CINTAKU BUKAN REKAAN

Pada rumah paling sunyi
Khayal membaur bersama fantasi
Terbang melintasi mega
Mendarat mulus di pangkalan kalbu
Menetap

Andai kasihmu adalah fakta
Aku tak ‘kan merelakan
Itu sebuah penerimaan
Bahkan sekalipun dunia membatasi

Jangan berlalu begitu
Tak sesederhana mencinta
Layaknya sesulit menyeka air matamu
Meski berada di atap yang sama

Seperti dini hari ini
Aku merancang keinginanmu
Yang tak mungkin
Jangan cukup membayang
Sebab cintaku bukan rekaan

Subang, 11 Desember 2023

AKU KEMBALI

di sini di ruang relung
perihal biografi yang panjang
menjejak puncak berserah
masuk dalam memori palung
tersimpan utuh

telah tersusun manuskrip kelam
mencatat riwayat perjalanan
pada fase merengkuh nasib
menjelang senja

meski kelak jiwaku pergi
kalah dalam persidangan takdir
namun pada larik-larik puisi ini
masih tersimpan asa
aku kembali

Subang, 17 Desember 2023

DIRUNDUNG RINDU

Aku menunggu
masih di sini
membayang memori usang
bertahun lamanya terhempas
namun jejaknya masih membekas

Saat desir angin menjamah
pada rambutmu yang terurai
kita duduk di atas pasir putih
memandang landainya alam
saling beradu tatap
adalah hari terakhir
bersama

Menanti
masih di sini memeluk sunyi
merapal senyummu kala senja menggoda
bahkan debur ombak begitu syahdu
membaur bersama senandung nostalgia
tertegun lirih;
terhenyak!

“Kau di mana?”
teriakku pada kapal-kapal berlayar
diksaksikan lautan yang beriak
sedang diri dirundung sesal
sejak sapuan ombak di bibir pantai
entah ke mana?

Subang, 19 Januari 2024

FASE

dari bilangan usia berkurang
deretan beban berjajar
lengkingan tangis terdengar nyaring
menjejak renung

dari uban-uban mulai menyebar
perlahan merambat; memutih
bukti perjalanan panjang
menaiki puncak arah pulang

dari waktu ditetapkan
hingga senja tiba
belaian angin merayu
tampak lengang dan hening
tak ada sesiapa

Subang, 1 Februari 2024

EONOIA CINTA

Kulihat anak dan istriku terlelap
Lelah setelah seharian mengadu nasib
Dengan satu menu makan di dalam mangkok
Namun mereka tetap riang bercengkerama

Aku sedari pagi menutup lubang-lubang
Bekas galian daftar harga sembako
Dari pagi berganti malam
Tak pernah selesai
Entah kapan?

Sedang ladang pencaharian mengering
Tertutup saluran airnya oleh sampah
Sampah yang beragam jenis
Beserakan baunya menusuk hidung

Aku, istri, dan anakku duduk berdampingan
Menyulam doa
Membaur dalam kebersamaan
Penuh cinta

Subang, 7 Februari 2024

Dewis Pramanas. Pria sederhana kelahiran 01 Maret ini memiliki hobi menulis puisi dan bermain musik, aktif di berbagai event kepenulisan baik itu event lomba maupun nubar di grup literasi melalui media social, beberapa karyanya dalam bentuk buku yaitu, buku antologi puisi Luka Yang Menyekat (2020), Narasi Anak Negeri (2020), Buku solo puisi Perindu Hujan (2021. Selain itu ia juga aktif mengajar di SDN Ciberes, Kabupaten. Subang. Bisa temukan jejaknya di akun media sosial pribadinya.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *