Gemericik air menuntun barisan kata tak henti-henti memuji mengagumi Sendang Seruni. Sebuah wahana wisata telah menarik sekian mata untuk menikmati panorama semesta. Menatap legamnya dasar Sendang ada ketenangan batin tersendiri menyelinap memancing senyapnya ide untuk berkarya.  Melodi alam mengalir dari celah-celah tumbuhan bambu. Musik klasik angklung Banyuwangi membawa nuansa cultur yang mengakar, gending Luk Luk Lumbu saat itu tak henti-henti menyapa memperdengarkan ritme gending asli Banyuwangi. Tempat wisata di kaki gunung Ijen Banyuwangi ini memang memiliki keunikan tersendiri. Tidak heran bila banyak wisatawan yang mengunjungi. Termasuk beberapa waktu yang tepatnya hari Minggu (13/02/2022) kami memantapkan pilihan untuk mengasah batin kontingen Banyuwangi menuju persiapan lomba pidato dan baca puisi di tingkat provinsi untuk bersenyawa dengan alam.

Siapa yang tak terpikat dengan kota gandrung ini? Kota dengan julukan The Sunrise of Java di ujung timur pulau Jawa ini memang memiliki keunikan tersendiri. Banyuwangi juga identik sebagai kota seni budaya yang mengakar di masyarakatnya.  Anugerah alam terhampar dipeluk julang kokoh pegunungan raung di sebelah barat dan lengkung pantai nan indah selat Bali di utara dan timurnya, juga lautan Indonesia di batas selatan wilayahnya menambah khazanah kekayaan alam yang sempurna. Udara sejuk dibalut eksotika alam menjadi pemandangan penuh kesan sepanjang perjalanan. Pagi itu mobil hitamku melaju pelan menuju desa Tamansari, tempat dimana Sendang Seruni berada. Mataku menangkap seorang perempuan pemetik kopi pulang dari ladang. Pakaian khas yang dikenakan menarik perhatianku.  Seorang perempuan tangguh dengan sepatu boots dan caping lebar khas petani menjadi pelengkap ciri yang melekat pada diri perempuan pemetik kopi di daerah itu. Tanaman Kopi jenis Robusta dan Arabika berjajar teduh sepanjang perjalanan menuju desa wisata Tamansari, ternyata kopi menjadi andalan petani di sana sebagai komoditi wisata kuliner melengkapi kenyamanan berwisata.

sendang 1

sendang seruni

Kelok alam pegunungan membawa perjalananku hari ini penuh tantangan. Sendang Seruni, bening sumber mengalir di kaki gunung Ijen kecamatan licin kami tempuh sekitar 20 menit dari arah kota Banyuwangi. Jalanan mulus melewati desa adat membawa kita pada nuansa Banyuwangi tempo doloe. Akses jalan yang mudah semakin menarik para wisatawan untuk singgah menikmati. Memasuki desa wisata Tamansari kita disuguhi panorama pegunungan dan banyak tempat wisata, sebut saja gunung Ijen yang memiliki blue fire sebagai bentuk keajaiban semesta yang kehadirannya hanya ada dua di dunia. Tamansari memang memiliki modal yang layak diunggulkan berupa pengembangan pariwisata berbasis pelestarian lingkungan, kearifan lokal budaya masyarakat yang terawat membuat tempat ini menjadi jujugan wisata bertaraf internasional.

Bersebelahan dengan jalan menuju puncak Ijen, ambil arah ke kiri jalanan masuk masih bisa dilewati kendaraan roda empat. Masuk area parkir mobil berhenti di sana, ternyata perjalanan lumayan melemaskan kaki untuk berolahraga menuju Sendang, kurang lebih 200 meter dari jarak parkir dengan kondisi jalanan yang menurun. Tapi jangan khawatir bagi pengunjung yang tidak sanggup berjalan kaki, di sana sudah disediakan ojek motor dari warga sekitar hanya lima ribu rupiah saja sekali tempuh.

Seruni

Sendang Bidadari ucapku lirih melihat keteduhan Sendang Seruni di bawah sana. Pemandangan segar sudah menyambut mataku yang lelah, seperti mendapat suplemen vitamin gratis dari Semesta. Betapa tidak sambil menuruni tangga menuju Sendang tak hentinya berpapasan dengan tempat-tempat estetik tertata sedemikian rupa. Alam masih asli membuat kita semakin betah  menghirup oksigen nan berlimpah ruah. Para pengunjung tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mandi maupun sekedar cuci muka di air sendang yang memiliki kedalaman 1,75 meter-2 meter tempat pemandian orang dewasa dan kedalaman 50 cm-60 cm disediakan untuk tempat pemandian anak-anak. Konon katanya air suci tempat ini bisa membuat awet muda juga menghilangkan penyakit dan rasa pegal-pegal di tubuh. Mataku pun tersedot mengikuti alur melihat punggung-punggung yang di timpa cahaya matahari seakan tak mau lepas untuk berendam di sumber bening Sendang Seruni.

Objek wisata yang mengesankan berada di Dusun Sumberwatu, Desa Tamansari, Kecamatan Licin ini menyiratkan panorama pemandian sendang yang asri. Bening dan jernih menjadi kesan pertama kala kita memandang air sumber yang tak berhenti mengalir dari Sendang Seruni. Di area ini dahulunya berupa hutan yang banyak ditumbuhi bunga seruni (Krisantemum), bunga krisan jenis dari tumbuhan suku kenikir-kenikiran atau Asteraceae dan tergolong tumbuhan purba yang mulai tumbuh sejak zaman kapur. Ada tujuh sumber mata air jernih mengalir air suci menyatu dari celah pegunungan. Tidak heran bila para pengunjung memanfaatkan air suci itu untuk berbagai keperluan. Bagi masyarakat Osing Banyuwangi ritual merupakan wujud syukur pada Sang Maha Pencipta, maka setiap satu tahun di malam satu Sura masyarakat Osing setempat mengadakan ritual keselamatan kelestarian  tujuh sumber mata air di Sendang Seruni agar tetap terjaga kelestariannya juga pengunjung terjaga keselamatannya. Khusus para wisatawan perempuan yang sedang berhalangan (datang bulan) tidak diperbolehkan melewati tujuh sumber mata air tanpa seijin dari juru kunci karena diyakini sakral.

sendang seruni

Wahana wisata sendang ini memanfaatkan keaslian alam sebagai mata bidik objek wisata. Berbagai jenis tumbuhan membuat area sendang terasa sejuk, seperti bunga seruni, bambu apus, bambu surat, pohon andul, pohon gula aren, pohon pinang, pohon durian, pohon pakis mas, kopi, jengger ayam, anggur panah, tanaman puring, paku sarang burung, tanaman andong merah, tanaman andong hijau, tanaman trimezia, philodendron, pakis sarang burung, melampodium divaricatum, ganyong, nangka, tumbuhan sri rejeki, daun tradescantia, durian, tanaman miana, pisang kalatea atau pisang calathea, nilam, pucuk merah, dan boroco.

Satu lagi tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat adalah Batu Selendang Pertapaan Seruni,yang berada di dasar kolam. Menurut juru kunci yang ada di sana batu ini menyimpan kisah tempat menaruhnya selendang para bidadari dan dijadikan tempat bertapa. Uniknya batu ini tidak dapat dipindahkan seperti halnya batu-batu yang lain di tempat itu. Berwisata di tempat ini memang menyenangkan. Para pengunjung pun tidak perlu khawatir karena ditempat itu juga dilengkapi wisata kuliner, tentunya makanan khas Banyuwangi. Lengkap sudah perjalananku hari itu menempa mental anak-anak menyatu dengan alam, bermain game teater dan membaca puisi. Bila ingin awet muda jangan lupa singgah di Sendang Seruni Banyuwangi.

Sendang 6

Seruni

Nur Khofifah dengan nama pena Viefa seorang guru pada kantor Kementerian Agama kabupaten Banyuwangi. Perempuan pecinta seni menangkap kegelisahan sekitar dengan bait-bait sunyi dan memperbincangkan kehidupan dengan bahasa sastrawi. Bersama Komunitas Penulis Kemenag Banyuwangi Lentera Sastra (LS) mengasah diri. Sebagai admin pada komunitas sastra Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI). Selain memiliki karya tunggal, Viefa aktif berkarya dalam berbagai antologi puisi bersama para penyair Nusantara.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *