Keong Mas
Diceritakan kembali oleh Abah Yoyok
Cinta yang datang tiba-tiba bisa saja membuat hati seseorang berubah seketika. Begitu mata saling beradu pandang dengan lelaki gagah dan tampan yang ada di hadapannya, jiwanya langsung bergetar tanpa sebab yang jelas. Itulah yang terjadi dengan Dewi Galuh, putri sulung Raja Kartamerta dari kerajaan Daha.
Pada suatu hari datanglah seorang putra mahkota dari kerajaan Kahuripan yang bernama raden Inu Kertapati. Maksud dan tujuannya adalah untuk melamar salah satu dari dua orang putri raja Kartamerta. Ketika melihat ketampanan sang putra mahkota itu, Dewi Galuh langsung jatuh hati. Gubrak! Api asmara tiba-tiba membara dalam dada. Hatinya termehek-mehek digerogoti virus cinta yang tumbuh dengan sendirinya. Hayalnya membumbung tinggi ke mayapada. Ia berharap semoga lamaran sang putra mahkota kerajaan Kahuripan itu jatuh ke pangkuannya. Tapi apa mau dikata, Tuhan Yang Maha Kuasa telah menuntun hati prabu Inu Kertapati untuk menjatuhkan pilihannya pada putri Candra Kirana, adiknya.
[iklan]
Raja Kartamerta dan permaisuri setuju. Raden Inu Kertapati dan putri Candra Kirana segera dipertunangkan. Dewi Galuh jadi iri, tapi tak berani memprotes keputusan ayahandanya. Dewi Galuh tak kuasa menahan panas hatinya yang terbakar oleh api asmara yang membara membabibuta. Bibit dendam pun tumbuh subur di hatinya yang sudah digerogoti virus cinta pada sang putra mahkota yang tampan rupawan itu. Timbul niat buruknya untuk mencelakai adiknya. Diam-diam ia pergi ke rumah Nenek Sihir untuk meminta bantuan untuk menyihir adiknya jadi binatang yang menjijikkan dan dijauhkan dari Raden Inu Kertapati. Nenek Sihir jadi kaget dan heran, katanya:
“Maaf, tuan putri. Gusti Ayu Candra Kirana itu adik kandung tuan putri. Mengapa tuan putri sampai hati untuk….”
“Dia itu adik yang tak tahu diri. Dia sudah merebut raden Inu Kertapati dari hatiku. Sudahlah, Nenek jangan banyak tanya. Laksanakan saja perintahku.”
Nenek Sihir diam sejenak. Mikir.
“Tapi bagaimana saya bisa melakukannya kalau adikmu itu ada dalam istana. Jika saya menyihirnya di dalam istana, baginda raja pasti akan mengetahuinya. Bisa dihukum gantung saya di alun-alun kerajaan.”
Dewi Galuh memahami kesulitan si Nenek Sihir. Kalau sampai perbuatan Nenek Sihir diketahui ayahandanya bukan tak mungkin rahasianya akan ketahuan juga.
“Benar juga katamu, Nek! Ayahanda pasti curiga jika mengetahui hal ini,” kata Putri Galuh sambil manggut-manggut.
***
Singkat cerita, Dewi Galuh berhasil memfitnah adiknya sehingga sang adik diusir dari istana. Suatu hari, ketika Putri Candra Kirana sedang berjalan menyusuri pantai, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara tawa nenek-nenek yang sangat menyeramkan. “Hii…hi… hi… hi…! ”
Dengan menahan rasa takutnya, Putri Candra Kirana clingak-clinguk menebar pandang ke sekeliling, mencari sumber suara tawa. Tak ada siapa-siapa, tak ada apa-apa.
“Aneh! Ada suara tapi tidak ada orangnya?” pikirnya dengan heran.
Ketika Candra Kirana hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba seorang nenek muncul dan berdiri di depannya.
“Siapa kamu nenek tua, mengapa menghalangi jalanku?” tanya Candra Kirana.
“Hi hi hi…Aku si Nenek Sihir! Aku diperintahkan oleh Putri Galuh untuk menyihirmu menjadi seekor Keong karena kamu telah menyakiti hatinya. Katanya, kamu telah merebut Raden Inu Kertapati darinya.”
Putri Candra Kirana langsung ciut hatinya. Dengan iba dia memohon.
“Ampun, Nek! Jangan sihir aku!”
Nenek Sihir tak perduli. Sambil tertawa terkekeh-keh, si nenek menyihir putri Candra Kirana menjadi seekor keong berwarna kuning emas. Sebelum membuangnya ke laut, nenek sihir itu berkata kepada Putri Candra Kirana, “Hai, Putri! Sihir itu akan hilang jika kamu bertemu dengan tunanganmu.”
Sejak saat itu, Candra Kirana hidup di pinggir laut sebagai seekor keong bersama keong-keong yang lain. Suatu hari, ketika sedang mencari makan di antara batu karang di pinggir laut, ia tersangkut pada jaring seorang nenek bernama Mbok Nelayan yang sedang menjaring ikan.
“Waaah, indah sekali warna keong ini! Baru kali ini aku melihat keong berwarna kuning keemasan,” gumam Mbok Nelayan dengan rasa kagum. Mbok Nelayan jadi tertarik untuk memelihara keong emas itu. Ia membawanya pulang dan menyimpan di dalam tempayan.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Mbok Nelayan kembali ke laut untuk mencari ikan. Rejekinya apes. Sampai hari menjelang siang, ia belum juga mendapatkan seekor ikan pun. Karena perutnya sudah merasa lapar, Mbok Nelayan memutuskan untuk pulang saja ke pondoknya. Betapa terkejutnya ia ketika tiba di pondoknya. Berbagai jenis makanan lezat lengkap dengan buah-buahannya telah tersedia di atas meja di dapurnya.
“Ya ampuun… siapa yang telah menyiapkan makanan lezat ini? Hmmm…” gumam Mbok Nelayan heran. Karena perutnya sudah lapar sekali, Mbok Nelayan, tanpa pikir panjang lagi segera menyantapnya dengan lahap tanpa tersisa sedikit pun. Keesokan harinya, kejadian aneh itu terjadi lagi. Begitu pula pada hari-hari berikutnya, ia mengalami peristiwa yang sama. Kejadian aneh itu membuat Mbok Nelayan penasaran ingin mengetahui siapa pelakunya.
Suatu hari, Mbok Nelayan sengaja pulang lebih cepat dari biasanya. Dengan sangat hati-hati, ia mengintip ke dalam pondoknya melalui sebuah lubang kecil. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat kepulan asap keluar dari tempayannya. Tiba-tiba seorang putri yang cantik jelita keluar dari kebulan asap itu. Putri tersebut lalu memasak dan menyiapkannya di meja. Menyaksikan peristiwa yang ajaib itu, Mbok Nelayan jadi penasaran. Segera ia masuk ke pondoknya dan menghampiri putri cantik itu.
“Kamu ini siapa, putri cantik? Mengapa ada di gubukku, dan dari mana asalmu?”, tanya si nenek.
“Nenek, aku Candra Kirana putri kerajaan Daha. Aku disihir menjadi Keong Mas oleh Nenek Sihir atas permintaan saudaraku yang iri kepadaku”, kata Keong Mas. Setelah menjawab pertanyaan dari nenek, Candra Kirana berubah lagi menjadi Keong Emas. Nenek Nelayan melongo terheran-heran.d
****
Sementara itu di negeri Kahuripan, Pangeran Inu Kertapati yang mendapat kabar kalau putri Candra Kirana, calon permaisurinya, menghilang dari istana, hatinya jadi gundah gulana. “Aku harus mencari tunangkanku sampai ketemu, dimanapun adanya. Walau sampai ke ujung dunia sekalipun, aku harus menemukannya.” Begitu tekat pangeran Inu Kertapati yang gundah gulana hatinya. Maka pergilah ia mencari tunangannya dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Namun apa yang dilakukan oleh Pangeran Inu Kertapati itu diketahui oleh Nenek Sihir, yang segera merubah dirinya menjadi seekor Burung Gagak untuk mencegat dan mencelakai Pangeran Inu Kertapati.
Raden Inu Kertapati kaget sekali ketika ada seekor burung gagak mencegat jalannya dan bisa berbicara serta mengetahui tujuannya. “Hei satria tampan yang gagah perkasa,” kata si Burung Gagak, “ pasti kamu hendak mencari tunanganmu, putri Candra Kirans , ya. Kwak…kwak…kwak…”
Pangeran Inu Kertapati terheran-heran. Ia menganggap ini pasti Burung Gagak yang sakti. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi belum sempat ia bicara, Burung Gagak yang sesungguhnya jelmaan Nenek Sihir itu berkata lagi. “Kwak…kwak…kwak… “Ayo, Pangeran tampan, ikuti aku. Aku akan menujukkan di mana putri pujaan hatimu.”
Sang Burung Gagak lalu terbang kea rah Selatan, arah yang sebenarnya salah. Pangeran Inu Kertapati mengikuti arah terbang si Burung Gagak. Di tengah perjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang Kakek Tua yang sedang kelaparan, lalu diberinya Kakek itu makan dan minum dari bekalnya. .Ternyata Kakek Tua tersebut adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu Kertapati dari perangkap si Burung Gagak yang tak lain adalah jelmaaan dari Nenek Sihir yang jahat.
Kakek Tua itu memukulkan tongkatnya ke arah Burung Gagak. Tepat mengenai kepalanya. Tiba-tiba Burung Gagak tersebut berubah menjadi gulungan asap hitam menyerupai bentuk seorang nenek tua, yang segera menghilang dihembus angin. Oleh Kakek Tua kemudian memberitahu di mana sebenarnya Putri Candra Kirana berada. Disuruhnya Raden Inu Kertapati pergi ke desa Dadapan.
Setelah beberapa hari berjalan, maka sampailah Pangeran Inu Kertapati ke desa Dadapan. Di pinggir desa ia melihat ada sebuah gubuk. Ia mendatangi gubuk itu untuk meminta seteguk air karena merasa haus setelah berjalan berhari-hari. Sesampainya di depan pitu gubuk, ia sangat terkejut sekali, karena dari balik jendela ia melihat Candra Kirana sedang memasak.
Singkat cerita, Raden Inu Kertapati berjumpa dengan Putri Candra Kirana. Sihir dari Nenek Sihir lenyap seketika karena perjumpaan itu. Kemudian, Raden Inu Kertapati memboyong tunangannya beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada ayahandanya, baginda raja Kertamarta.
Baginda Raja minta maaf kepada Candra Kirana. Dewi Galuh yang ketakutan karena rahasianya terbongkar, ia melarikan diri ke hutan. Pesta pernikahan antara Putri Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati segera dilangsungkan. Akhirnya, mereka berdua hidup bahagia.