ROTI JAHE PAPA ROTI

Diceritakan kembali oleh Zahra Zetira

Ini adalah kisah tentang seorang kakek baik hati yang pandai membuat Roti Jahe. Karena kepandaiannya dalam membuat roti, maka semua orang memanggilnya dengan sebutan Papa Roti.

Roti Jahe buatan Papa Roti sangat lezat. Semua orang menyukainya, tapi Roti Jahe buatan Papa Roti itu tidak boleh dimakan lebih dari tiga buah, karena jika terlalu banyak memakan jahe akan membuat pencernaan menjadi kurang baik, begitu jelas Papa Roti kepada semua orang. Setiap pagi Papa Roti membagikan Roti Jahe buatannya kepada siapa saja yang melewati rumahnya. Terutama untuk para petani gandum. Karena mereka selalu membawakan gandum untuknya.

“Hai, nak. Selamat pagi. Ambilah Roti Jahe ini!” seru Papa Roti sambil memberikan Roti Jahe kepada seorang anak laki-laki yang melintasi halaman rumahnya.

“Terimakasih, Papa,” balas lelaki kecil itu dengan riang. Ia berlalu dengan menggenggam Roti Jahe pemberian Papa Roti.

“Sama-sama, nak. Sering-seringlah melintasi rumahku. Ha ha ha..” jawab Papa Roti sambil tertawa riang. Dan Papa terus membagikan Roti Jahe buatannya kepada setiap orang yang melintasi rumahnya.

Setiap hari Papa Roti hanya membuat sedikti roti. Karena rakyat miskin seperti dirinya sangat sulit mendapatkan gandum. Semua ladang gandum di desanya adalah milik kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang pelit.

Hingga suatu hari tersiar kabar sayembara dari kerajaan untuk penduduk desa. Bagi siapa saja yang berhasil mengusir raksasa gembul yang suka mengganggu aliran air ke ladang gandum milik kerajaan, maka akan diberi hadiah. Banyak penduduk desa saling berlomba-lomba mengikuti sayembara tersebut. Tetapi Papa belum tahu kabar sayembara it, sampai kemudian ada. seorang petani gandum memberi tahukan perihal sayembara itu kepada Papa Roti.

[iklan]

“Papa, ikutlah sayembara kerajaan. Raja akan memberikan hadiah apapun bagi yang berhasil mengusir Raksasa Gembul yang suka menganggu aliran air ke lading gandum milik kerajaan,” jelas petani gandum. “Jika kau berhasil, kau bisa meminta banyak gandum untuk membuat roti setiap hari,” lanjut sang petani.

Jika aku berhasil mengusir Raksasa Gembul, aku dapat membantu penduduk desa yang kelaparan. Tapi bagaimana cara mengusirnya, pikir Papa Roti.

“Aku  ingin mengikuti sayembara itu. Tetapi aku tak memiliki ide untuk dapat mengusir raksasa gembul,” kata Papa Roti dengan wajah terlihat murung.

“Tenanglah, Papa. Kau tak perlu bersedih. Aku tahu bagaimana caranya.” Sang petani gandum mencoba menawarkan bantuannya agar Papa roti tidak bersedih. Setelah itu ia memberi tahukan idenya kepada Papa Roti.

Papa roti lalu pergi menuju istana untuk mengikuti sayembara tersebut. Ia mengajukan keinginannya kepada sang Raja Pelit.

“Wahai tuanku. Jika aku berhasil mengusir Raksasa Gembul pergi dari aliran air ke ladang gandum tuanku, aku ingin meminta setengah dari ladang gandummu untuk penduduk desa yang miskin,” pinta Papa Roti kepada sang Raja Pelit.

“Ya, jika kau berhasil, aku akan meluluskan permintaanmu,” kata sang Raja Pelit

“Baiklah, serahkan saja padaku. Besok aku akan pergi menemui Raksasa Gembul untuk mengalahkannya,” sahut Papa Roti dengan yakin.

“Ha ha ha, sombong sekali kau kakek tua.” Terdengar suara tawa Raja Pelit meremehkan kesanggupan Papa Roti.

Keesokan harinya, Papa Roti datang menemui Raksasa Gembul yang saat itu sedang tertidur di pinggir aliran air ke ladang gandum kerajaan. Ia membawa sekarung Roti Jahe dari rumahnya, dan akan diberikan untuk Raksasa Gembul yang rakus itu apabila ia terbangun nanti. Lalu ia mencoba membangunkan Raksasa Gembul. Ia mengambil sebatang ranting dan segera  menekan-nekankan ranting tersebut ke telapak kaki kanan Raksasa Gembul.

“Hayo bangunlah raksasa rakus!” seru Papa Roti dengan terus menekan ranting ke telapak kaki Raksasa Gembul, tetapi Raksasa Gembul belum terbangun juga.

“Huft, sulit sekali membangunkan raksasa ini,” keluh Papa roti, lalu ia diam sebentar, berusaha cari ide lain untuk membangunkan Raksasa Gembul.

“Aha, aku tau caranya!” seru Papa Roti tiba-tiba dengan semangat. Ia segera membuka karung berisi roti yang dibawanya, lalu karung itu diletakan dekat hidung Raksasa Gembul.

“Hoam…!” Raksasa Gembul terbagun dari tidurnya karena mencium aroma lezat Roti Jahe.

“Wah, bau apa ini, harum sekali baunya. Seperti bau makanan.” Hidungnya mengendus-endus mencari sumber bau makanan.

Papa roti senang karena telah berhasil membangunkan Raksasa Gembul dari tidurnya.

“Hallo tuan raksasa. Selamat pagi, apakah perutmu merasa lapar?”

“Siapa kau makhluk kecil?” tanya Raksasa Gembul, “dan apa yang kau bawa itu? Baunya sangat lezat.” Bau lezat dari Roti Jahe membuat Raksasa Gembul merasa penasaran.

“Aku membawakanmu Roti Jahe, tuan raksasa, maukah kau mencicipinya?” Papa roti menawarkan raksasa gembul untuk mencicipi Roti Jahe buatannya.

“Waw, roti! aku sangat suka kue! Apakah semua roti itu untukku?” tanya Raksasa Gembul yang terlihat gembira karena mendapatkan roti.

“Tentu, ambilah semua roti ini.” Papa Roti segera memberikan karung berisi Roti Jahe kepada Raksasa Gembul.

Raksasa Gembul segera meraih karung berisi Roti Jahe pemberian Papa Roti, dan segera memakannya dengan lahap.

“Nyam, nyam, nyam..kue ini sangat lezat!” seru Raksasa Gembul sambal mengangkat karung berisi roti yang hendak dia telan sekaligus.

“Oh, tidak! Kau tidak boleh memakannya sekaligus seperti itu,” teriak Papa Roti.

Terlambat, Raksasa Gembul sudah memasukan semua roti ke dalam mulutnya, dan beberapa potongan Roti Jahe sudah meluncur masuk ke perut  besarnya. Pipi Raksasa Gembul  menggembung, penuh dengan potongan Roti Jahe. Tiba-tiba perut besarnya bertambah besar dan semakin membesar seperti balon. Lalu Raksasa Gembul pun melayang terbang ke udara. Tinggi, tinggi, dan semakin tinggi. Terbang terbawa angin hingga menghilang dari penglihatan. Papa Roti telah berhasil membuat Raksasa Gembul pergi jauh dan tak kembali. Ternyata sang Raja Pelit dan pengawalnya diam-diam bersembunyi melihat aksi Papa Roti. Sang Raja lalu menepati janjinya. Ia memberikan setengah ladang gandum milik kerajaan sebagai hadiah kepada Papa Roti.

Papa Roti akhirnya bisa membuat roti setiap hari untuk penduduk desa yang miskin.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *