Mbludus.com
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita Terkini
  • Humaniora
    • Sosial Politik
    • Sosialita
    • Pendidikan
    • Tradisi
    • Lingkungan
  • Sains
  • Penulis
  • Sastra
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Dongeng
    • Drama
    • Kritik Sastra
    • Puisi
  • Kreasi
    • Bisnis
    • Musik
    • Sinematografi
  • Merchandise
    • Buku
    • Baju
    • Kerajinan Tangan
  • Lainnya
    • Profil Redaksi
  • Beranda
  • Berita Terkini
  • Humaniora
    • Sosial Politik
    • Sosialita
    • Pendidikan
    • Tradisi
    • Lingkungan
  • Sains
  • Penulis
  • Sastra
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Dongeng
    • Drama
    • Kritik Sastra
    • Puisi
  • Kreasi
    • Bisnis
    • Musik
    • Sinematografi
  • Merchandise
    • Buku
    • Baju
    • Kerajinan Tangan
  • Lainnya
    • Profil Redaksi
No Result
View All Result
Mbludus.com
No Result
View All Result
Home Puisi

Perempuan Tanah Garam

Mbludus by Mbludus
27 Januari 2020
in Puisi
Reading Time: 3min read
0
Perempuan Tanah Garam

Puisi yang tercipta kerap kali berada pada penyair yang terbelah; satu kaki berada dalam keterikatan kultur etnik dengan segala karakteristik tradisionalismenya, satu kali lagi berada dalam dunia modern yang hadir pada dirinya dengan segala macam persoalannya. Tetapi, puisi tetap akan memiliki jalannya sendiri untuk menginformasikan suatu keadaan atau kenyataan. (Redaksi).

RELATED POSTS

Sunyi Sunyaruri

Adorasi

Aku Ingin Pulang ke Rahimmu

[iklan]

Puisi Zen KR. Halil

Perempuan Tanah Garam
 
Saban hari
Kami hanyalah seorang tak kenal bosan
Membangunkan matahari
Dengan asap merubung
Dari tungku yang tiada keluh
Setia menemani kami berpeluh.
Lalu, tanpa letih kami merawat pagi
Di taneyan lanjheng[1] dengan sapu lidi
Sembari mengusap dada
Yang sesak oleh doa
Mengharap keselamatan bagi suami
Saat memerangi takdir mereka sendiri;
Melawan maut di bentang laut,
Memanjati nasib di pucuk pohon siwalan,
Atau menanam mimpi di ladang
Dengan dada paling lapang.

Kendati kami mengerti
Bahwa otot kami masih tak sekekar akar
Tetaplah kami panggul peltong[2] di punggung
Menikmati terik bersama celurit
Mengarit rumput untuk sapi-sapi piara
Yang kami sebut sebagai hidup kami sendiri.

Mata kami begitu akrab menatap harap
Menata ingin dan angan anak-anak kami
Meski hati terus menjelma gudang
Penuh akan tumpukan kecemasan.

Dan dalam malam-malam yang bising oleh tembang
Sungai mengalir di pipi
Membanjiri doa dan mimpi kami
Yang begitu puisi.

Madura, 2019

[1] Halaman Panjang, ciri khas yang banyak digunakan perumahan-perumahan orang madura
[2] Tempat rumput yang biasa digunakan saat menyiangi

Bibir yang Lupa Cara Tersenyum
 
Pernah kami lepas
Tawa tanpa cemas
Memanen hasil tembakau
Dengan harga yang hijau
Saat segala doa kami
Diamini musim kemarau.

Betapa dunia semakin surga
Ketika hidup seolah tanpa kata duka
Anak-anak bernyanyi ceria
Melupakan hujan yang menyimpan lain kesenangan
“Pajher lagghu arena pon nyonara
Bapak tani se tedung, pon jheghe’e
Ngala’ are’ so landu’ tor capenga
Ajhelenaghi sarat kawajibhen
Atatamen mabennya’ hasel bhumena
Ma makmur nagherena tor bhengsana…”
 
Namun, kini kemarau adalah
Dada kami sendiri
Menyimpan panas paling terik dalam hati
Setelah seluruh cinta yang kami rajut
Pada hijau daun tembakau
Menyajikan kisah paling elegi
; ironi harga pasar yang kasar
Tak cukup buat membeli
Sebiji permen untuk anak-anak kami.

Maka, adakah senyum kami
Hanya akan terlipat rapi
Dalam kenangan?
Dan kami harus benar-benar melupakan
Segala cara merangkai kebahagiaan.

2019

Nadzam Annuqayah
#1
Kota kami bukan kota yang berisik
Dengan motor ataupun pabrik mengusik

Serupa firdaus sejuk dan indah
Kota kami disebut Annuqayah

Di sinilah pusat kirana berpendar
Nur Tuhan dari hati kiai memancar

Keramaian bacan qur’an dan syi’ir
Mengalir tak pernah menjumpai hilir.

#2
Ketika lapar mengakar dan menjalar
Teman setia adalah rasa sabar

Di sini segala bernama ibadah
Diasah agar resah tak kian rekah

Sebab barangkali dengan semua itu
Sejuk embun kiai larut ke tubuh.

#3
S’perti petani kami suka bertanam
Ladangnya hati dibajak dalam diam

Yaitu ta’dzim kami tanam sengaja
Kepada para kiai yang mulia

Setelah ditanam kami siram lalu
Dengan doa agar tumbuhnya tak layu

Hingga nanti kami bisa mengecap
Kenikmatan buah t’lah menjadi harap

Dan hati bukan lagi semak belukar
Tak lagi sesak dosa berduri liar.

Annuqayah, 2019

Zen KR. Halil. Santri PP. Annuqayah Lubangsa dan Mahasiswa INSTIKA prodi Tasawuf  dan Psikoterapi asal Batang-batang, Sumenep. Sejumlah karyanya pernah dimuat di beberapa media dan antologi bersama. Sedang menimba air di beberapa sumur diantaranya: Komunitas Persi dan Majelis Sastra Mata Pena. Bisa dikunjungi di kampung halamannya: zen.kr@yahoo.com

Tags: komunitas puisipuisi indonesiapuisi madura
ShareTweetPin

Related Posts

Sunyi Sunyaruri
Puisi

Sunyi Sunyaruri

11 Juli 2022
Adorasi
Puisi

Adorasi

3 Juli 2022
Aku Ingin Pulang ke Rahimmu
Puisi

Aku Ingin Pulang ke Rahimmu

26 Juni 2022
Hanya Jam Tangan
Puisi

Hanya Jam Tangan

19 Juni 2022
Sesampainya di Pelabuhan Kemenangan
Puisi

Sesampainya di Pelabuhan Kemenangan

5 Juni 2022
Puisi-Puisi Hida
Puisi

Menjelang Hari Lahirmu

28 Mei 2022
Next Post
Patung Sigale-gale

Patung Sigale-gale

televisi

Media dan Masa Depan Bangsa

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow Me

Popular Stories

  • Hikayat Si Miskin

    Hikayat Si Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Main Bola Bekel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Permainan Keripik Jengkol

    1 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cerita-Cerita di Musim Hujan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hikayat Panji Semirang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Berita Terkini

Reuni Tipis-Tipis Para Penulis

Reuni Tipis-Tipis Para Penulis

31 Juli 2022
Sayembara Buku Puisi Hari Puisi Indonesia 2022

Sayembara Buku Puisi Hari Puisi Indonesia 2022

29 Juli 2022
100 Tahun Chairil Anwar

100 Tahun Chairil Anwar : Sederhana tapi Mendunia

28 Juli 2022

Puisi

Sunyi Sunyaruri

Sunyi Sunyaruri

11 Juli 2022
Adorasi

Adorasi

3 Juli 2022
Aku Ingin Pulang ke Rahimmu

Aku Ingin Pulang ke Rahimmu

26 Juni 2022

Cerpen

Jalan Hidayah

Jalan Hidayah

26 Juni 2022
Peniup Saksofon dan Anjing yang Mati Suri

Peniup Saksofon dan Anjing yang Mati Suri

5 Juni 2022
kucing

Kucing Persia

22 Mei 2022
Free counters!

Alamat Redaksi

Bermis Serpong ASRI Blok B7/19 RT/RW 02/04, Cisauk - Tangerang

Hub : 0877 8848 4000

Untuk Pengajuan Iklan dan Kerja Sama Hubungi:

redaksi@mbludus.com
dapoertjisaoek@gmail.com

Syarat dan Ketentuan

Definisi

Ketentuan Layanan

Ketentuan Konten

Penggunaan dan Hak Cipta

Undang-Undang ITE

Tim Redaksi

Penerimaan Naskah

Kategori

  • Berita Terkini
  • Bisnis
  • Buku
  • Cerbung
  • Cerpen
  • Dongeng
  • Drama
  • Kritik Sastra
  • Lingkungan
  • Musik
  • Pendidikan
  • Profil Redaksi
  • Puisi
  • Sains
  • Sinematografi
  • Sosial Politik
  • Sosialita
  • Tradisi

© 2021 Dapoer Sastra Tjisaoek.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita Terkini
  • Humaniora
    • Sosial Politik
    • Sosialita
    • Pendidikan
    • Tradisi
    • Lingkungan
  • Sains
  • Penulis
  • Sastra
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Dongeng
    • Drama
    • Kritik Sastra
    • Puisi
  • Kreasi
    • Bisnis
    • Musik
    • Sinematografi
  • Merchandise
    • Buku
    • Baju
    • Kerajinan Tangan
  • Lainnya
    • Profil Redaksi

© 2021 Dapoer Sastra Tjisaoek.