Santet
Hardia Rayya
“Bisa kan orang ini jadi sakit, Ki?” Tanya seorang pejabat negara kepada dukun sakti yang namanya sudah terkenal ke seantero negeri.
“Hmm… bisa. Tapi mas kawin yang kita sepakati sudah dibawa, kan?” Dukun itu menjawab dan berlagak sibuk.
Pejabat yang sering dipanggil Norsi itu mengangguk, dalam hatinya ia berkata: dasar dukun mata duitan! Sementara itu, istri Nosri menggenggam erat tangannya.
[iklan]
Kemenyan dibakar. Baunya semerbak. Sang dukun merapalkan mantera. Matanya terpejam. Nosri dan istrinya terlihat agak takut. Mulut sang dukun terus komat-kamit, hingga kedua matanya terbuka lebar, mengagetkan mereka berdua.
“Sabar…,” kata dukun. Tiba-tiba di hadapan mereka keluar asap yang menjelma menjadi seseorang berbadan besar.
“Siap tuan!” Kata asap itu yang ternyata adalah Jin.
“Laksanakan tugasmu pada orang ini!” Perintah dukun sambil menunjukan foto yang diberikan Nosri.
Jin itu hormat dan menghilang.
“Tunggu saja,” kata dukun dengan santai.
Pejabat negara dan istrinya ketar-ketir. Entah apa yang mereka pikirkan, pastinya mereka tidak ingin dalam hidup mereka ada yang menyaingi. Siapa pun yang berusaha mengalahkan mereka, pasti langsung dilibas dengan cara apa pun. Termasuk orang yang di dalam foto itu, adiknya sendiri.
Sekitar sepuluh menit asap tebal mengepul di ruangan. Jin muncul dengan wajah babak belur. Ia pun kembali dengan sempoyongan.
“Ada apa, Jin?”
“Ampun tuan. Saya tidak mau kerja lagi. Saya mau tobat.” Jin itu terlihat ketakutan.
“Memangnya kenapa?”
“Orang yang menjadi target kita ternyata bersekutu dengan Tuhan. Tuhan memiliki pasukan ribuan malaikat dan Jin tentunya. Saya baru berteriak, langsung disergap. Dipukuli, hampir mati. Untung saja pemimpin mereka baik hati, saya diampuni. Sekarang saya tidak mau bekerja denganmu lagi. Saya mau tobat.” Jin itu berubah jadi asap lalu lenyap tanpa bekas.
Nosri si pejabat negara saling pandang dengan istrinya, bingung dan tak tahu harus ngomong apa. Sang dukun mendadak gemetar, lalu lari masuk ke kamar dan sembunyi di bawah selimut tebal.