
Makan Sirih atau mengunyah daun sirih adalah merupakan tradisi leluhur nenek moyang kita dahulu yang sampai saat ini masih bisa kita jumpai di masyarakat pedesaan di beberapa tempat di seluruh Indonesia. Seperti di Jawa, Sumatera, dan Indonesia bagian Timur. Sirih (Piper betle L) adalah sejenis tanaman yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain.
Tradisi Makan Sirih ini dikenal dalam bahasa daerah, misalnya ‘Nginang’ atau ‘Nyusur’ di Jawa ‘Nyirih’ atau ‘Nyisig’ di Betawi. Yaitu mengunyah daun sirih disertai dengan bumbu pelengkapnya berupa buah pinang, gambir kapur sirih (njet) dan tembako. Tradisi Nginang atau Nyirih ini dilakukan sampai membuat mulut berwarna oranye kemerahan. Nah, itulah yang disebut dengan menginang, atau tradisi memakan sirih.
Fungsi Makan Sirih
Makan sirih, Nginang, Nyisig, atau Nyirih ini, sama halnya dengan merokok, minum teh atau kopi. Pada awalnya, orang makan nyirih atau nginang hanya sebagai penyedap di mulut, akan tetapi lama-kelamaan menjadi kebiasaan yang menimbulkan kesenangan dan terasa nikmat sehingga akhirnya ketagihan. Selain mendapatkan kenikmatan, konon katanya makan sirih itu diyakini bisa menguatkan gigi, menghilangkan luka di mulut, menghilangkan bau mulut serta menghentikan pendarahan di gusi. Padahal kalau kita cermati, itu gigi para pemakan sirih rata-rata sudah pada ompong semua, dan bau mulutnya? Ampun dah.
Walau begitu adanya, mengapa tradisi makan sirih itu masih juga dilakukan orang?
Begini kiranya, bahwa ternyata masyarakat Indonesia sudah cukup lama mengenal daun sirih sebagai bahan untuk nginang atau nyirih atau nyisig dengan keyakinan bisa menyembuhkan beberapa jenis penyakit yang ada sangkut pautnya dengan mulut. Selain itu, makan sirih ini juga berfungsi di dalam tata pergaulan dan tata nilai kemasyarakatan. Misalnya, bahan-bahan untuk makan sirih itu dijadikan hidangan penghormatan untuk tamu, dan sebagai alat pengikat dalam pertunangan sebelum menikah. Daun sirih dalam kelengkapannya juga digunakan sebagai sesaji yang merupakan syarat utama dalam upacara adat istiadat dan upacara religi yang diyakini oleh masyarakat tertentu.
Filosofi Makan Sirih
Selain sebagai kesenangan, simbol sosial dan adat, sirih, pinang, dan bahan-bahan adalah simbol-simbol yqng memiliki makna-makna tertentu, yaitu:
Daun Sirih
Daun sirih merupakan symbol dari sifat rendah hati dan memuliakan orang lain. Hal ini dikaitkan dengan hidupnya pohon sirih yang memerlukan sandaran untuk hidup tanpa merusak.
Buah Pinang
Pinang melambangkan keturunan yang baik, karena dilihat dari pohonnya yang lurus, menjulang ke atas. Harapan mendapatkan keturunan yang baik dan sukses.
Kapur
Kapur melambangkan keturunan yang baik.
Kapur dan Tembakau
Kapur dan Tembakau melambangkan hati yang tabah dan rela berkorban demi orang lain.
Makan sirih, Nginang, Nyisig, atau Nyirih ini yang merupakan tradisi khas Indonesia yang masih ada sampai saat ini, sering dijumpai dalam perjamuan tamu, perkawinan, dan upacara adat. (AY)