Seorang Mahan Jamil Hudani, pegiat sastra di komunitas Sarang Matahari yang juga aktivis di Komunitas Sastra Tangerang Selatan berkomentar tentang puisi-puisi Hadi Sastra ini. Begini katanya: “Ketika membaca puisi-puisi mas Hadi Sastra ini, saya bisa merasakan diri saya seperti berada dan menjadi bagian dari dari puisi-puisi tersebut. Ya, setidak-tidaknya puisi Hadi Sastra ini mewakili perasaan saya, atau mungkin sebagian perasaan orang, meski tentu tidak pada semua puisi. Negeri Puisi adalah dunia Hadi Sastra yang juga bisa menjadi dunia kita semua. Yuk, kita masuk ke dunianya Hadi Sastra lewat puisi-puisinya. (Redaksi)
[iklan]
NEGERI PUISI
Aceh punya puisi: ‘Pancacita’
Bermakna: ‘Lima cita-cita yang menjiwai rakyat Aceh’
Jawa punya puisi: ‘Prasetya Ulah Sakti Bhakti Praja’
Bermakna: ‘Berjanji akan berusaha keras dan setia terhadap negara’
Bali punya puisi: ‘Bali Dwipa Jaya’
Bermakna: ‘Pulau Bali Jaya’
Kalimantan punya puisi: ‘Wadja Sampai Kaputing’
Bermakna: ‘Tetap bersemangat dan kuat seperti baja dari awal sampai akhir’
Sulawesi punya puisi: ‘Nasarara Nosabatutu’
Bermakna: ‘Bersama Kita Satu’
Maluku punya puisi: ‘Marimoi Ngome Futuru’
Bermakna: ‘Bersatu kita kuat’
Papua punya puisi: ‘Satu tungku tiga batu’
Bermakna: ‘Pemuka adat, pemuka agama dan pemanku kekuasaan harus bersatu’
Negara ini punya puisi: ‘Bhineka Tunggal Ika’
Bermakna: ‘Berbeda-beda tapi tetap satu jua’
Tentara punya puisi: ‘Lebih baik pulang tinggal nama daripada gagal dalam tugas’
Bermakna: ‘Jangan sampai gagal dalam tugas’
Pemadam Kebakaran punya puisi: ‘Pantang pulang sebelum padam’
Bermakna: ‘Tidak akan pulang sebelum api betul-betul padam’
Dan masih banyak lagi
Sungguh, negeri ini kaya puisi
Bahkan lahir dengan puisi
NEGERI NGGAK JELAS
Seorang guru menjelaskan kepada murid-muridnya:
“Kalau Amerika disebut negeri Paman Sam. Karena di sana ada cerita tentang Paman Sam.
Belanda disebut negeri Kincir Angin. Karena di sana ada kincir angin raksasa.
Inggris disebut negeri Ratu Elisabeth. Karena di sana dipimpin Ratu Elisabeth.
Perancis disebut Negeri Mode. Karena di sana banyak dirancang mode busana
Cina disebut Negeri Tirai Bambu. Karena di sana banyak pohon bambu untuk makan Panda
Thailand disebut Negeri Gajah Putih. Karena di sana banyak gajah putih
Irak disebut Negeri Seribu Satu Malam. Karena di sana ada dongeng seribu satu malam
Australia disebut Negeri Kanguru. Karena di sana banyak Kanguru
jepang disebut Negeri Matahari Terbit. Karena mereka meyakini matahari terbit dari sana
Singapura disebut Negeri Kota Singa. Karena di sana ada patung singa di pusat kota
Seorang murid bertanya:
“Kalau negara kita disebut apa?”
Murid yang lain menjawab:
“Negeri Pesulap.”
Yang lain lagi:
“Negeri Penyamun.”
Lagi yang lain:
“Negeri Koruptor.”
Lagi:
“Negeri Teroris.”
Dan lagi:
“Negeri nggak jelas.”
Guru melongo. Batinnya, “Ya… memang negara ini nggak jelas…”
Tangsel, 20 Juli 2013.
SEPENGGAL MOTIVASI
Kita memang besar, tapi juga kecil
Kita memang kecil, tapi juga besar
Kita memang kuat , tapi juga lemah
Kita memang lemah, tapi juga kuat
Tak selamanya besar itu kecil
Tak selamanya pula kuat itu lemah
Segala yang kecil bisa besar
Segala yang lemah bisa pula kuat
Ya, itu selembar potret
Jika kecil menyatu dan berpadu
Pasti berubah rupa jadi besar
Menyingkirkan yang lebih besar
Jika lemah saling merangkai
Pasti menjelma jadi kekar dan kuat
Mengenyahkan segala yang telah kuat
Semua saling butuh
Saling tersentuh dan menyentuh
Maka satukan suara dan derap langkah
Demi pergerakan perjalanan panjang
Membalik tabir nasib pendidik honorer
Yang kian tersisih terabaikan
Satukan yang tercecer
Saling genggam dan merapat
Jangan lagi terkotak-kotak
Demi laga pertaruhan nyawa
Menyongsong esok cerah ceria
Tangsel, 07 Juni 2013
SI BONTOT
Yayangku Nauvan
lahir Kamis, 25 Juni 2009, tepat 04.30
‘aku punya mobilan dong
bagus banget
ada wiw wiwnya
mobil polisi
mobil pemadam kebakalan
ngeeeng ngeeeng
wiw wiw
wiw wiw…
mobil polisi mengejal penjahat
wiw wiw wiw wiw
hey penjahat jangan nakal
bandel banget nih
ntal aku tembak
dol… dol…
kena kakinya
penjahatnya ditangkep
telus dimasukin penjala
ada kebakalan
mobil pemadam kebakalan dating
wiw wiw wiw wiw
telus mobil kebakalannya nyemplotin ail
apinya mati deh
mobil pemadam kebakalannya cape
mau pulang
udah deh
aku cape’
Tangsel, 25 Juni 2013
JIKA ADA
Jika ada sapu, halaman yang kotor bisa bersih
jika ada lap pel, lantai yang kotor bisa bersih
jika ada cat, tembok yang kotor bisa bersih
jika ada penghapus, kertas yang tercoret bisa bersih
jika ada…
lalu,
jika ada hukum, bisakah penjahat bersih?
jika ada tali gantung, bisakah koruptor bersih?
ah
au ahhh…
Tangsel, 20 Juni 2013
DOA UNTUK NEGERI
Ya Allah
…
…
…
Hamba nggak bisa ngomong apa-apa lagi
Tangsel, 20 Juli 2013
Hadi Sastra, kelahiran Brebes tanggal 4 Juli. Profesi sebagai Guru yang lulusan S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan S2 magister Manajemen Pendidikan. Tulisan-tulisan banyak dimuat di beberapa media massa. Aktif di komuninas sastra Sarang Matahari, Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Tangsel. Pernah menjadi contributor berita di Harian Umum Suara Tangsel, Redaktur/Editor Tabloid Perkasa Nusantara dan Pemimpin Umum Majalah dan Bulletin Assa’adah. Tahun 2012 menerbitkan buku Guyon Brebesan, yang berisi cerita lucu gaya Brebesan. Karya-karya puisinya terhimpun di beberapa antologi bersama, antara lain: Serpihan Jiwa, Daun Bersayap Awan, Tanah Air daun, dan kumpulan Cerpen Di Balik Cinta.