Di Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi-Jawa Timur, ada sebuah Desa bernama Kemiren. Desa Wisata yang merupakan perkampungan asli suku Osing. Masyarakat Desa Kemiren ini mempunyai tradisi unik yang dikenal dengan Tradisi Tumpeng Sewu yang diselenggarakan setiap tahun pada bulan Dzulhijah, semingu sebelum Idul Adha. Ritual adat suku Osing ini dalam perkembangannya telah menjadi atraksi Wisata Banyuwangi, dikenal dengan Festival Tumpeng Sewu. Menjadi atraksi rutin tahunan dalam Festival Banyuwangi yang banyak dihadiri oleh ribuan warga dari penjuru desa maupun wisatawan domestik dan wisatawan manca negara.
                             Peta Desa Kemiren, Kecamatan Glagah

Tradisi Tumpeng Sewu yang biasanya digelar seminggu sebelum Idul Adha ini diyakini oleh masyarakat sebagai selamatan Tolak Bala agar terhindar dari segala bencana dan sumber penyakit. Dalam acara selamatan tersebut setiap rumah warga mengeluarkan minimal satu buah tumpeng yang diletakkan di depan rumahnya. Karena banyaknya tumpeng yang disiapkan di setiap rumah warga, maka dari sinilah asal mula nama Festival Tumpeng Sewu yang berarti seribu tumpeng.

Pada pelaksanaan tradisi Tumpeng Sewu itu ribuan orang tumplek blek memadati jalan utama desa adat Kemiren. Para pengunjung memasuki jalanan desa dengan berjalan kaki untuk menghormati ritual tersebut. Mereka yang melintasi jalan, disapa oleh warga setempat untuk diajak menikmati tumpeng yang mereka suguhkan.

Tradisi ini menjadi salah satu atraksi yang dinanti wisatawan. Ritual atau selamatan ini biasanya dilangsungkan mulai sekitar pukul 18.00 atau seusai sholat Magrib. Di bawah temaram api obor, semua orang duduk dengan tertib bersila di atas tikar atau karpet yang tergelar di depan rumah. Di mereka telah tersedia tumpeng-tumpeng yang ditutup daun pisang, dilengkapi lauk khas warga Kemiren, Pecel Pitik (Pecel Ayam) dan lalapan sebagai pelengkapnya. Usai kumandang do’a yang yang dibacakan sesepuh dari masjid di desa setempat, masyarakat mulai makan tumpeng bersama.

Pada saat menikmati tumpeng bersama-sama, suasana guyub dan kebersamaan sangat terasa. Walaupun satu sama lain belum saling kenal dan baru pertama kali bertemu. Dalam riungan menikmati tumpeng dengan lauk Pecel Pitik itu semua orang larut dan hanyut dalam suasana yang penuh kebersamaan.

Pelaksanaan Tradisi Tumpeng Sewu
Tradisi Tumpeng Sewu ini diawali ritual Mepe Kasur (menjemur kasur). Warga desa ramai-ramai menjemur kasur di sepanjang depan rumah masing-masing dari pagi hari hingga menjelang sore. Sekitar jam 7.00 pagi sampai jam 14.00. Kasur yang dijemur juga bukan sembarang kasur. Namun kasur khas warga Kemiren, yang mempunyai ciri khas berwarna hitam dan merah. Masyarakat Osing ini meyakini bahwa dengan mengeluarkan kasur dari dalam rumah dapat membersihkan diri dari segala penyakit. Bagi pengunjung yang hadir di acara Mepe kasur, juga bisa menikmati jajanan khas Kemiren, seperti Pisang Goreng Telur, Kucur, Cenil, Tape Ketan khas Osing, hingga kuliner Rujak Soto dan Pecelan.

Sekitar pukul 14.00, usai warga memasukkan kembali jemuran kasurnya segera dilakukan arak-arakan Barong mengelilingi desa. Adapun sebelum arak-arakan Barong dilaksanakan, sebelumnya para sesepuh desa telah terlebih dahulu melakukan ziarah ke makam leluhur Desa Kemiren, yaitu Buyut Cili. Selanjutnya ritual ini akan diteruskan dengan menggelar selamatan tumpeng sewu. Setiap rumah warga Using mengeluarkan minimal satu tumpeng yang diletakkan di depan rumahnya.

Tumpeng ini adalah nasi dalam bentuk kerucut dengan lauk pauk khas Osing, yakni pecel pithik (ayam panggang dibalut parutan kelapa).
Ritual Tumpeng Sewu akan dimulai sesudah adzan maghrib. Sebelum makan tumpeng sewu warga akan di ajak berdoa agar warga Desa Kemiren dijauhkan dari segala bencana, dan sumber penyakit karena ritual tumpeng sewu diyakini merupakan selamatan tolak bala.
Akhir dari ritual Tumpeng Sewu akan ditutup dengan Mocoan Lontar, membaca kidung atau tembang lontar Macapat Yusuf di dua tempat, Balai Desa Kemiren dan Pendopo Barong Kemiren.

Dapoer Sastra Tjisaoek, 03.10.21
Dihimpun dari berbagai sumber oleh: Abah Yoyok

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *