Pak Gunawan, begitulah segenap sejawat Peneliti, Perekayasa, dan seluruh personil di Pusat Teknologi Penerbangan (Pustekbang)-LAPAN – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memanggil Ahli Peneliti Utama (APU) Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa yang mempunyai nama lengkap Gunawan Setyo Prabowo ini.
Setelah hampir 8 tahun menjadi Kepala Pusat Teknologi Penerbangan – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), terhitung sejak tanggal 1 September 2021, Pak Gunawan kembali menjadi Peneliti, dan telah dilantik sebagai APU.
“Saat ini tugas yang cukup berat adalah mentransformasikan kegiatan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian dan Penerapannya (Litbangjirap) pesawat tanpa awak kelas Medium Altitude Long Endurance – Unmanned Aerial Vehicles (MALE-UAV), dari mindset rancang bangun pesawat terbang menjadi pelaksanaan program riset dan inovasi. Hal ini merupakan dua hal yg berbeda, riset dan inovasi lebih difokuskan, dibutuhkan, dan dikedepankan pada analisis ilmiah secara mendasar dibandingkan dengan mewujudkan prototip seperti pada pelaksanaan program rancang bangun.” Demikian Pak Gunawan memulai perbincangannya tentang Program Riset dan Inovasi di Pustekbang-LAPAN-BRIN.
Disamping itu, secara kelompok kecil, APU kelahiran Wonosobo – Jawa Tengah ini juga bersemangat mengembangkan Drone untuk kebutuhan pertanian. Pengembangannya mencakup Wahana Drone beserta system yang meliputi Ground support, komunikasi, Payload dan Mission system-nya, secara khusus mengadopsi teknologi 4.0 dalam system support-nya.
Gunawan Setyo Prabowo memulai karir sebagai Peneliti di LAPAN pada tahun 1992, dan berlanjut terus ketika LAPAN bergabung ke BRIN bersama LIPI, BATAN dan BPPT. Selama berkarir sebagai Peneliti, Pak Gunawan telah mendapatkan amanah dua jenis Jabatan yang berbeda dalam waktu yang cukup lama, yaitu sebagai Pejabat Fungsional Peneliti terhitung 1998–2003 dan Pejabat Struktural Kepala Bidang dan Kepala Pusat pada tahun 2003 – 2021. Pada tahun 2021 mulai lagi kembali menjadi Peneliti.
Dua jenis amanah tersebut dirasakan sangat menarik, mengingat Peneliti mempunyai kebanggaan dalam konteks sumbangsih langsung kepada ilmu pengetahuan melalui pekerjaan dan kegiatan rancang bangun.
Dalam konteks ini bersama teman-temannya telah melahirkan prototype Satelit Kelas Nano yang pertama di LAPAN yaitu Inasat-1 (bisa dilihat di Wikipedia Inasat-1, dan Buku “Sang Perintis” dari Bumi Rumpin menggapai Teknologi Penerbangan dan Antariksa, IBP, Jakarta).
Sebagai Pejabat Struktural, semisal menjadi Kepala di Pustekbang – LAPAN yang pernah dijabatnya, serasa memiliki environment berbeda dengan Peneliti. Kepala Pusat melaksanakan tugas manajerial, mulai dari lingkup Administrasi, Manajemen, Organisasi, dan Keuangan. Hal ini untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi Personil Fungsional seperti Peneliti, Perekayasa, Litkayasa, Humas, Arsiparis maupun Perencana. Disamping itu, juga mendorong lahirnya ide, kreativitas serta membangun Kerjasama internal maupun eksternal dari seluruh personil di Pustekbang.
“itu hal sangat menarik, hasilnya dapat dirasakan bukan hanya oleh pribadi sendiri, namun juga oleh banyak orang.” Demikian kata APU di Pustekbang ini, ketika menjelaskan tentang Pengalamannya sebagai Peneliti dan juga sebagai Pejabat Struktural, khususnya Kepala Pusat Teknologi Penerbangan-LAPAN.
Beberapa kinerja terbaiknya antara lain Pelaksanaan Program Pesawat Terbang Tanpa Awak seri LSU dan aplikasinya, Pesawat N219, MALE UAV, Pengembangan Fasilitas di Pustekbang Rumpin, dan Aerosummit. Semuanya adalah bagian dari pekerjaan structural/management yg mendorong perkembangan dunia penerbangan, khususnya di LAPAN dan di Indonesia pada umumnya
Disamping itu prestasi terbaik lainnya adalah pada saat menjadi Fungsional Peneliti, khususnya pada era tahun 2002-2006, yaitu pada saat bersama teman-temannya menghasilkan prototip satelit Inasat-1. Prototip ini merupakan satelit Indonesia kelas Nano yang cukup lengkap, meskipun tidak diterbangkan dan mengorbit layaknya satelit, namun pengalaman engineering yang terukur dan mengusahakan memenuhi requirement yang diperlukan, melakukan pengujian yang diperlukan, mencoba membuat dokumentasi engineering dengan tanpa Pembimbing yang memadai, Pada saat itu pengalaman Litbangjirap ini merupakan hal yang sangat menarik, bahkan dari ide Nanosat ini kemudian membentuk Konsorsium untuk universitas yang terdiri dari UGM, UI, Telkom, ITS, PENS, ITB – dalam grup bernama Iinusat-1 (Indonesia Inter University Satelit-1).
