Puisi lahir dari hal-hal yang sederhana pun sering kita baca. Biasanya, puisi-puisi ini cenderung gamblang dan tidak terlalu bermain gaya bahasa. Puisi-puisi seperti ini sering bertemakan sosial, kehidupan sehari-hari yang terjadi di sekitar penyair. Akan tetapi, puisi tetap memiliki ruh yang kuat untuk pergerakan, mencipta puisi tentu tidak sekadar menuangkan kata dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Puisi yang baik, lahir dari penyair sejati. Ya, penyair yang tidak terburu-buru mencipta puisi. (redaksi)

[iklan]

Puisi-Puisi Ma’rifat Bayhaki
Panorama Manusia

Dipucuk pohon yang menancap dipuncak gunung
Aku dan secarik kertas lengkap dengan penanya
Menikmati indahya bumi yang akan aku lukis dalam puisi
Kulihat manusia berkejaran dibibir pantai
sebilah pisau terus mengejar sekantong beras
sampai salah satu dari mereka berhenti bernafas

disebuah lembah seorang remaja terlihat sedang mencari hiburan
lehernya menggenggam kuat seutas tali yang terpatri pada sebuah dahan
sedang tanganya memeluk erat surat undangan pernikahan

dijalan perkotaan sebuah mobil terus melatukan nyanyian
dengan sebuah ciuman anak adam  tertidur pulas ditengah jalan

Pontang, Juni 2019

Bocah Plastik

Lentik jarinya menari
Meramal nasib
Mengelilingi semua sudut pasar
Matanya penuh harapan
Gesit mencari jalan
Untuk lambung yang lapar

Bajunya terkoyak debu-debu jalanan
Tak sedikit lumpur membalur kaki kecilnya
Bajunya semakin menunjukan bentuk tubuhnya
Tetapi tidak ada waktu untuk berhenti
Sebab rengekan lambung semakin nyaring

Pontang, juni 2019

Bocah Ukulele

Didekat lampu tiga warna
Dawai ukulele mengetuk jendela
Memberi isyarat paada para pengendara
agar segera membayarkan zakatnya

Namun apa yang dikata
Orang-orang itu bungkam dibalik jendela yang rapat
Sembari menanti hijau menyala

Pontang, juni 2019

Bocah Angon

Menggembala kambing-kambing
Dihamparan sabana
Dengan philia

Tak ada gundah gulana
Menatap karib berseragam
Melintas bersama memamerkan tawa bahagia

Dihamparan sabana ketika kambing telah dewasa
dan beranak-pinak
ayah akan menukarnya dengan seragam serupa mereka
dengan bekal asa yang begitu kuat ditancapkan sabana dan pemakanya
aku menuju cita-cita

Pontang, juni 2019

Ma’rifat bayhaki lahir di serang pada tanggal 05 juni 1998. Aktif dalam komunitas menulis Pontang-Tirtayasa (komentar). sedang menempuh pendidikan S-1 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. jusuran pendidikan Sejarah. Karyanya dimuat pada majalah kandaga (2019), simalaba (2019), dan telah menerbitkan buku puisi berjudul Filantropi (2019).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *