Balapan Sapi

Balapan Sapi atau yang lebih dikenal dengan Karapan Sapi adalah pertandingan adu lari cepat sapi yang ada di pulau Madura, Jawa Timur. Karapan Sapi di Madura ini adalah sebuah pertunjukan atau pagelaran yang cukup unik. Adalah tradisi yang sudah diwarisi secara turun menurun, dan masih terjaga sampai sekarang sebagai obyek pariwisata di Indonesia. Tidak hanya turis lokal, tapi juga turis dari mancanegara banyak yang datang untuk menyaksikan Karapan Sapi.

Dalam lomba balap sapi atau karapan sapi ini yang dilombakan adalah sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu, tempat Joki berdiri mengendalikan pasangan sapi, adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain.  Trek atau panjang lintasan balap lari sapi yang sepanjang 150-200 meter dapat ditempuh dalam waktu 15 sampai 20 detik. Wow..!

[iklan]

Karapan Sapi di Madura ini biasanya diselenggarakan pada bulan Agustus dan September setiap tahun. Periode ini merupakan babak awal pertandingan yang diselenggarakan di beberapa kota di Madura. Selanjutnya babak akhir atau pertandingan final diselenggarakan pada akhir September atau Oktober pada tahun yang sama.

Pelaksanaan Karapan Sapi dibagi dalam empat babak. Pada babak pertama, seluruh pasangan sapi diadu kecepatannya untuk memisahkan seluruh peserta lomba menjadi dua kelompok, yaitu kelompok menang dan kelompok kalah. Pada babak ini semua pasangan sapi yang menang maupun yang kalah dapat bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya.

Babak kedua atau babak pemilihan kembali, seluruh pasangan sapi pada kelompok menang dan kelompok kalah dipertandingkan kembali. Pada babak kedua ini akan diambil beberapa pasang sapi dari kedua kelompok yang menang atau menempati urutan teratas dari masing-masing kelompok. Pasangan sapi yang kalah tidak boleh bertanding kembali.

Selanjutnya, pada babak ketiga atau semifinal,  pasangan-pasangan  sapi dari kelompok menang dan kelompok kalah diadu kembali untuk menentukan tiga pasang sapi dari kelompok menang dan tiga pasang sapi dari kelompok kalah . Pada babak keempat atau babak final, diadakan untuk menentukan juara I, II, dan III dari kelompok kalah.

Pada awalnya, karapan sapi diadakan untuk mendapatkan sapi-sapi yang kuat membajak sawah. Tanah Madura memang kurang subur untuk lahan pertanian. Karena itu banyak masyarakat Madura yang berada di daerah pesisir mengalihkan mata pencaharian mereka sebagai nelayan dan beternak sapi.

Konon katanya, dulu di Sumenep ada seorang ulama bernama Syekh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur) yang memperkenalkan cara mengolah tanah/sawah untuk bercocok tanam dengan menggunakan alat berupa sepasang bambu yang ditarik oleh 2 ekor sapi. Alat tersebut oleh masyarakat Madura disebut ‘Nanggala’ atau ‘Salaga’. Setelah memperoleh hasil panen yang memuaskan, Syekh Ahmad (Pangeran Ketandur) mengajak warga di desanya untuk mengadakan balapan sapi. Kegiatan tersebut diadakan sebagai perwujudan rasa syukur atas suburnya tanah yang dahulunya tandus.  Sejak itulah orang Madura memelihara sapi dan menggarapnya agar si sapi bisa menggarap sawah sesegera mungkin. Dari kebiasaan menggarap sapi agar kuat dan cepat bisa menggarap sawah ini kemudian menimbulkan adanya tradisi karapan sapi. Karapan sapi menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya, khususnya menjelang musim panen selesai.

Dalam acara karapan sapi, para penonton tidak hanya disuguhi adu cepat balapan sapi dan ketangkasan para jokinya, akan tetapi sebelum pertandingan memulai, para pemilik sapi melakukan ritual arak-arakan sapi dengan diiringi permainan musik tradisional Saronen. (AY)

Sumber:
https://id.wikipedia.org/
https://www.indonesiakaya.com/

https://surabaya.liputan6.com/  

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *