Nilai moral merupakan suatu nilai yang menjadi standar baik atau buruk. Moral sendiri memiliki makna (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Problematika nilai moral sebenarnya bukan hal yang asing, sebab selama ini sudah banyak dijumpai mengenai persoalan tersebut. Sedikit atau banyak, ketertarikan terhadap problematika nilai moral disebabkan oleh kenyataan di lapangan bahwa moral manusia yang dapat dikatakan “rusak”. Dapat dilihat dalam perburuan hewan yang sangat membabi buta hingga meyebabkan kepunahan. Harapannya, lewat pembahasan problematika nilai moral, manusia mampu memahami dan melaksanakan pesan-pesan problematika edukatif di dalam kehidupan sehari-hari. Notoadmojo (2003) menyatakan bahwa problematika merupakan suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang sudah terjadi tentang suatu hal atau kesenjangan antara kenyataan yang terjadi dengan yang seharusnya terjadi serta harapan dan kenyataannya dalam masalah tersebut.

Problematika edukatif ini disusun untuk memberikan pengetahuan, pemahaman, dan pengajaran yang bisa digunakan manusia sebagai pedoman dalam menempatkan sikap atau moral mereka yang cenderung ingin merampas apa yang seharusnya dijaga. Pada umumnya problematika edukatif mengisahkan tentang keserakahan antara manusia dan kekayaan alam seperti pada cerpen Roh Si Puyang karya Akhmad Idris (https://www.ayobandung.com/bandung-baheula/pr-791519439/cerpen-roh-si-puyang). Problematika edukatif dalam cerpen Roh Si Puyang antara lain keserakahan para penembak binatang yang mengalami nasib sial sesuai dengan perbuatan yang sudah dia lakukan terhadap makhluk hidup (hewan) yang tidak bersalah. Menarik untuk dikaji problematika edukatif agar menuntaskan problematika nilai moral dalam kehidupan ini terutama bagi mereka yang dikejar tidak dapat, yang dikandung berceceran.

Kebangkitan Roh untuk Menuntaskan Balas Dendamnya

Akhmad Idris membuka cerpennya dengan sebuah percakapan antara pemburu dengan temannya yang tak lain adalah penembak juga yang tengah asyik membicarakan soal hewan buruannya. Dengan senang hati salah seorang pemburu langsung menembakkan dengan membabi buta ke hewan incarannya. Berikut kutipannya,

“setelah berjalan beberapa ratus meter, barulah terlihat sosok yang sangat-sangat ditakuti oleh manusia yang kini mereka dekati dengan warna kuning kemerah-merahan disertai belang-belang. Kegelapan hutan membuat warna kuning tubuhnya berkilau seperti emas. Dua, tiga, empat, lima, enam, dan entah berapa kali lagi tembakkan yang membabi buta itu dilepaskan.”

Ungkapan di atas mengindikasikan “keadilan” untuk fauna (harimau) dan “kekejaman” untuk manusia. Maksudnya, semua makhluk hidup yang ada di bumi ini baik itu hewan sekalipun membutuhkan tindakan atau tingkah laku yang baik dari manusia. Fauna (harimau) hanya dianggap sebagai pundi-pundi uang tanpa memperhatikan kelestarian mereka di kemudian hari. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut,

Bayangan semu tentang kekayaan kerap membuat manusia lalai terhadap batasan-batasan yang tidak boleh diterjang. Hasilnya, mereka abai bahwa kekayaan itu fana, sedang kematian itu nyata.”

Lewat ungkapan ini, Akhmad Idris mengungkapkan keserakahan dan kelalaian manusia dalam hidup di dunia namun lalai dalam hidupnya yang kekal di akhirat kelak. Namun dalam hal ini ada satu yang ingin diungkapkan bahwa nyawa harus dibalas dengan nyawa, berikut kutipannya,

Tanpa basa-basi, kuserang mereka berdua dengan pisau kerambit sebelum mereka menyadari atas apa yang sebenarnya terjadi.”

Di sini sudah terlihat jelas bahwa setiap perbuatan pasti ada balasannya, sehingga nilai moral harus ditanamkan pada diri setiap individu untuk menjadi bekal di kemudian hari dan tidak mengalami penyimpangan dalam kehidupannya kelak.

Nilai Edukatif

Nilai edukatif adalah ajaran-ajaran bernilai luhur dari segi kehidupan menurut ukuran pendidikan yang menjadi jembatan untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai edukatif sendiri memiliki definisi yang berbeda antara nilai dengan edukatif yang dikemukakan oleh para ahli. Salam (2003:80) mengungkapkan bahwa “Nilai menghadapkan manusia sebagai makhluk berkelakuan sebagai objeknya”. Nilai menjadikan manusia lebih baik dari sebelumnya. “Edukatif berarti bersifat mendidik atau berkenaan pendidikan” (Alwi, 2007:284). Nilai edukatif berarti nilai yang mempengaruhi perilaku positif bagi kehidupan individu maupun sosial. Nilai edukatif adalah hal penting untuk memberikan tuntunan kepada manusia dalam pertumbuhan dan perkembangan hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani. Nilai edukatif mencakup sikap individu dalam kehidupan pribadi di masyarakat.

Dalam cerpen Roh Si Puyang karya Akhmad Idris, Sosok yang menunjukkan keserakahan adalah para pemburu yang akan disadarkan oleh roh harimau lewat tubuh penduduk desa. Penduduk desa yang telah disebutkan sebelumnya ingin mencari keadilan bahwa darah harus dibalas darah. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut,

Roh telah terpisah dengan jasadnya. Namun, rohnya memilih mencari wadah baru untuk urusan darah dibalas darah.”

Di sini terdapat nilai edukatif karena memaparkan mengenai nilai-nilai pendidikan yang di dalamnya mencakup sikap individu dalam kehidupan sosial.

Sejauh ini cerpen Roh Si Puyang karya Akhmad Idris masih memenuhi standardisasi problematika dalam hal positif di kehidupan sehari-hari, yaitu memperlakukan makhluk hidup dengan semestinya dan tidak menghabiskan kekayaan alam tanpa memikirkan kelestarian makhluk hidup di dalamnya.

Akhir kata, dalam cerpen Roh Si Puyang kita dapat mengambil sisi positif dan juga negatif. Sisi positif yang dapat diambil yaitu terus menjaga kelestarian hutan dan seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya agar tidak mengalami kepunahan, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara untuk sisi negatifnya yaitu keseimbangan ekosistem terganggu dan punahnya beberapa jenis hewan. Dampak dari perburuan liar sangat tidak baik untuk berlangsungnya kehidupan satwa yang berada di hutan. Maka dari itu, kita (manusia) hendaknya menjaga kelestarian alam serta isinya sehingga anak cucu kita kelak bisa melihat kekayaan dan keindahan alam ini.

Daftar Pustaka

Idris, A. (2021). Roh Si Puyang. Surabaya: AYOBANDUNG.COM. Retrieved November 6, 2021,from https://www.ayobandung.com/bandung-baheula/pr-791519439/cerpen-roh-si-puyang
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Salam, Burhanuddin. 2003, Logika Material. Jakarta: Rinneka Cipta.
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Amanda Aulia Al Madkha adalah seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP Bina Insan Mandiri Surabaya.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *