
Hidup di Surga, Adam merasakan kesenangan yang luar biasa nikmatnya. Segala apa yang ia inginkan dengan sangat mudah bisa didapatkan. Rumah yang indah, makanan yang serba enak dan lezat, minuman yang beraneka rasa, sampai pemandangan pemandangan yang indah mempesona, semua tersedia dalam surga. Semua itu bisa ia dapatkan dalam tempo sekedipan mata saja. Betapa bahagianya Adam. Sepanjang hari tak henti-hentinya ia mengucap puji syukur kepada Allah atas segala nikmat yang didapatnya. Dan kebahagiaanya itu mencapai puncaknya ketika kemudian Allah menciptakan seorang wanita sebagai pendampingnya. Wanita yang sangat cantik jelita.
“Siapakah namamu?” tanya Adam setengah gemetar saking gembiranya.
“A… aku tidak tahu siapa namaku,” jawab wanita yang cantik jelita itu dengan lembut.
Adam tersenyum, memandang dengan kagum, lalu berkata:
“Bagaimana kalau engkau aku beri nama Hawa?”
Hawa mengangguk, tersenyum dan matanya mengerling manja. Adam sangat bersyukur sekali kepada Allah karena mendapat teman hidup sehingga dia tidak kesepian lagi. Maka hari-hari pun mereka lalui dengan hal-hal yang serba indah dan menyenangkan. Adam dan Hawa sangat mensyukuri nikmat yang Allah berikan itu.
Di antara kenimatan-kenikmatan yang tersedia di surga itu, ada satu hal yang menjadi peringatan buat Adam dan Hawa. Allah melarang Adam dan Hawa untuk tidak mendekati Pohon Larangan. Pohon yang bisa mengubah orang menjadi dzolim. Karena itu, sebagai orang yang beriman, pasangan Adam dan Hawa mematuhi larangan tersebut.
Ketika Allah memberi peringatan kepada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati Pohon Larangan itu, diam-diam rupanya Iblis mendengarkan. Karena itu timbullah akal busuknya untuk mengganggu kebahagiaan Adam dan Hawa.
“Inilah kesempatan yang bagus,” katanya licik. “Kalian akan kubuat melanggar perintah Allah dan menanggung akibatnya…”
Akan tetapi Allah Maha Tahu. Maka kepada Adam dan Hawa, segera memberi peringatan:
“Wahai Adam, Iblis itu musuhmu dan istrimu. Hati-hatilah, jangan sampai diperdaya akal busuknya. Iblis itu akan selalu berusaha dengan segala cara agar kalian berdua dikeluarkan dari surga.”
Mendengar peringatan itu, Adam dan Hawa menjadi waspada. Akan tetapi si Iblis tak perduli. Hingga pada suatu ketika ia menyelinap masuk ke surga, mencari kesempatan untuk bertemu dan bicara kepada Adam dan Hawa. Setelah bertemu berkatalah ia:
“Hai Adam, aku ingin memperlihatkan kepadamu Buah Istimewa yang bisa membuatmu bahagia selama-lamanya hidup dalam surga. Maukah engkau melihatnya?”
“Buah apakah itu,” tanya Adam penasaran.
Iblis tersenyum, pancingannya berhasil. Lalu sembari menunjuk ke arah Pohon Larangan ia berkata:
”Lihatlah Pohon itu. Buahnya ranum dan segar. Rasanya sangat enak sekali. Buah itu akan membuat kau bahagia selamanya berada di surga ini.”
Sejenak Adam terkejut dan ingat pada peringatan Allah tentang godaan Iblis. Ia marah dan langsung mengusir Iblis itu.
“Hai Iblis, jangan coba-coba membujukku. Pasti engkau akan menipu aku. Lekas pergi kau dari sini!”
Iblis pun pergi meninggalkan Adam dan Hawa. Diam-diam dia mengancam.
”Kapan-kapan akan kucoba lagi memperdaya kalian,” katanya.
Sementara itu setelah Iblis pergi, Adam berpikir. Ia tak mengerti mengapa Iblis sama sekali tidak takut ke pada Allah.
Begitulah, pembaca yang budiman. Iblis memang tak pernah bosan untuk mengganggu dan mencelakakan manusia dengan segala cara dan akal busuknya. Sampai pada suatu ketika ia datang kembali menemui Adam dan Hawa untuk yang kedua kalinya. Iblis kembali berusaha membujuk Adam dan Hawa agar mau mencicipi Buah Larangan yang rasanya segar dan nikmat dan membuat dirinya bahagia abadi sepanjang masa hidup di surga. Lagi-lagi Adam menyambut bujukan Iblis itu dengan kemarahan. Katanya:
“Hai Iblis laknat, Aku masih ingat larangan Allah untuk tidak mendekati Pohon Larangan itu!”
Menghadapi keteguhan hati Adam, Iblis tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah menghela napas panjang, Iblis balik badan lalu mendekati Pohon Larangan dan memetik sebiji buahnya yang ranum dan segar menggiurkan. Lalu pelan-pelan ia ulurkan tangan, memberikan buah itu kepada Hawa, sembari berkata:
“Demi Allah, aku ingin kalian hidup kekal, bahagia dalam surga selamanya.”
Mendengar kata-kata Iblis, Adam dan Hawa menjadi bimbang hatinya yang memang sudah lama penasaran pada Buah Larangan itu. Setelah bersumpah atas nama Allah mana mungkin Iblis berani berbohong, kata Hawa dalam hati. Ia memandang Buah Larangan yang disodorkan kepadanya. Timbullah seleranya.
“Ambillah… Rasanya enaaak sekali… ayo ambillah…” kata Iblis melanjutkan bujukannya.
Akhirnya Hawa menerima Buah Larangan itu dari tangan si Iblis, dan mengajak Adam untuk mencicipi. Tanpa sadar Adam dan Hawa bergantian menggigit Buah Larangan yang ternyata rasanya memang enak dan menyegarkan itu. Namun begitu menggigit dan kemudian menelan nikmatnya rasa buah itu, timbullah rasa bersalah dan malu dalam diri Adam dan Hawa. Tiba-tiba mereka menjadi kebingungan untuk mengatasi rasa bersalah itu. Mereka pun menjadi ketakutan dan sedih karena sadar kalau mereka telah melanggar aturan Allah. Sementara itu, si Iblis tertawa terbahak-bahak. Merasa puas karena telah berhasil memperdaya Adam dan Hawa.
Adam dan Hawa menangis sedih. Mereka mohon ampun kepada Allah atas kesalahan mereka. Ternyata walaupun bersumpah dengan nama Allah, Iblis tetap tak bisa dipercaya. Dalam doa mohon ampunannya, Adam dan Hawa berseru:
“Ya Allah, sesungguhnya kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika tidak Engkau ampuni dan memberi rahmat kepada kami, tentu kami termasuk orang-orang yang merugi. Ampuni kami ya, Allah.”
Maka dengan segala kasih sayang-Nya, Allah memberi ampunan kepada Adam dan Hawa. Sekaligus juga memberi perintah yang sangat mengejutkan Adam dan Hawa.
“Demi kemuliaan-Ku, kalian berdua harus segera meninggalkan surga. Sekarang juga turunlah kalian ke bumi. Di sanalah kalian akan hidup dengan bersusah payah dan bekerja keras untuk mencapai keberhasilan.”
Dengan hati sedih, Adam dan Hawa meninggalkan Surga, tempat yang penuh dengan segala kenikmatan, kesenangan dan kebahagiaan. Semua itu terpaksa mereka tinggalkan gara-gara tipudaya Iblis laknat. Adam dan Hawa menyadari, bahwa kelak di kemudian hari nanti, keturunannya akan terus menjadi incaran tipu daya Iblis agar tak bisa tinggal di Surga.
Ketika Adam dan Hawa turun ke bumi, mereka terpisah. Masing-masing berada di tempat yang saling berjauhan. Bumi yang begitu luas dan sunyi membuat mereka merasa kesepian. Kesusahan hidup di dunia segera mereka rasakan. Maka kemudian, tanpa mengetahui arah ke mana harus pergi, mereka berdua saling mencari. Setelah bertahun-tahun kemudian, dengan seijin Allah, mereka pun bertemu kembali di Padang Arafah yang sampai sekarang ini dikenal dengan nama Jabal Rahmah.
Di tempat itulah, di Jabal Rahmah itulah, Adam dan Hawa bertemu kembali, hidup bersama dan menemukan kebahagiaan.
Dapoer Sastra Tjisaoek, Maret 2021
Diceritakan kembali oleh: Abah Yoyok