Visi Visual sebagai wadah

Berkesenian memang bisa dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja. Di kota maupun di desa, tua maupun muda semua punya hak memiliki ruang berkesenian. Seni tumbuh di mana-mana tanpa bisa dicegah, sekalipun tanah tumbuhnya kurang subur apresiasi. Karena seni sudah menjadi bagian yang sangat dekat dengan manusia secara individu maupun masyarakat.

Sekelompok anak muda di Banyumas, Jawa tengah membuktikannya. Dengan penuh kesadaran bahwa masing-masing dari mereka hidup di daerah yang masih kering apresiasi terhadap seni mereka tetap bisa bergeliat. Berawal dari pertemanan, saling mengenalkan teman, sampai membuat komunitas bernama Visi Visual. Visual adalah dunia mereka. Memiliki daya guna adalah visi mereka.

Seni memang harus punya daya guna berupa nilai keluhuran yang bisa dipetik siapapun yang menikmatinya. Ide dan gagasan dalam berkarya harus punya titik berat terhadap nilai guna itu karena posisi seni adalah sebagai bahasa untuk menyapaikan suatu nilai. Dalam hal menyuarakan suatu gagasan seni lebih lantang dari sarana berbahasa lain. Seni adalah ruang ekslusif untuk menodong indra manusia.

Visi Visual berkembang seiring pertemuan antar anggota yang semakin intens. Beberapa kali mereka menggelar program. Salah satunya berupa Bakti Visua sebagai upaya merespon keadaan masyarakat dengan menggunakan pendekatan visual.  Mereka juga mengadakan Workshop Visual dan Tour Visual sebagai upaya mengembangan diri dan wawasan.

ArtSog: Seni menempatkan seni

Pada tanggal 27-28 November 2021 Komunitas Visi Visual akan menggelar Pameran seni rupa bernama ARTSOG. Pameran ini rencananya akan diadakan secara berkala setiap tahun. ARTSOG sendiri berarti, “art” (Seni, Bahasa Inggris) dan “sog” (Taruh, Bahasa Panginyongan/Banyumasan) Adalah seni menempatkan seni. Kata “Seni” di awal merujuk pada upaya kreativitas yang lentur bahkan cair untuk bisa hadir di celah-celah kehidupan publik. Sementara “Seni” di akhir berarti karya hasil olah dari pergulatan masing-masing individu. ARTSOG hadir sebagai gelaran untuk mempertemukan individu dengan publik dalam bingkai kekaryaan.

ARTSOG 2021 megusung tema “Huft”. Tema tersebut berarti ekspresi kekesalan, kekecewaan, kelelahan atau bahkan keluhan atas apa yang terjadi. Awal tahun 2021 digadang-gadang sebagai fajar baru setelah di 2020 muncul pandemi. Tapi kenyataan bicara lain. Pandemi terus menghantui di 2021. Bahkan dipertengahan tahun situasinya lebih mencekam. Tiap hari ada berita kematian. Bukan Cuma di TV, tapi di corong-corong mushola. Suaranya lebih menggaung dan terasa begitu dekat. Sungguh ini tahun ter ”Huft” yang mau tidak mau, suka tidak suka harus dihadapi.

Agar lebih dekat dengan masyarakat ARTSOG 2021 bertempat di Pasar Gambarsari lantai dua, Desa Gambarsari, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas. Total ada 39 perupa yang ikut berpartisipasi dalam pameran ini. Selain pameran seni rupa ARTSOG 2021 kali ini juga dlengkapi dengan live musik, live mural dan sarasehan.

 

Rasman Maulana lahir di Banyumas, 1999. Aktif di Sekolah Kepenulisan Sastra peradaban (SKSP) Purwokerto. Tulisannya pernah dimuat di beberapa media cetak maupun online serta antalogi bersama. Selain menulis ia juga mengurus perpustakaan kecil bersama Komunitas Cipta Gembira Indonesia.

 

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *