Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Mbludus.com
    • Beranda
    • Berita
    • Humaniora
      • Sosial Politik
      • Sosialita
      • Pendidikan
      • Tradisi
      • Lingkungan
    • Sains
    • Sastra
      • Cerbung
      • Cerpen
      • Dongeng
      • Drama
      • Kritik Sastra
      • Puisi
    • Kreasi
      • Bisnis
      • Musik
      • Sinematografi
    • Merchandise
      • Buku
      • Baju
      • Kerajinan Tangan
    • Lainnya
      • Profil Redaksi
      • Penerimaan Naskah Mbludus.com
    Mbludus.com
    You are at:Home » Puisi » Puisi Vita Tri Utami, Fitriana Hardianti, Atek Muslik Hati
    Puisi

    Puisi Vita Tri Utami, Fitriana Hardianti, Atek Muslik Hati

    9 Januari 20222 Komentar3 Mins Read42 Views
    Facebook Twitter Telegram WhatsApp
    Share
    Facebook Twitter Telegram WhatsApp

    Puisi bisa saja tercipta karena rasa simpatik terhadap suatu peristiwa, atau pengungkapan perasaan pada sesuatu yang menyentuh hati di sekitar penulisnya. Oleh karena itu, puisi juga sering disebut bahasa rasa. Akan tetapi, mengungkapkan rasa pada puisi pun tidak instan atau spontan, perlu kiranya dibutuhkan perenungan agar kalimat yang ditulis dapat mewakili wilayah perasaan khalayak umum. Selamat membaca. (redaksi).

    Puisi Vita Tri Utami
    Kursi dan Hujan

    Kursi yang kosong
    Dan hujan tertahan di atas sana
    Sedangkan deras menghujani bilik bilik hatiku
    Semua nampak hitam dan putih
    Sedang penaku tak siap tuk bercerita

    Hari itu hari yang paling hening untuk diriku
    Semesta sedang memberiku sebuah petuah
    Tentang alur kehidupan ini

    Yang muda akan menua, yang hidup akan mati
    Pertemuan berakhir dengan perpisahan
    Sang tuan berpasangan dengan sang puan

    Hari itu
    Yang kulakukan hanya diam
    Memandang dengan sudut pandang yang kosong
    Seisi hatiku luluh lantak, tak berdaya
    Diamku, dalam benakku
    Menciptakan tayangan massal
    Melompat jauh ke belakang waktu silam
    Lembaran memori yang terus aku buka

    Hari itu, Aku masih tak percaya
    Aku harus kehilangan sosok sederhanaku, tuk selamanya
    Aku menangis dalam balutan hujan

    2021

    Vita Tri Utami, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

    Puisi Fitriana Hardianti
    Hujan Kemarin

    Seorang diri di kesunyian malam
    Ku kira kau akan bahagia malam ini
    Tak akan ada lagi air yang menetes deras seperti kemarin
    Tapi,
    Lagi-lagi air itu mengguyur basah paras cantikmu
    Bangkit,
    Wajahmu itu bukan seperti tanaman
    yang terus disiram akan menjadi subur
    Bangkit,
    Jangan biarkan paras cantikmu itu layu
    Bagaikan mawar yang tak disirami

    Biarlah hujan di luar sana yang mengguyur deras
    Menyirami bunyi dan seisinya
    Membuat bahagia anak-anak setiap tetesannya
    Membuat petani bersyukur atas setiap rintikannya
    Cobalah ingat kembali hembusan angin pada hujan kemarin
    Tenang,
    Membuat hati tenang
    Tidak seperti hujan yang turun dari wajahmu

    Jangan pernah ciptakan hujan karena kesedihan
    Karena setiap airnya yang menetes
    Tidak akan membuat ratusan bahkan ribuan orang tersenyum akan kehadirannya

    Fitriana Hardianti, lahir di Purwokerto 31 Desember 2000. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

    Puisi Atek Muslik Hati
    Kau Jemput Surgamu

    Wajahmu teduh menenangkan
    Menatap penuh harapan
    Di bening dua netra indahmu
    Tersimpan beribu kasih ibu

    Saat deru semeru menggerus kalbu
    Lahar panas mengalir keseluruh penjuru
    Dadamu pun bergemuruh dalam bisu
    Antara berlari atau menunggu ibu?

    Semua berlari menjauhi semeru
    Kau diam termangu menunggu keajaiban itu
    Sambil memeluk sang ibu pilu
    Jantungmu pun bertalu talu

    “Larilah nduk, tinggalkan ibu
    Ibu sudah tua, tak apa-apa di sini
    Terkubur bersama hewan dan tumbuhan
    Selamatkan dirimu, bersama yang lain.”

    “Mbok… Tubuhku bisa lari, tapi tidak dengan hatiku.
    Karena malaikat tanpa sayapku di sini.
    Mengapa harus lari, jika Surgaku begitu dekat?”

    Byuuuur… gedebur…
    Lahar panas menghantam
    Segala yang bernyawa pun tidaknya.
    Menghempas mematikan, hingga ajal pun tak terelakkan.
    Dengan doa dan airmata. Berharap ada keajaiban…

    Mereka berpelukan, ibu dan anak syahidah
    dalam lumpur genangan juga kenangan
    Kan jadi cerita sepanjang masa
    Hingga dunia menutup cerita kelak!

    Selamat jalan Uwais Al Qarni masa kini
    Doa kami menyertai kepergianmu
    Meski tak pernah mengenalmu
    Namamu harum keseluruh negeri

    Puisi Cinta puisi kehidupan puisi populer
    Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp
    Previous ArticleSuara-Suara dari Buku Puisi Alifuru
    Next Article Menutup Mata Hati

    Postingan Terkait

    Puisi-Puisi Riki Utomo

    21 September 2025

    Puisi-Puisi Kang Thohir

    7 September 2025

    Puisi-Puisi Hazuma Najihah

    10 Agustus 2025

    2 Komentar

    1. Pri Gurit on 9 Oktober 2023 12:46 pm

      Sebuah karya Puisi itu akan menjadi yang sesungguhnya tergantung pengkaryanya.
      Kedalaman pilihan diksi dan pengolahan intuisi yang berkualitas niscaya sang Puisi akan menemui jatidiri sebagai Puisi yang sesungguhnya, bukan sekedar corat- coret apa yang dirasakan.
      Dengan kepiwaian sang penyair akan lahir Puisi yang mempunyai “ruh” dan bernas.

      Salam literasi

      Reply
    2. Atek Muslik Hati on 17 Juli 2024 9:23 pm

      Terimakasih mas Pri Gurita. Mencoba untuk menjadi lebih baik… Dan terus berkarya. Agar tak hanya berupa coretan2 tak penting saja

      Reply
    Leave A Reply Cancel Reply

    Postingan Terbaru

    Refleksi dalam Cerpen “Requiem Burung Gereja”

    11 November 202530 Views

    Sandal Jepit Pesantren

    9 November 202511 Views

    Mengenal Sistem Administrasi Negara Indonesia

    30 Oktober 20252 Views

    Membaca ‘Rahasia Tanda’ di Universitas Pancasakti Tegal

    29 Oktober 202511 Views
    Kategori
    • Berita Terkini (206)
    • Bisnis (7)
    • Buku (80)
    • Cerbung (19)
    • Cerpen (157)
    • Dongeng (90)
    • Drama (28)
    • Europe (1)
    • film (1)
    • Highlights (2)
    • Kritik Sastra (75)
    • Lingkungan (52)
    • Money (5)
    • Musik (18)
    • News (9)
    • Pendidikan (66)
    • Politics (3)
    • Profil Redaksi (16)
    • Puisi (186)
    • Sains (50)
    • Science (5)
    • Sinematografi (22)
    • Sosial Politik (29)
    • Sosialita (141)
    • Sports (5)
    • Tech (5)
    • Tradisi (98)
    • Travel (4)
    • UK News (4)
    • World (1)
    Advertisement
    Follow Kami
    • Facebook
    • Instagram
    • YouTube

    Bermis Serpong ASRI Blok B7/19 RT/RW 02/04, Cisauk - Tangerang

    Untuk Pengajuan Iklan dan Kerja Sama Hubungi:

    Email : redaksi@mbludus.com / dapoertjisaoek@gmail.com
    Kontak: -

    Facebook Instagram YouTube
    Syarat dan Ketentuan
    Definisi

    Ketentuan Layanan

    Ketentuan Konten

    Penggunaan dan Hak Cipta

    Undang-Undang ITE

    Tim Redaksi

    Penerimaan Naskah
    Flag Counter
    Flag Counter

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Ad Blocker Enabled!
    Ad Blocker Enabled!
    Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please support us by disabling your Ad Blocker.