Gusfahri (Gusti Fahriansyah),asal desa Torbang Batuan Sumenep yang bermigrasi ke annuqayah dan mengeram di Majlis Sastra Mata Pena, SMA Annuqayah, persatuan santri Lenteng (Persal), komunitas Tumpah pena, serta Sanggar Gemilang. Pernah di muat di beberapa media seperti Takanta, Kawaca, Jawa post, dan lainnya.

Tags: komunitas sastra maduramata penapencinta puisi sumeneppuisi kehidupan
ShareTweetPin
Mbludus

Mbludus

Related Posts

Jantung Pasar
Puisi

Jantung Pasar

24 Januari 2021
Perjalanan Awan
Puisi

Perjalanan Awan

17 Januari 2021
Di Sudut Paling Sunyi
Puisi

Di Sudut Paling Sunyi

10 Januari 2021
Surat Cinta dari Fiksiku
Puisi

Surat Cinta dari Fiksiku

6 Januari 2021
Yordan
Puisi

Yordan

12 Oktober 2020
Rumah Tanpa Televisi
Puisi

Rumah Tanpa Televisi

7 September 2020
Next Post
Menghitung Surga

Menghitung Surga

Menggambar Bintang : Kisah Seorang Anak Suku Asmat (5)

Menggambar Bintang : Kisah Seorang Anak Suku Asmat (5)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow Me

Popular Stories

  • Cerita-Cerita di Musim Hujan

    Cerita-Cerita di Musim Hujan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Main Bola Bekel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hikayat Si Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Lagu Satu, Dua dan Tiga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bidadari Penjelajah Masehi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Berita Terkini

Taman Baca di Pinggiran Kota

Taman Baca di Pinggiran Kota

30 November 2020
kumpulan puisi

Penyair Terpilih Antologi mbludus.com

6 November 2020
cover kumcer mbludus

Cerpenis Terpilih Antologi mbludus.com

4 November 2020

Puisi

Jantung Pasar

Jantung Pasar

24 Januari 2021
Perjalanan Awan

Perjalanan Awan

17 Januari 2021
Di Sudut Paling Sunyi

Di Sudut Paling Sunyi

10 Januari 2021

Cerpen

Perjamuan Masa Lalu

Perjamuan Masa Lalu

24 Januari 2021
Perjalanan Nenek Sukiyah

Perjalanan Nenek Sukiyah

23 Januari 2021
Terompet Usang Tahun Baru

Terompet Usang Tahun Baru

10 Januari 2021
Free counters!

Alamat Redaksi

Bermis Serpong ASRI Blok B7/19 RT/RW 02/04, Cisauk - Tangerang

Hub : 0877 8848 4000

Untuk Pengajuan Iklan dan Kerja Sama Hubungi:

redaksi@mbludus.com
dapoertjisaoek@gmail.com

Syarat dan Ketentuan

Definisi

Ketentuan Layanan

Ketentuan Konten

Penggunaan dan Hak Cipta

Undang-Undang ITE

Tim Redaksi

Penerimaan Naskah

Kategori

  • Berita Terkini
  • Bisnis
  • Buku
  • Cerbung
  • Cerpen
  • Dongeng
  • Drama
  • Kritik Sastra
  • Lingkungan
  • Musik
  • Pendidikan
  • Profil Redaksi
  • Puisi
  • Sains
  • Sinematografi
  • Sosial Politik
  • Sosialita
  • Tradisi

Berlangganan

Silahkan isi nama dan email Anda lalu klik berlangganan untuk mendapatkan notifikasi konten terbaru
Loading

© 2021 Dapoer Sastra Tjisaoek.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita Terkini
  • Humaniora
    • Sosial Politik
    • Sosialita
    • Pendidikan
    • Tradisi
    • Lingkungan
  • Sains
  • Penulis
  • Sastra
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Dongeng
    • Drama
    • Kritik Sastra
    • Puisi
  • Kreasi
    • Bisnis
    • Musik
    • Sinematografi
  • Merchandise
    • Buku
    • Baju
    • Kerajinan Tangan
  • Lainnya
    • Profil Redaksi

© 2021 Dapoer Sastra Tjisaoek.