Pada tahun 2007 Pak Gunawan alih tugas ke Pusat Teknologi Terapan (Pusterapan)-LAPAN di Rumpin-Bogor-Jawa Barat. Pada tahun 2011 Pusterapan berubah menjadi Pusat Teknologi Penerbangan. Pustekbang mulai mengawali dunia UAV yang masih asing bagi LAPAN pada umumnya, karena sudah sangat lama tidak lagi melakukan Litbangjirap di bidang Teknologi Pesawat Terbang, yakni sejak tahun 1980-an. Namun demikian usaha terus menerus dilakukan, misalnya bekerjasama dengan berbagai pihak. Akhirnya membuahkan hasil, Pustekbang mampu melahirkan Pesawat terbang tanpa awak serie LAPAN Surveillance UAV (LSU). Hingga tahun 2021, lebih dari 8 prototip LSU dengan berbagai aplikasi telah dihasilkan, mulai dari pemetaan, surveillance, peta desa, pemantauan garis pantai, keamanan dan pertahanan. Dengan modal kinerja dan prestasi ini semua, pada tahun 2017 Pustekbang ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek bidang Desain Pesawat Udara.
Disamping itu pada tahun 2014 Program rancang bangun Pesawat Terbang N219 dimulai di Pustekbang bekerjasama dengan PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI). Program ini mencapai puncaknya ketika Pak Gunawan bersama rekan Pustekbang dan PT. DI berhasil mengawal dan memperoleh Sertifikasi Pesawat Terbang N219 menjadi Pesawat Terbang Pertama buatan Putra-Putri Indonesia yang mendapatkan Type Certificate (TC) pada tahun 2020.
“Meskipun keterlibatan saya sebatas mengawal program yang lebih cenderung bagaimana anggaran dan programnya masih tetap mendukung hingga TC diperoleh, namun aktivitasnya cukup berat. Mungkin tak kurang beratnya dibanding para engineer yang mengerjakan pesawat secara langsung. Urusan pertanggungjawaban, scheduling, urusan dengan kemenkeu, Bappenas, DJA, dan BPK serta Regulator seperti DKPPU menjadi urusan yang seru mengingat ini pesawat pertama yang akan mendapat TC sepanjang sejarah penerbangan nasional.” Kata Pak Gunawan menjelaskan kesan menariknya tentang capaian TC, mengingat dirinya sebagai satu di antara penanggung jawab Program Pesawat Terbang N219.
Selain itu Gunawan Setyo Prabowo juga aktif dalam kegiatan membangun komunitas dan ecosystem penerbangan melalui pelaksanaan Aerosummit, pembinaan Indonesia Aeronautical Engineering Centre (IAEC), dan Aerofest.
Pada tahun 2015 atas pembinaannya bersama Pelaku Teknologi Penerbangan Nasional yang lain, lahir IAEC sebagai wadah UKM Dirgantara yang ikut serta mengembangkan ecosystem penerbangan di Indonesa.
“Dari aktivitas terakhir ini, kita menemukan bahwa skill dan knowledge saja tidak cukup, untuk membawa hasil riset dan inovasi ke ranah industri dan menghasilkan nilai ekonomi, perlu pemihakan dari bangsa secara umum, atas karya anak bangsa dengan cara menggunakannya.”
“Dan ketika pemihakan itu ada, maka market menjadi tercipta. Pada saat itu siklus kehidupan produk teknologi dimulai, dengan digunakan maka akan muncul feedback, dan ketika feedback ditangkap oleh Engineer atau Periset maka dibutuhkan invensi.
Ketika invensi tersebut memenuhi kehendak dan kebutuhan serta menghasilkan nilai ekonomi, maka jadilah sebuah Inovasi.” Kata Pak Gunawan memberi penjelasan tentang IAEC dan peran Pustekbang serta Pemihakan Bangsa Indonesia pada umumnya dalam menggunakan karya anak bangsa.
Beberapa Cita-cita dan harapan Pak Gunawan yang akan diwujudkan dalam waktu lima sampai 10 tahun ke depan, antara lain:
- Sesuai dengan aktivitas yang intens saat ini, menginginkan sebuah Aplikasi Drone dalam dunia pertanian dan pangan. Aplikasi ini bukan hanya mewadahi kemajuan rancang bangun Drone sebagai wahana udara, namun disertai penerapan teknologi 4.0 dalam system support-nya. Harapannya aplikasi ini akan men-drive industri Drone yang lebih riel di Indonesia dengan market drone pertanian yang potensinya besar dan tentu dampak terhadap lingkungan dengan pertanian yang lebih sustainable.
- Disamping itu ingin melihat Industri Penerbangan yang semakin baik, dan impian Pesawat N219 dapat dipergunakan secara massif di Bandara, dan Airline Indonesia menjadi impian yang lain dalam 10 tahun ke depan.
Satu di antara yang menarik, Pak Gunawan adalah pribadi Ahli Peneliti Utama yang terus berkarya, bersemangat, bersahabat, dan selalu fokus pada solusi. (Liputan kek Atek)