Bahaya Sikap Keras

Anugrah Gio Pratama

SUATU malam, suara gemuruh turun dari langit dan bumi gemetar seperti ada benda luar angkasa yang jatuh. Para manusia yang terlelap tiba-tiba terperanjat dan bangkit. Bagus dan para warga berbondong-bondong menuju tempat suara berasal.  Di luar dugaan, mereka tidak menemukan meteor atau benda luar angkasa lain di tempat tersebut. Mereka justru menemukan seekor hewan nan lucu.

“Hewan ini lucu sekali!” ucap seorang warga.

“Baiknya aku bawa pulang saja hewan ini! Ia akan kurawat dengan baik di rumah,” ucap Bagus sembari menggendong hewan yang berukuran tidak sampai satu meter itu.

“Hati-hati, Gus! Kita tidak tahu apakah hewan ini berbahaya atau tidak!” ujar warga lain.

“Ah, sudahlah! Pokoknya hewan ini akan kubawa!”

Bagus pulang tanpa menghiraukan perkataan warga. Sesampainya di rumah, Bagus menamai hewan yang lucu itu Corona. “Mulai hari ini, kau akan kupanggil Corona.”

Keesokan harinya, Bagus batuk cukup parah. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, sebab kemarin raganya masih bugar.

“Uhuk! Uhuk! Kenapa aku batuk parah seperti ini? Badanku juga lemas. Apa yang tengah terjadi? Uhuk! Uhuk!”

Bagus mencoba beristirahat. Ia melihat Corona berada di ujung kamar kemudian memanggilnya.

“Uhuk! Uhuk! Corona! Mari ke sini!”

Corona menghampiri Bagus. Kemudian Bagus memeluk Corona dengan hangat.

“Uhuk! Uhuk! Aku sekarang sedang sakit. Semoga kamu tidak, ya! Uhuk! Uhuk!” ucap Bagus kepada Corona.

Corona hanya diam. Ia tenang berada dalam dekapan Bagus. Tak lama, Bagus merasakan dadanya sesak. Ia semakin kebingungan.

“Ada apa lagi ini? Mengapa tubuhku seperti ini? Rasanya semakin sakit saja!”

Tanpa pikir panjang, Bagus langsung menuju rumah sakit terdekat untuk memeriksakan kesehatannya. Ia meninggalkan Corona di rumah. Sesampainya di rumah sakit, ia langsung berkonsultasi dengan dokter di sana.

“Jadi begini, Dok. Uhuk! Uhuk! Saya kemarin dalam keadaan yang sehat. Tiba-tiba saat ini saya mengalami batuk, sesak, dan badan saya lemas. Uhuk! Uhuk! Uhuk! Kira-kira ada apa ya, Dok?”

“Kalau begitu kita lakukan cek darah dan pernapasan dulu, ya!”

“Baik, Dok!”

Bagus melakukan cek darah dan pernapasan. Beberapa waktu kemudian hasil cek medis keluar. Lalu dokter menjelaskan penyakit yang diderita oleh Bagus.

“Begini, Pak. Penyakit yang Bapak Bagus derita ini baru saya temukan. Bapak telah terjangkit suatu virus yang ditularkan oleh hewan. Apakah beberapa waktu belakangan ini Pak Bagus pernah berkontak dengan hewan?”

“Uhuk! Uhuk! Hewan? Uhuk! Uhuk! Oh iya, Dok! Saya memiliki hewan baru dan hanya berkontak dengannya.”

“Bapak dapat di mana hewan itu?”

“Kemarin malam, saya beserta para warga mendengar suara gemuruh. Lalu kami menghampiri suara tersebut. Ternyata ada hewan di sana dan saya langsung membawanya pulang, Dok. Uhuk! Uhuk! Uhuk!”

“Kalau begitu, ada baiknya hewan itu kita periksa, Pak! Jika memang berbahaya, lebih baik diserahkan kepada pihak yang bisa menangani hal tersebut, Pak!”

“Jangan, Dok! Saya telah menyayangi hewan itu sejak pertama kali melihatnya!”

“Tapi, Pak ….”

“Tidak ada tapi! Uhuk! Uhuk! Ini sepertinya hanya sakit biasa, tidak ada hubungannya dengan hewan saya! Saya akan pulang saja, Dok! Terima kasih!” ucap Bagus dengan nada emosi.

Bagus yang keras kepala tidak mengindahkan saran dokter. Ia pulang dan sesampainya di rumah ia langsung bermain-main dengan Corona. Sesekali ia terkapar karena tubuhnya yang lemas. Keesokan harinya, Mimin—tetangga Bagus—ingin memberikan makanan kepada Bagus. Ia pun mengunjungi rumah Bagus.

“Ting-tong! Ting-tong!” bunyi bel menggema di dalam rumah Bagus.

Bagus tidak kunjung keluar. Akhirnya Mimin mencoba masuk dan meletakkan makanan yang ia bawa di ruang tamu.

“Bagus! Bagus! Ini ada makanan!” ujar Mimin coba memanggil tetangganya itu.

Tidak ada sahutan dari Bagus. Mimin yang mulai curiga coba menyusuri beberapa bagian rumah. Betapa terkejutnya Mimin mendapati Bagus tergeletak di ruang makan.

“Bagus! Bagus! Kamu kenapa? Bagus! Bagus!”

Mimin mencoba mengecek denyut nadi Bagus. Ternyata denyut nadinya sudah tiada. Ia juga tidak bernapas lagi. Mimin yang panik langsung keluar dan meminta tolong kepada warga.

“Tolong! Tolong! Tolong!”

“Ada apa?” tanya seorang warga.

“Bagus! Bagus, Pak! Bagus meninggal!”

“Hey! Jangan sembarangan berbicara kamu!”

“Coba saja cek di dalam, Pak!”

Akhirnya mereka masuk ke rumah Bagus dan mendapati Bagus sudah tidak bernyawa. Tak butuh waktu lama, rumah tersebut langsung dipenuhi oleh warga. Para warga berselisih mengenai sebab kematian Bagus.

“Kematian Bagus benar-benar misterius!” ucap seorang warga.

“Benar sekali! Jika kita ingat-ingat lagi, kematian Bagus ini tak lama setelah ia membawa pulang hewan aneh beberapa malam yang lalu,” sahut warga lain.

“Betul juga!”

“Kalau begitu, penyebab kematiannya karena hewan itu!”

“Mari kita cari hewan itu dan kita bunuh dia!”

“Sebentar! Kita tidak boleh gegabah! Bisa jadi hewan itu berbahaya! Buktinya, ia bisa membunuh Bagus. Lebih baik kita lapor kepada pihak yang bisa menangani masalah ini!”

“Betul juga! Ayo tunggu apalagi, mari kita bergerak!”

Para warga melapor kepada pihak yang dapat menangani masalah ini. Setelah beberapa petugas datang, mereka langsung mengevakuasi jasad Bagus dan membawa Corona pergi.

Kematian Bagus ini langsung menggemparkan media massa. Berita-berita di TV mengabarkan kematiannya dan para tenaga medis akhirnya mengungkapkan penyebab kematian yang sangat misterius itu.

“Kematian Bagus terjadi karena ia memelihara hewan yang sangat berbahaya. Hewan itu lucu tapi di dalam tubuhnya mengandung virus yang sangat mematikan! Virusnya dapat menyebabkan seseorang mengidap batuk yang parah, tubuh lemas, dan sesak. Hewan tersebut bukan dari bumi dan tidak diketahui asalnya dari mana!” ucap tenaga medis.

“Hewan itu masih bisa datang lagi. Maka kepada para warga berhati-hatilah!” imbuh tenaga medis.

 

Anugrah Gio Pratama. Lahir di Lamongan, 22 Juni 1999. Tulisannya pernah dimuat oleh beberapa media massa. Karyanya yang telah terbit berjudul Puisi Yang Remuk Berkeping-keping (2019, Interlude). Menyukai kucing dan membenci pertikaian.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *