Paijo tercenung memandangi selembar kertas yang bernama MOU, Memory Of Understanding, Nota Kesepakatan Bersama dari hasil Pertemuan Kerja berskala nasional yang diselenggarakan oleh Instansi tempat ia bekerja. Lumayan besar juga biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa menghasilkan selembar kertas yang bernama MOU itu. Paijo coba menghitung-hitung. Mulai dari biaya perjalanan Panitia Pusat ke Daerah (Propinsi Penyelenggara) sampai acara pertemuan selesai.

Bersama mBak Denok dan teman-teman panitia pusat, Paijo berangkat ke provinsi ManaDong sebagai Penyelenggara acara PULKERNAS (Kumpul Kerja Nasional). Rombongan PanPus (Panitia Pusat) cukup banyak juga. Ketika menunggu jemputan di bandara tujuan, Paijo sempat menghitung ada 15 orang. Selanjutnya nanti akan menyusul Pak Kabag (Kepala Bagian) dan 2 Boss Besar, Boss Chakil dan Boss Similikiti. Ditambah 2 orang undangan dari Tim Pengawas Anggaran Belanja dan 3 Boss Besar dari Unit Kerja lain sebagai Narasumber maka total rombongan PanPus adalah lebih dari 20 orang. Semua menggunakan SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas) yang nilainya kira-kira sekitar ‘sekian puluh’ jutaan. Nyaris mendekati ratusan.

[iklan]

Iseng-iseng Paijo coba menghitung. Total dana untuk rombongan PanPus saja sudah mendekati ‘sekian ratus juta’. Paijo masih ingat betul bahwa alokasi dana Pusat untuk kegiatan ini ada ‘sekian ratus juta. Dikurangi biaya administrasi, perbanyakan materi, dsb, berarti ada sisa dana ‘sekian puluh’ juta?

***

Setibanya di hotel tempat Pertemuan, rombongan PanPus disambut oleh PanDa (Panitia Daerah) dengan ramah. Beberapa peserta dari daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) juga sudah datang. Setelah mendaftarkan diri di resepsionist, Paijo dan PanPus yang lain dapat perlengkapan pertemuan berupa tas berisi alat tulis, buku, makalah dan kunci kamar hotel. Ia satu kamar dengan Pailul dan Paimin.

Malam harinya acara diawali dengan ramah tamah, pidato-pidato, makan malam lalu karaoke bersama. Boss Chakil tak bisa hadir di malam pembukaan tersebut. Beliau akan datang besok pagi langsung memimpin sidang.

Sebagian peserta daerah ada yang keluar hotel, jalan-jalan. Sebagian lagi ngobrol di loby. Sebagian yang lain duduk manis menikmati musik dan goyangan sang penyanyi Organ Tunggal sambil menikmati minuman dan snack yang disediakan oleh Panitia. Paijo, Paimin dan Pailul sibuk mempersiapkan ruang pertemuan untuk besok pagi.

***

Alhamdulillah, hingga sore hari seluruh rangkaian acara hari pertama berjalan lancar. Dengan segala cara PanPus dan PanDa atas persetujuan Boss Chakil, memadatkan acara yang harusnya 3 hari menjadi 2 hari. Seluruh peserta setuju kalau acara untuk hari kedua dilanjutkan nanti setelah makan malam, sekaligus penutupan. Besoknya acara field trip (peninjauan lapangan) dimajukan pagi hari sehingga siangnya bisa pulang ke daerah masing-masing. Lumayan ngirit biaya satu hari. Enak, kan? Panitia enak peserta juga enak.

Ketika seluruh peserta menikmati santap malamnya di ruang sidang, Paijo sempat merasakan betapa meriahnya acara pertemuan kali ini. Menurut laporan Panitia Daerah, acara dihadiri oleh sekitar 100 orang utusan dari seluruh Propinsi dan beberapa Kabupaten/Kota. Agar acaranya berkesan, dan tentu saja bergengsi, PanDa sengaja memilih tempat di hotel yang cukup mewah.

Jatah anggaran yang telah dititipkan Pusat kepada Daerah untuk menyelenggarakan pertemuan lumayan besar. Kalau tak salah sekitar ‘sekian ratus’ jutaan. Waw, lumayan gede. Pasti SHU-nya juga lumayan. Soalnya oleh PanDa, seluruh peserta dikenakan biaya akomodasi dan konsumsi separuh dari tarif hotel yang berlaku. Untuk PanPus gratis. He he…

***

Otak Paijo terus bekerja, menghitung-hitung berapa kira-kira dana yang dikeluarkan untuk acara pertemuan yang sedang berlangsung ini. Anggaran PanPus ‘sekian ratus’ juta, tambah anggaran PanDa ‘sekian ratus’ juta, jumlahnya jadi ‘sekian ratus’ juta. Kemudian kalau jumlah peserta Daerah dianggap 100 orang saja dan rata-rata dibiayai dengan SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas) senilai ‘sekian juta’ per orang maka total dana yang dibutuhkan kira-kira ‘sekian ratus’ juta untuk biaya perjalanan. Jadi total seluruh biaya pertemuan bisa mencapai kira-kira ‘sekian puluh ratus’ juta. Waw, hampir 1 eMber!

***

Sampai waktu makan malam, pikiran Paijo masih belum lepas juga dari biaya pertemuan yang nyaris mendekati  1 eMber, bisa juga lebih. Setahu Paijo, kegiatan yang sama dilakukan 2 kali dalam setahun di Unit Kerjanya. Berarti biayanya ‘1 eMber koma sekian’. Itu baru di satu Unit Kerja tingkat 3. Padahal masih ada 3 Unit Kerja lagi yang punya kegiatan seperti yang sekarang dilaksanakan. Ada yang 3 sampai 4 pertemuan dalam setahun.

Kalau dipukul rata, masing-masing Unit Kerja tingkat 3 menyelenggarakan 3 kali pertemuan, dalam setahun ada 12 pertemuan. Kira-kira akan menghabiskan dana sekitar ‘sekian eMber’. Busyet dah, mantap juga dananya. SHU-nya bisa sekarung itu ! (lagi-lagi yang kepikir oleh Paijo adalah SHU-nya. Sisa Hasil Usaha.)

Itu baru kegiatan di sebuah Unit Kerja tingkat 2. Padahal di setiap Unit Kerja tingkat 1 umumnya ada 4 Unit Kerja tingkat 2. Seandainya mereka juga menyelenggarakan kegiatan yang sama, walah-walah, berapa karung dana yang harus dikeluarkan oleh negara untuk membiayai kegiatan seluruh pertemuan tersebut.

Kepala Paijo terus dipenuhi dengan hitungan-hitungan. Biasanya di setiap Jawatan/Instansi itu ada sekian banyak Unit Kerja tingkat 1. Setiap Unit Kerja membawahi sekian banyak Unit Kerja tingkat 2. Setiap Unit Kerja tingkat 2 mempunyai sekian banyak Unit Kerja tingkat 3 yang punya kegiatan pertemuan minimal 2 kali setahun.

Jadi bisa saja ‘puluhan eMber’ akan dihabiskan oleh 1 Jawatan/Instansi hanya untuk memfasilitasi kegiatan yang bernama Pertemuan. Di Republik ini ada berapa banyak Jawatan/Instansi dan Lembaga Negara yang setingkat dengan Jawatan?

Kepala Paijo jadi pusing. Tak sanggup ia menghitung berapa kira-kira dana yang harus dikeluarkan oleh negara.

***

Di kamar hotel, di atas tempat tidur, Paijo tercenung memandangi selembar kertas di tangannya.

”Kamu mikirin apa, Jo. Dari tadi kok kelihatannya serius banget,” tanya Paimin.
”Tahu kamu apa yang kupegang ini ?”
”Kertas.”
”Kamu tahu apa isi kertas ini ?”
”M.O.U.. Memorandum Of Undertanding. Kesepakatan Bersama dalam Pertemuan.”
“Kamu tahu berapa nilai selembar kertas ini ?”
Paimin menggeleng.
“Hampir 1 eMber! Lumayan mahal, tapi seringkali hanya menjadi penghuni bak sampah sesampainya peserta di tempat masing-masing.”

***

“Ning nong..! ning nong..!” Terdengar bel berbunyi. Paijo dan Paimin bergegas menuju pintu. Hampir rebutan mereka membuka pintu. Ternyata yang datang adalah PanDa, menyerahkan 3 lembar amplop yang isinya …

”Kamu tahu apa ini isinya?” tanya Pailul setelah menutup pintu kamar.
”Apalagi kalau bukan uang.”
”Kamu tahu uang apa dalam amplop ini?” tanya Paimin.
”SHU dari ’sekian ratus’ Juta.”
Paimin, Pailul, dan Paijo tertawa senang sambil berkipas-kipas dengan amplop pemberian PanDa. Sementara itu, amplop dari PanPus masih utuh belum dicolek-colek. Merekapun tertawa bersama.

Tak terpikir oleh mereka bahwa uang yang mereka dapat itu adalah uang rakyat juga. Termasuk rakyat yang sekarang ini tidur di kolong-kolong jembatan dengan perut menahan lapar. Rakyat yang menggelandang di jalan-jalan. Rakyat yang sampai hari ini masih bergelut dengan kemiskinan. Rakyat yang sampai hari ini harus membanting tulang memeras keringat sekedar untuk mendapatkan sesuap nasi. (AY)

Cisauk, Mei 2020

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *