Adalah seorang janda bernama Mbok Rondo Dadapan punya anak perempuan semata wayang yang dipanggil Sewidak Loro. Dalam bahasa Jawa, Sewidak artinya enam puluh, dan Loro artinya dua. Dinamakan Sewidak Loro adalah dikarenakan  anak tersebut mempunyai rambut jarang yang kalau dihitung jumllahnya hanya sekitar 60 lembar saja, dan alisnya hanya 2 lembar di kiri dan kanan.

Dengan penampilan dari rambut dan alisnya tersebut si gadis jadi bahan ejekan penduduk kampung, diejek sebagai gadis terjelek sedunia. Karena sering diejek, Sewidak Loro jadi malas keluar rumah. Sehari-hari ia hanya mengurung diri di kamar, memikirkan keadaan dirinya yang dikatakan sebsgai gadis terjelek sedunia oleh para penduduk kampung.

Mbok Rondo Dadapan prihatin melihat putrinya selalu mengurung diri dalam kamar karena malu selalu diejek sebagai gadis terjelek sedunia.  Dia dengan sabar mencoba menghibur putri satu-satunya itu dengan penuh kasih sayang.

“Kamu ini tidak jelek, anakku. Di mata ibu kamu adalah gadis paling cantik sekampung ini. Rambutmu yang sebanyak 60 helai itu bagaikan bulu burung merak yang sangat indah. Alismu yang dua lembar di kiri kanan bagaikan bulan sabit yang memayungi matamu. Kalau tak percaya berkacalah engkau di genangan air belakan rumah kita.”

Karena ibunya selalu menghibur dengan penuh kasih sayang, akhirnya Sewidak Loro percaya diri dan berani keluar rumah lagi. Bila kemudian ada yang mengejeknya, ia hanya tersenyum. Dia merasa bahwa yang mengejeknya itu pasti iri dengan rambutnya yang seindah bulu merak. Juga iri dengan 2 lembar alisnya yang melengkung seperti bulan sabit.

Setiap hari Sewidak Loro selalu membantu ibunya mencari ranting kayu dan daun jati untuk dijual ke pasar.  Setiap berangkat mencari kayu dan daun jati, Mbok Rondo Dadapan tak lupa membawa bekal berupa nasi hangat dengan lauk sambel tempe untuk Sewidak Loro.

“Nasi itu akan menjadi nikmat karena lauknya keringat, dan sambal ini akan terasa sedap karena bumbunya  kerja keras,” begitu selalu kata Mbok Rondo Dadapan kepada putrinya.Maksudnya, makanan dengan lauk apa pun akan terasa enak di mulut setelah kita lapar setelah bekerja.

Sewidak Loro selalu percaya pada ucapan ibunya. Baginya, tidak ada yang bisa dipercaya selain ibunya.  Selain itu ia juga bukan gadis yang pelit. Setiap kali makan nasi dengan lauk sambel tempe yang jadi bekalnya, ia selalu berbagi dengan burung-burung penghuni hutan  tempat ia mencari kayu dan daun jati. Itulah sebabnya mengapa burung-burung di hutan tersebut selalu mengiringi ke manapun ia pergi.

Ada satu kebiasaan Mbok Rondo Dadapan yang selalu ia lakukan setiap pagi sebelum berangkat ke hutan, ia selalu nembang atau menyanyi. Hal itu juga ia lakukan setiap malam, saat istirahat menjelang tidur. Adapun nyanyian yang ia lantunkan itu adalah tentang kecantikan anak perempuannya yang semata wayang itu.

Anakku yang cantik rupawan
Wajahmu bersinar bagai rembulan
Siapa melihat langsung terpikat
Rambutmu bagai helai burung merak

Alismu bagai bulan sabit
Kelak nanti ada pangeran datang meminangmu.”

Tembang atau lagu itu selalu dinyanyikan dengan penuh perasaan oleh Mbok Rondo. Dia yakin sekali bahwa kelak di kemudian hari Sewidak Loro akan hidup bahagia. Sementara itu, Sewidak Loro yang selalu mengengar lantunan tembang sang Ibu, selalu berbunga-bunga hatinya. Kepalanya mengangguk-angguk tanda setuju. Siapa tak senang hatinya jika nanti akan datang seorang pangeran datang meminangnya. Uhuuy…!

Kalau Sewidak Loro merasa senang, beda lagi dengan para tetangga yang kebetulan mendengar nyanyian Mbok Rondo Dadapan itu. Mereka menganggap ibu dan anak itu sama gilanya.

Pada suatu hari, seperti biasanya sebelum berangkat ke hutan, Mbok Rondo mempersiapkan bekal untuk makan siang. Kali ini Sewidak Loro mohon pada ibunya supaya bekalnya ditambah.

“Aku ingin berpesta dengan sahabat-sahabatku di hutan,” kata Sewidak Loro.

Siang itu, setelah Sewidak Loro makan bekalnya, tak lupa ia menyisihkan sisa makanannya itu untuk burung-burung di hutan, sahabatnya. Tiba-tiba terdengan derap suara kaki kuda di kejauhan. Mbol Rondo Dadapan merasa akan ada rombongan orang asing yang akan lewat. Segera ia menyuruh Sewidak Loro untuk bersembunyi. Dia tak ingin kalau anaknya diejek oleh orang yang tak dikenal.

Dugaan Mbok Rondo tak salah. Beberapa saat kemudian, sampailah rombongan orang asing itu di tempatnya. Ternyata adalah Putri Hapsari beserta para pengawalnya. Putri Hapsari adalah putri raja yang terkenal cantik jelita dan manja. Mbok Rondo langsung memberi hormat . Akan tetapi Putri Hapsari tidak memperdulikannya. Hidung kembang-kempis seperti sedang membaui sesuatu.

“Aku seperti mencium bau sesuatu. Rasa-rasanya seprti bau makanan yang nikmat. Aku ingin makanan itu!”teriak Putri Hapsari. Para pengawalnya kebingungan. Putri Hapsari tak mau tahu. Ia berkeras minta dicarikan makanan enak yang sekarang sedang ia cium baunya.

Kemudian para pengawal sibuk mencari sumber bau makanan, sampai akhirnya mereka menemukannya. Segera mereka membawa Mbok Rondo Dadapan ke hadapan Putri Hapsari. Dengan segala hormat Mbok Rondo berkata:

“Ampun Tuan Putri, Bau harum itu memang berasal dari bekal makan siang anak hamba. Jika putri berkenan, saya bisa memberikan separuhnya. Akan tetapi saya minta imbalan, karena bekal makan siang itu sangat berharga bagi kami.”

Putri Hapsari langsung setuju. “Imbalan apa yang engkau inginkan?” tanyanya.

“Saya ingin separuh kecantikan yang Tuan Putri miliki bisa diberikan untuk anak saya,” jawab Mbok Rondo tanpa ragu-ragu.

“Gila kamu!” teriak pengawal.

“Tenanglah kalian, aku sama sekali tidak keberatan,” jawab Tuan Putri di luar dugaan Mbok Rondo.

Mbok Rondo segera memanggil Sewidak Loro yang bersembunyi. Putri Hapsari segera memejamkan matanya dan memindahkan  separuh kecantikannya pada Sewidak Loro. Sejenak kemudian Mbok Rondo memberikan imbalannya yang berupa separuh bekal nasi hangat dan sambel tempe. Putri Hapsari senang sekali. Makanan seperti itu belum pernah ia nikmati selama berada dalam istana. Pada saat Putri Hapsari tengah menikmati nasi hangat dengan lauk sambel tempe itu, tiba-tiba terjadi suatu keanehan. Wajah Sewidak Loro menjadi cantik. Rambutnya tebal ikal mayang dan berkilau-kilau cahayanya, dan alisnya tebal mempesona.”

“Doaku terkabul. Terimakasih, Tuhan,” gumam Mbok Rondo dengan air mata berlinang tanda bahagia. “Harapan yang kuimpikan siang dan malam, kini jadi kenyataan…”

Adapun kecantikan Putri Hapsari tetap saja tidak berkurang atau menghilang. Walaupun sudah diberikan separuhnya kepada Sewidak Loro, sang Putri masih tetap cantik, bahkan tambah cantik.

Seusai makan bersama, tiba-tiba terdengar derap kaki kuda mendekati  mereka yang sedang makan, dan suara memanggil-manggil sang Putri: “Hapsari…! Hapsari…!”

Ternyata yang datang adalah Pangeran Adiwijaya, kakak Putri Hapsari. Sang Pangeran sedang mencari-cari adiknya. Pangeran melihat adiknya yang sedang makan bersama Sewidak Loro yang sudah berubah menjadi cantik. Pangeran terpesona melihat kecantikan Sewidak Loro. Saat itu juga hatinya bergetar. Muncul niatnya untuk meminang Sewidak Loro

“Siapakah namamu, gadis cantik?” tanya Pangeran

Sebelum Sewidak loro atau Ibunya menjawab, burung-burung menjawab dengan kicauan mereka:

Namanya Sewidak Loro
Gadis cantik dari desa Dadapan
Rajin bekerja, baik hati dan sopan
Juga sayang pada hewan

Pangeran Adiwijaya senang mendengarnya. Dia langsung menyampaikan maksud hatinya kepada Mbok Rondo untuk  meminang Sewidak Loro jadi istrinya, Tentu saja Mbok Rondo sangat gembira menerima pinangan dan Pangeran. Mimpinya akan segera menjadi kenyataan. Pinangan langsung diterima, dan pada saat itu juga Pangeran langsung memboyong Sewidak Loro ke istana.

Dapoer Sastra Tjisaoek, 05.03.23
Diceritakan kembali oleh: Abah Yoyok

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *